Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekam Jejak Desmond J Mahesa di Era Reformasi, Aktivis yang Diculik Selama Dua Bulan

Baca di App
Lihat Foto
Dok. DPR RI
Wakil Ketua Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Desmond Junaidi Mahesa.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi III DPR RI Desmond J Mahesa meninggal dunia di usia 57 tahun pada Sabtu (24/6/2023) pagi.

Kabar itu dikonfirmasi Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Habiburokhman.

"Iya benar," ujarnya, dikutip dari Kompas.com, Sabtu (24/6/2023).

Desmond menghembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit (RS) Mayapada, Jakarta.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dia merupakan salah satu aktivits '98 yang terjun ke dunia politik. Pria kelahiran 12 Desember 1966 ini menjadi salah satu korban penculikan aktivis prodemokrasi pada 1997/1998.

Dilansir dari Harian Kompas, namanya termasuk ke dalam daftar 22 aktivis prodemokrasi yang diculik. Mereka di antaranya:

  1. Yani Afri
  2. Sonny
  3. M Yusuf
  4. Noval Alkatiri
  5. Dedy Hamdun
  6. Ismail
  7. Desmond Junaidi Mahesa
  8. Pius Lustrilanang
  9. Suyat
  10. Haryanto Taslam
  11. Aan Rusdianto
  12. Faisol Reza
  13. Herman Hendrawan
  14. Mugianto
  15. Nezar Patria
  16. Rahardjo Walujo Djati
  17. Bimo Petrus Anugerah
  18. Andi Arief
  19. Abdun Nasir
  20. Hendra Hambalie
  21. Ucok M Siahaan
  22. Yadin Muhidin.

Dari 22 aktivis yang diculik, hanya 9 orang yang kembali, yaitu Desmond, Haryanto Taslam, Pius Lustrilanang, Faisol Reza, Rahardjo Walujo Djati, Nezar Patria, Aan Rusdianto, Mugianto, dan Andi Arief.

Adapun sisanya, sampai saat ini masih belum diketahui keberadaannya.

Baca juga: Profil Desmond J Mahesa, Politikus Gerindra yang Meninggal di Usia 57 Tahun


Jejak penculikan Desmond J Mahesa

Desmond yang kala itu menjabat sebagai Ketua Lembaga Bantuan Hukum Nusantara (LBHN) bersama dengan puluhan aktivis '98 lainnya menjadi korban penculikan.

Dia dilaporkan hilang pada 10 Februari 1998.

Beberapa bulan kemudian, Desmond mengungkapkan kisah penculikan yang dialaminya, tepatnya pada 12 Mei 1998.

Menurutnya, penculiknya adalah orang yang punya organisasi rapi. Namun dia tidak dapat mengenali siapa penculiknya.

Desmond mengatakan, penculikan itu terjadi pada 3 Februari 1998 di kawasan Cililitan Besar, Jakarta Timur.

Dini hari tepatnya pukul 02.30 WIB, kantornya didatangi 8 hingga10 orang. Lalu pada pukul 08.00 WIB kembali datang sosok tak dikenal.

Desmond mengaku tak menaruh curiga pada orang-orang tersebut. Hingga saat dirinya meninggalkan kantor, aksi penculikan itu terjadi.

"Antara LAI dan GMKI, saya dihadang dua orang yang menodong dengan senjata," ucapnya, dikutip dari Kompas.com (2018).

Desmond mengaku sulit mengenali orang yang menodongkan senjata ke arahnya. Sebab kacamata yang dikenakannya terjatuh.

"Kacamata saya jatuh, saya sulit mengenali orang. Tetapi ada mobil Suzuki Vitara warna abu-abu di GMKI. Jatuhnya kacamata membuat saya tidak leluasa dapat bergerak karena mata saya minus dan silinder, jadi sulit untuk mengenal orang," terangnya.

"Saya diringkus, dimasukkan mobil, kepala saya ditutup seperti tas hitam dan musik diputar keras-keras serta dihimpit dua orang. Sejak itu saya tidak tahu, diputar-putar, setelah 50 menit saya sampai di suatu tempat," imbuh Desmond.

Desmond mengaku tidak bisa memastikan lokasi penculikannya selama dua bulan.

"Pokoknya sebuah bangunan besar permanen, namun sepi," ucapnya.

Baca juga: Desmond J Mahesa dan Kenangan Kelam Penculikan 1998

Tangan diborgol dan mata ditutup kain

Selanjutnya, Desmond mengatakan tangannya diborgol dan kedua matanya ditutup kain hitam. Dia diinterogasi tentang aktivitasnya selama tiga jam.

"Setelah itu saya dibawa ke bak air. Setelah sempat disuruh menyelam, saya ditanya lagi soal sikap saya. Setelah selesai, saya dibawa ke sebuah ruangan dengan enam sel," kata dia.

Di sel itu, Desmond melihat Yani Afri dan Sony, keduanya anak DPD PDI Jakut yang ditangkap Kodim Jakarta Utara soal peledakan bom di Kelapa Gading.

Sehari setelah ditahan, beberapa aktivis lainnya ikut ditangkap. Mereka adalah Pius Lustrilanang yang disusul Haryanto Taslam.

Desmond mengaku menjalani pemeriksaan secara bergantian pada malam hari selama diculik.

Selama diculik, Desmond hanya mendapat dua buah selimut, celana pendek berwarna jingga dan biru, serta tas hijau muda.

Perkakas yang sama juga diberikan kepada aktivis '98 lainnya yang diculik.

Selama penculikan, Desmond mengungkap bahwa dirinya ditawari untuk bersembunyi di Garut.

Namun, Desmond mengajukan skenario lain, yakni pergi ke Irian Jaya untuk penelitian.

Baca juga: Sebelum Meninggal, Desmond J Mahesa Sempat Mengeluh Sesak Napas

Dibebaskan setelah dua bulan

Desmond akhirnya dibebaskan pada 3 April 1998. Dia diturunkan dari mobil sekitar 100 meter sebelum Terminal F Bandara Soekarno Hatta.

Dia  diberi tiket pesawat Garuda menuju ke Banjarmasin. Namun, tiket yang diberikannya itu bukan atas namanya.

Sesampainya di Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin, Desmond langsung melaporkan peristiwa yang dialaminya ke Polresta Banjarmasin.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi