Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil dan Rekam Jejak Wagner Group, Tentara Bayaran yang Berbalik Serang Rusia

Baca di App
Lihat Foto
AP PHOTO/DMITRI LOVETSKY
Para pengunjung mengenakan seragam kamuflase militer berpose di pintu masuk Wagner Centre milik Grup Wagner dalam pembukaan resmi di St Petersburg, Rusia, Jumat (4/11/2022).
|
Editor: Farid Firdaus

KOMPAS.com - Pasukan tentara bayaran Wagner Group membelot dari pasukan Rusia setelah sebelumnya membantu menyerang pasukan Ukraina.

Grup Wagner menyerukan pemberontakan bersenjata yang bertujuan untuk menggulingkan Menteri Pertahanan Rusia.

Bahkan, bos Wagner, Yevgeny Prigozhin mengaku pasukannya telah menembak jatuh helikopter militer Rusia, seperti diberitakan Kompas.com, Sabtu (24/6/2023).

"Sebuah helikopter baru saja menembaki sebuah barisan sipil. Helikopter tersebut telah ditembak jatuh oleh unit-unit PMC Wagner," ujarnya dalam sebuah pesan audio.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Namun, Prigozhin tidak merinci lebih lanjut terkait klaim serangan tersebut.

Lalu, apa itu Grup Wagner yang berbalik menyerang Rusia?

Baca juga: Sejarah Konflik Rusia Vs Ukraina


Profil dan sosok di balik Wagner Group

Grup Wagner atau Wagner Group adalah organisasi paramiliter dari perusahaan swasta yang beroperasi di Rusia.

Secara resmi disebut Private Military Company (PMC) Wagner, grup ini pada dasarnya merupakan perusahaan militer swasta dan jaringan tentara bayaran.

Dilansir dari Live Mint, kelompok ini pertama kali diidentifikasi pada 2014 saat mendukung pasukan separatis pro Rusia di Ukraina timur.

Kala itu, organisasi ini disebut sebagai kelompok rahasia yang sebagian besar beroperasi di Afrika dan Timur Tengah.

Menurut BBC, kelompok ini diperkirakan memiliki sekitar 5.000 pejuang dari resimen elit dan pasukan khusus Rusia.

Sejak itu, Wagner kian berkembang. Bahkan, pada Januari 2023, Kementerian Pertahanan Inggris menginformasikan bahwa Grup Wagner memiliki 50.000 pejuang di Ukraina.

Baca juga: Ukraina Bantah Kirim Drone ke Rusia untuk Bunuh Putin

Organisasi ini disebut memulai rekrutmen besar-besaran pada 2022, lantaran Rusia kesulitan menemukan orang untuk tentara reguler.

Meski tentara bayaran ilegal di Rusia, Grup Wagner telah terdaftar sebagai perusahaan pada 2022 dan memiliki markas baru di St Petersburg.

Di sisi lain, investigasi BBC terhadap Wagner Group mengungkap dugaan keterlibatan seorang mantan perwira militer Rusia, Dmitri Utkin.

Dia dianggap sebagai komandan lapangan pertama Wagner dan sosok yang menamai grup dengan nama panggilannya sendiri.

Dmitri Utkin tercatat merupakan seorang veteran perang Chechnya, mantan perwira pasukan khusus dan Letnan Kolonel GRU, badan intelijen militer Rusia.

Kini, Wagner dikepalai oleh Yevgeny Prigozhin, seorang pengusaha kaya yang dijuluki "koki Putin" lantaran menyediakan katering untuk Kremlin.

Sebagai kelompok tentara bayaran, Wagner umumnya merekrut veteran tentara yang membutuhkan uang untuk membayar utang.

Biasanya, mereka datang dari daerah perdesaan yang kerap dianggap hanya mampu menghasilkan uang sedikit.

Baca juga: Perbandingan Kekuatan Militer Rusia Vs Ukraina: Tentara hingga Tank

Jejak Wagner Group di dunia militer

Dikutip dari Kompas.com, Grup Wagner beberapa kali membantu tentara reguler untuk dalam bertempur.

Misalnya, pada 2015, Wagner mulai beroperasi di Suriah, bertempur bersama pasukan pro-pemerintah dan turut menjaga ladang minyak.

Kelompok tersebut juga aktif di Libya sejak 2016 dengan memberikan dukungan untuk pasukan yang setia kepada Jenderal Khalifa Haftar.

Diperkirakan, hingga 1.000 tentara bayaran Wagner telah andil bagian dalam kemajuan Haftar pada pemerintahan resmi di Tripoli pada 2019.

Baca juga: Melihat Kondisi Desa-desa Terdampak Letusan Gunung Api Shiveluch Rusia, Penduduk: Tidak Ada Matahari

Pada 2017, Wagner Group diundang ke Republik Afrika Tengah untuk menjaga tambang berlian. Mereka juga dilaporkan bekerja di Sudan, menjaga tambang emas.

Hingga pada 2020, Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa Wagner "bertindak sebagai kedok" di negara-negara itu.

Tujuannya, untuk "kemajuan" perusahaan pertambangan milik Prighozin, seperti M Invest dan Lobaye Invest. Perusahaan-perusahaan itu pun dijatuhi sanksi oleh AS.

Wagner Group turut diundang oleh pemerintah Mali di Afrika Barat untuk melindungi dari serangan kelompok-kelompok militan Islam.

Kedatangannya pada 2021 itu pun memengaruhi keputusan Perancis untuk menarik pasukan keluar dari sana.

Baca juga: Mengapa Rusia Menyerang Ukraina dan Apa yang Diincar Putin?

Kejahatan yang dilakukan Wagner

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan pemerintah Perancis menuduh tentara bayaran Wagner melakukan pemerkosaan dan perampokan terhadap warga sipil di Republik Afrika Tengah.

Atas tuduhan tersebut, Uni Eropa pun telah menjatuhkan sanksi kepada Grup Wagner.

Sementara itu, pada 2020, militer AS menuduh tentara bayaran Wagner menanam ranjau darat dan alat peledak rakitan lain di ibu kota Libya, Tripoli, dan sekitarnya.

"Penggunaan ranjau darat dan perangkap lainnya oleh Wagner Group mengorbankan warga sipil yang tidak bersalah," kata direktur intelijen di Komando Afrika Angkatan Darat AS, Laksamana Muda Heidi Berg.

Serangan balik Wagner kepada Rusia

Masih dari BBC, beberapa bulan terakhir Prigozhin telah berulang kali menuduh Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu dan Kepala Tentara di Ukraina, Valery Gerasimov.

Menurut Prigozhin, kedua sosok tersebut tidak kompeten dan sengaja mengurangi pasokan unit Wagner yang bertempur di Ukraina.

Kementerian Pertahanan Rusia pun kini mengatakan bahwa "formasi sukarelawan" di Ukraina harus menandatangani kontrak dengannya pada akhir Juni ini.

Meski Grup Wagner tidak disebutkan dalam pengumuman, tetapi langkah tersebut dipandang sebagai upaya pemerintah untuk mendapatkan kontrol lebih besar atas kelompok ini.

Prigozhin juga mengeluarkan pernyataan marah yang menyatakan bahwa pasukannya akan memboikot kontrak bersama Rusia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi