Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu LSD yang Menyerang 455 Hewan Ternak di Semarang Jelang Idul Adha?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/Fristin Intan Sulistyowati
Kondisi sapi yang terkena gejala virus Lumpy Skin Disease (LSD), memiliki ciri sekujur tubu sapi terdapat benjolan-benjolan, di Sragen, Jumat (13/1/2023).
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com – Ratusan hewan ternak di Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng) terserang penyakit lumpy skin disease atau LSD menjelang Idul Adha 2023.

“Ada 455 hewan (ternak) yang terserang LSD,” ucap Kepala Dinas Peternakan (Dispertan) Kota Semarang Hernowo Budi Luhur, dilansir dari Kompas.com (19/6/2023).

Ia mengatakan, banyaknya peternak di Kota Semarang yang juga menjadi pedagang hewan ternak membuat penyebaran LSD semakin cepat meluas dan tak terkendali.

“Kita tahu bahwa peternak di Kota Semarang silih berganti karena peternak kita jadi pedagang. Jadi kadang-kadang terkena LSD, tahu-tahu sudah hilang hewan ternaknya entah terjual atau lain sebagainya,” kata dia.

Baca juga: Jelang Idul Adha 2023, Ini Cara Memilih Hewan Kurban yang Baik

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, apa itu LSD?

Mengenal LSD

Dikutip dari Balai Besar Veteriner Wates Kementerian Pertanian, lumpy skin disease (LSD) merupakan penyakit kulit infeksius yang disebabkan oleh Lumpy Skin Disease Virus (LSDV).

Virus tersebut merupakan virus bergenetik DNA dari genus Capripoxvirus dan famili Poxviridae. 

LSDV umumnya menyerang hewan sapi dan kerbau. Virus ini juga dapat menjangkiti hewan ternak lain seperti kambing dan domba. Kendati demikian, belum ada laporan terkait hal itu.

Masa ikubasi LSD berkisar antara 1-4 minggu. Meski tingkat mortalitas atau hewan yang meninggal akibat penyakit ini di bawah 10 persen, tingkat morbiditas atau yang terjangkit sekitar 45 persen.

Penularan LSD

Hewan ternak tertular LSD dapat secara langsung ataupun tidak langsung.

Penularan LSD secara langsung melalui kontak dengan lesi kulit atau virusnya terbawa melalui darah, leleran hidung dan mata, air liur, semen, susu, atau intrauterine (pembuahan).

Penularan secara tidak langsung dapat terjadi melalui peralatan dan perlengkapan yang terkontaminasi virus LSD seperti pakan kandang, peralatan kandang, dan jarum suntik.

Adapun penularan secara mekanis melalui artropoda atau serangga seperti nyamuk (Aedes dan Culex), lalat, migas penggigit, dan caplak.

Baca juga: Cara Menyembelih Hewan Kurban

Gejala LSD

Gejala klinis penyakit ini dipengaruhi oleh umur, ras, dan status imun hewan ternak.

Gejala utama LSD adalah lesi kulit berupa benjolan atau nodul berukuran satu sampai tujuh sentimeter yang biasanya ditemukan pada area leher, kepala, kaki, ekor, dan ambing.

Kendati demikian, nodul-nodul tersebut dapat menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh jika tingkat keparahannya sudah berat.

Kemunculan nodul umumnya diawali dengan demam hingga lebih dari 40,5 derajat celsius.

Nodul tersebut jika dibiarkan terus menerus, akan menjadi lesi nekrosis (menyerang sel atau jaringan tubuh) dan ulseratif (peradangan kronis).

Diagnosis LSD

Diagnosis LSD di lapangan diawali dengan pengamatan gejala klinis dan didukung oleh data historis lokasi peternakannya.

Kemudian diagnosis yang jelas dan tepat hanya dapat dikonfirmasi melalui pemeriksaan laboratorium yang umumnya menggunakan Polmerase Chain Reaction (PCR).

Sampel terbaik untuk uji lab adalah dari lesi kulit. Selain itu, sampel lainnya yakni darah serta swab hidung dan air liur.

Uji lain yang dapat digunakan dengan tes serologis atau tes dengan mencari antibodi yang terdapat di dalam darah.

Tes tersebut seperti Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA), Indirect Fluorescent Antibody Test (IFAT), Indirect Immunofluorescence Test (IIFT), Virus Neutralization Test (VNT), Serum Neutralization Test (SNT), dan uji Imunohistochemistry (IHC).

Pada pemeriksaan post mortem ditemukan nodul-nodul pada otot, membran mukosa mulut, hidung, saluran pencernaan, paru-paru, hingga pada testis dan vesika urinaria.

Selain itu, juga ada diagnosis banding LSD, yakni pseudo-lumpy skin disease yang disebabkan oleh Bovine Herpesvirus-2.

Gejala klinisnya lebih ringan dan berlangsung lebih singkat dibanding LSD.

Diagnosis banding itu diuji dari masalah atau penyakit seperti dermatophilosis, ringworm, gigitan serangga, rinderpest, demodekosis, infestasi hypoderma bovis, bovine papular stomatitis, urtikaria, cutaneous tuberculosis, dan onchocercosis.

Baca juga: Cara Menyembelih Hewan Kurban

Pengobatan dan pencegahan LSD

Hingga saat ini belum ada pengobatan khusus terhadap LSD.

Pengobatan yang dapat dilakukan bersifat simptomatik untuk mengobati gejala klinis yang muncul.

Selain itu, pengobatan yang dilakukan bersifat suportif untuk memperbaiki kondisi tubuh hewan ternak yang terinfeksi.

Pencegahan secara spesifik yang dapat dilakukan adalah dengan vaksinasi. Sebagian besar vaksin LSD adalah live attenuated (vaksin hidup dari bakteri atau virus yang sudah dilemahkan), namun juga tersedia dalam bentuk inaktif.

Selain itu, adapun cara pencegahan lainnya sebagaimana disebutkan di Distanpangan Provinsi Bali, antara lain:

  • Menjaga kondisi tubuh ternak agar tetap sehat dengan mencukupi kebutuhan pakan dan menyediakan kandang yang nyaman bagi ternak.
  • Mengupayakan agar kandang dalam kondisi bersih, kering dan hangat.
  • Menjaga kebersihan kandang dan lingkungannya, membersihkan sampah dan kotoran ternak setiap hari agar tidak menjadi sarang serangga pembawa virus penyebab LSD.
  • Melakukan penyemprotan (spraying) kandang dengan anti serangga dan merendam ternak (dipping) dalam larutan insektisida secara berkala.

Baca juga: 7 Jenis Sapi dan Kambing Kurban di Indonesia

Komplikasi LSD

Meskipun tidak bersifat zoonosis atau tidak menular kepada manusia, namun LSD menimbulkan komplikasi yang besar pada hewan ternak.

Komplikasi tersebut berupa:

  • Kehilangan berat badan karena hewan tidak bernafsu makan
  • Berkurangnya produksi susu
  • Mandul yang bersifat sementara atau permanen
  • Kerusakan pada kulit.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi