Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil Lukashenko, Presiden Belarus yang Jadi Penengah Konflik Wagner Vs Rusia

Baca di App
Lihat Foto
AFP/NATALIA KOLESNIKOVA
Presiden Belarus Alexander Lukashenko saat berbicara kepada media asing di Istana Kemerdekaan, Minsk, Belarus, 16 Februari 2023. Lukashenko pada Sabtu (24/6/2023) berperan menengahi konflik Rusia dengan tentara bayaran Grup Wagner.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Presiden Belarus Alexander Lukashenko turut andil menengahi konflik antara tentara bayaran Wagner Group dan militer Rusia.

Diberitakan Kompas.com, Minggu (25/6/2023), konflik mendingin sejak Lukashenko berbicara dengan Prigozhin atas izin Presiden Rusia Vladimir Putin.

Pemimpin Wagner Group Yevgeniy Prigozhin pun memukul mundur pasukannya dan mengakhiri pemberontakan bersenjata melawan pemerintah Rusia setelah beberapa kesepakatan.

Lukashenko (68), salah satu sekutu Putin, telah memimpin Belarus selama hampir 29 tahun sejak Juli 1994.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dia merupakan presiden pertama dan satu-satunya pimpinan yang pernah dimiliki Belarus hingga saat ini.

Dikutip dari USA Today, Lukashenko memulai masa jabatan keenam setelah memperoleh 80,1 persen suara dalam pemilihan presiden pada 9 Agustus 2020.

Namun, hasil pemilihan umum dianggap curang oleh negara-negara Barat hingga ratusan ribu masyarakat Belarus turun ke jalan untuk melakukan protes.

Lantas, seperti apa sosok Alexander Lukashenko, presiden pertama Belarus yang menjadi penengah Rusia dan Wagner Group?

Baca juga: Sosok Yevgeny Prigozhin, Penjual Hotdog yang Bertransformasi Jadi Pemimpin Tentara Bayaran Wagner Group


Presiden Belarus Alexander Lukashenko

Sebagai presiden pertama, Aleksandr Lukashenko atau Alexander Lukashenko kerap dicap sebagai "presiden rakyat biasa" dan "politisi rakyat", seperti menurut laman Presiden Belarus.

Dia juga mendapat julukan sebagai "Batka" yang berarti ayah dalam bahasa Belarus.

Lahir pada 30 Agustus 1954 di Kota Kopys, Distrik Orsha, Oblast Vitebsk, Lukashenko muda telah terlibat dalam banyak kegiatan, termasuk olahraga dan musik.

Pada 1975, dia mengikuti wajib militer dan menjadi tentara yang bertugas di perbatasan.

Kurun waktu 13 tahun, terhitung 1977-1990, Lukashenko berhasil melewati semua jenjang karier.

Dia tercatat memegang jabatan Sekretaris Komite Komsomol (Ikatan Pemuda Komunis) Administrasi Pangan Mogilev dan sejumlah jabatan lain di organisasi partai lokal.

Hingga pada 1990, Lukashenko terpilih menjadi anggota parlemen Republik Sosialis Soviet Byelorusia.

Dilansir dari laman Britannica, sosoknya menciptakan sebuah fraksi yang disebut "Komunis untuk Demokrasi".

Dia  juga menjadi satu-satunya wakil yang menentang perjanjian pada Desember 1991 yang menyebabkan pembubaran Uni Soviet.

Kendati demikian, Lukashenko mempertahankan hubungan dekat dengan fraksi komunis konservatif di Belarus yang telah merdeka.

Baca juga: Alasan Wagner Menghentikan Serangan di Rusia dan Kembali ke Pangkalan

Presiden pertama dan satu-satunya Belarus

Lukashenko untuk kali pertama terpilih sebagai Presiden Belarus pada 1994, mengalahkan empat kandidat lain.

Pada 10 Juli 1994, Alexander Lukashenko berhasil meraih 80,3 persen suara di putaran kedua melawan Perdana Menteri Vyacheslav Kebich.

Tahun-tahun pertama kepresidenan, dia fokus pada janji masa kampanye, yakni "untuk membawa negara kembali dari jurang maut".

Turut mempromosikan hubungan yang lebih dekat dengan Rusia, Lukashenko menandatangani sejumlah perjanjian dengan presiden negara tetangga tersebut.

Pada 1996, dia membujuk para pemilih untuk menyetujui konstitusi baru yang memungkinkan untuk memperpanjang masa kekuasaan.

Masih dari Britannica, sosok Alexander Lukashenko kerap dicap sebagai seorang pemimpin otoriter dan tidak dapat diprediksi.

Dia juga menentang reformasi ekonomi dan politik, menekan perbedaan pendapat di media dan masyarakat, serta memimpin Belarus "menjauhi" Eropa dan komunitas internasional.

Terpilih kembali, dilarang datang ke negara Uni Eropa

Terpilih kembali pada 2001, Alexander Lukashenko mengawasi pengesahan amandemen kontroversial yang memungkinkannya mencalonkan diri sebagai presiden untuk jabatan ketiga.

Lukashenko pun memenangi pemilihan umum 2006 di tengah tuduhan perusakan.

Banyak negara dan organisasi mengutuk pemilihan, termasuk Uni Eropa yang melarang Lukashenko dan sejumlah pejabat memasuki salah satu negara anggotanya.

Hingga pada 2008, dalam upaya meningkatkan hubungan dengan Belarus, Uni Eropa untuk sementara mencabut larangan perjalanannya terhadap presiden.

Lukashenko kemudian kembali memenangi masa jabatan lain sebagai presiden dalam pemilihan pada akhir 2010.

Baca juga: Profil dan Rekam Jejak Wagner Group, Tentara Bayaran yang Berbalik Serang Rusia

Menawarkan jadi penengah konflik di Ukraina timur

Pada 2014, Lukashenko melibatkan diri dalam konflik di Ukraina timur antara pemberontak yang didukung Rusia dengan otoritas setempat.

Kala itu, dia menawarkan untuk menengahi kesepakatan yang diharapkan akan mengakhiri pemberontakan.

Pertemuan antara Vladimir Putin dan Presiden Ukraina saat itu, Petro Poroshenko pun diadakan di Minsk, ibu kota Belarus.

Hasilnya, yakni Perjanjian Minsk yang menjadi salah satu upaya untuk mengamankan gencatan senjata antara pasukan Pemerintah Ukraina dan separatis yang didukung Rusia.

Beberapa pengamat percaya, kemunculan Lukashenko sebagai "pembawa perdamaian" kemungkinan menandakan niat untuk meninggalkan kecenderungan otokratis.

Pasalnya, otokratis atau berkuasa secara mutlak selama ini menjadi ciri khas pemerintahannya.

Cara itu pun dinilai berhasil lantaran Lukashenko kembali memenangi pemilihan umum presiden pada 11 Oktober 2015.

Mengantongi 83,5 persen suara, Lukashenko membawa Belarus memasuki tahap teknologi baru, termasuk mempromosikan ekonomi digital dan industri nuklir.

Sementara itu, pada 9 Agustus 2020, Alexander Lukashenko memperoleh 80,1 persen suara pada pemilihan presiden dan kembali menjabat untuk periode keenam.

Terlepas dari tantangan yang dihadapi negaranya, Lukashenko memastikan tetap menjalankan operasi ekonomi yang berkelanjutan dan menjaga sektor sosial.

Sementara itu, terkait kebijakan luar negeri, negara ini tetap terbuka untuk menjalin kerja sama yang konstruktif dan saling menguntungkan, serta berkomitmen pada hubungan dengan sekutu.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi