Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Disebut Bakal Nyatakan Aspartam Berpotensi Memicu Kanker, Apa Itu?

Baca di App
Lihat Foto
freepik
Ilustrasi pemanis buatan aspartam disebut kemungkinan memicu kanker.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Salah satu pemanis buatan paling umum di dunia, aspartam, disebut akan dinyatakan sebagai zat yang mungkin dapat memicu kanker.

Diberitakan Reuters, Jumat (30/6/2023), dua sumber mengatakan bahwa aspartam pada Juli 2023 akan masuk dalam daftar zat yang kemungkinan bersifat karsinogenik.

Penetapan untuk pertama kalinya ini dilakukan oleh International Agency for Research on Cancer (IARC), badan riset kanker di bawah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Keputusan tersebut sebenarnya telah rampung sejak awal bulan Juni 2023, setelah pertemuan bersama para pakar dari luar IARC.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Namun, keputusan tidak memperhitungkan berapa banyak produk yang dapat dikonsumsi dengan aman oleh seseorang.

Joint Expert Committee on Food Additives (JECFA), gabungan ahli WHO dan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), turut meninjau penggunaan pemanis buatan aspartam tahun ini.

Pertemuan sejak akhir Juni 2023 ini rencananya akan diumumkan pada hari yang sama dengan keputusan IARC, yakni 14 Juli 2023.

Baca juga: 6 Pemanis Pengganti Gula bagi Penderita Diabetes


Keputusan IARC menimbulkan kekhawatiran

Sejak 1981, JECFA menyatakan aspartam aman dikonsumsi dalam batas harian yang diperbolehkan.

Aspartam sendiri telah dipelajari secara ekstensif atau luas selama bertahun-tahun. Misalnya, sebuah studi terhadap 100 ribu orang di Perancis pada 2022.

Studi menunjukkan, orang yang mengonsumsi pemanis buatan termasuk aspartam dalam jumlah lebih besar, memiliki risiko kanker sedikit lebih tinggi dari individu dengan konsumsi normal.

Namun, belajar dari keputusan IARC di masa lalu terkait zat berbeda, telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyakarat.

Dikutip dari Antara, IARC sebelumnya pada 2015 menyimpulkan bahwa glifosat berpotensi bersifat karsinogenik.

Beberapa tahun kemudian, Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA) menentang kesimpulan tersebut. Kendati demikian, sejumlah perusahaan produsen masih merasakan dampaknya.

Salah satunya, perusahaan Bayer Jerman, yang kalah di meja hijau sehingga harus memberikan ganti rugi kepada pelanggan yang terkena kanker dan menyalahkan glifosat.

Keputusan-keputusan IARC juga dikecam lantaran memicu kepanikan mengenai zat-zat yang sulit dihindari.

Disebutkan dalam klasifikasinya, badan riset ini membagi ke dalam empat tingkatan, yakni:

Baca juga: Kenali Sederet Bahaya Ketumbar, Picu Reaksi Alergi dan Gula Darah Rendah

 

Tentang Aspartam

Dikutip dari Kompas.com, Aspartam adalah pemanis sintetis yang ditemukan pada tahun 1965. Penggunaan aspartam disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) pada 1974. Akan tetapi, izin pemasaran aspartam dicabut beberapa bulan kemudian.

Hal itu karena adanya sebuah pengaduan bahwa bahan ini berbahaya dan merupakan bahan karsinogenik penyebab kanker sehingga perlu dievaluasi lebih lanjut.

Oleh karena itu, dilakukanlah penelitian lebih lanjut mengenai aspartam sehingga tercapailah sebuah hasil yang memuaskan pihak FDA.

Pada 1981, FDA menyatakan aspartam tidak berbahaya apabila dikonsumsi secukupnya serta diberikan dengan batas pengonsumsian sehari-hari untuk penggunaan pada bahan makanan padat.

Kemudian perizinan penggunaan aspartam sebagai tambahan dalam minuman soft drink menyusul pada 1983 dan akhirnya pada 1996 dinyatakan sebagai bahan pengganti pemanis buatan yang dapat digunakan secara umum.

Keamanan penggunaan aspartam telah diteliti dan diakui oleh banyak organisasi nasional dan internasional, termasuk FAO/WHO Commitee of Experts on Food Additives (JEFCA) dan disetujui oleh badan parlemen Eropa untuk digunakan sebagai pemanis buatan di bahan makanan pada 30 Juni 1994.

Zat aspartam terbuat dari fenilalanin dan asam aspartat.

Dilansir dari Encyclopedia Britannica, aspartam 150 hingga 200 kali lebih manis daripada gula dan rendah kalori. Namun, aspartam tidak cocok untuk panggang atau dipanaskan karena senyawanya tidak stabil terhadap panas.

Aspartam banyak digunakan dalam produk makanan dan minuman sebagai pengganti gula. Hal itu karena hanya dengan takaran yang lebih sedikit, aspartam bisa menghasilkan rasa manis yang sama dengan gula biasa.

Pemanis buatan ini umumnya hanya direkomendasikan untuk digunakan pada makanan atau minuman yang sudah matang dan tidak dimasak lagi. Hal ini karena panas bisa memecah aspartam.

Aspartam terbuat dari asam aspartat dan fenilalanin. Keduanya merupakan asam amino alami. Asam aspartat diproduksi secara alami di dalam tubuh, sedangkan fenilalanin bisa didapatkan dari makanan.

Kontroversi aspartam

Meskipun penggunaannya telah mendunia dan disetujui oleh WHO, bukan berarti aspartam langsung bisa diterima oleh masyarakat.

Sejumlah kontroversi muncul dikarenakan adanya penelitian mengenai produk aspartam dengan beragam hasil yang berbeda.

Dikutip dari Kompascom, pada 1996, sebuah artikel yang dikemukakan oleh JW Olney menyatakan adanya kemungkinan bahwa aspartam menyebabkan peningkatan insiden dari tumor otak sehingga menimbulkan perdebatan di berbagai media.

Sementara itu, bukti dari penelitian yang dilakukan oleh FDA FR (1981-1984), Koestner dan Cornell dkk pada 1984 serta yang dilakukan Flamm (1997) membantah pernyataan tersebut dengan menyatakan bahwa tidak ada potensi karsinogenik yang menyebabkan kanker pada pemakaian aspartam di tikus percobaan.

Perdebatan mengenai hasil penelitian Olney juga dikemukakan oleh para peneliti lain, termasuk Levy dkk pada tahun 1996.

Mereka menyatakan bahwa jika pengumpulan data mengenai insiden tumor otak dan pemakaian aspartam dikumpulkan dari 1973 hingga 1992, hasil penelitian Olney tidak relevan, karena Levy mendapatkan hasil bahwa insiden tumor otak meningkat bukan karena mengkonsumsi aspartam.

Pendapat serupa dinyatakan oleh penelitian Lim dkk yang mengikuti perjalanan 285.079 pria dan 188.905 wanita pengonsumsi aspartam, baik di dalam minuman mereka saat dingin maupun panas sejak 1995 hingga 2000.

Hasil penelitian ini mendapati bahwa tidak ada kaitannya dengan risiko kanker otak dan kelainan pembentukan darah. Studi ini dipublikasikan di jurnal Cancer epidemiology Biomarkers and Prevention pada 2006.

Lalu, salah satu penelitian pada 2008 yang membantah bahwa aspartam menyebabkan kanker adalah penelitian dari Magnuson dan Williams yang disponsori oleh Burdock Group.

Ini adalah sebuah badan peneliti independen yang di-support secara finansial oleh perusahaan Ajinomoto, salah satu produsen Aspartam.

Bahkan pada 2009, salah satu penelitian yang disokong oleh Italian Association for Cancer Research dan The Italian League Against Cancer menyatakan bahwa tidak terbukti bahwa aspartam menyebabkan kanker lambung, pankreas, dan lapisan rahim (endometrium).

Sejauh ini FDA dan beberapa organisasi kesehatan lainnya masih menyatakan aman untuk dikonsumsi berdasarkan banyaknya penelitian yang dilakukan di berbagai belahan dunia dari masa ke masa.

 

Pertentangan aspartam mengandung zat picu kanker

Di sisi lain, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pemanis Internasional (ISA) Frances Hunt-Wood mengatakan, IARC bukan badan keamanan pangan.

"Tinjauan aspartam mereka tidak komprehensif secara ilmiah dan sangat didasarkan pada penelitian yang didiskreditkan secara luas," kata dia.

Sementara itu, pada Maret 2023, pejabat Kementerian Kesehatan, Perburuhan, dan Kesejahteraan Jepang, Nozomi Tomita, ikut menuliskan surat kepada WHO.

Melalui surat kepada Wakil Direktur WHO Zsuzsanna Jakab, dia meminta agar WHO kembali melakukan peninjauan sebelum laporan dirilis.

"Kami dengan hormat meminta kedua badan untuk mengoordinasikan upaya mereka dalam meninjau aspartam untuk menghindari kebingungan atau kekhawatiran di kalangan masyarakat," tulisnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi