KOMPAS.com - Beberapa orang mungkin sering kali melihat sosok ataupun wajah manusia pada benda mati, seperti rumah, awan, bangunan-bangunan, lubang stop kontak, biskuit, dan lainnya.
Meskipun tampak mengerikan, dalam dunia psikologi kondisi itu disebut sebagai pareidolia.
Dilansir dari National Center for Biotechnology Information (NCBI, Pusat Nasional Informasi Bioteknologi), pareidolia adalah fenomena psikologis yang menyebabkan seseorang dapat mengenali suatu bentuk atau pola tertentu, biasanya wajah, padahal yang dilihat sebenarnya adalah benda mati.
Apa itu pareidolia
Dalam kajian psikologi, pareidolia merupakan ilusi parsial dan terjadi dalam kondisi pencahayaan rendah.
Sedangkan dalam neuropatologi, keberadaan pareidolia tidak disengaja dan merupakan fenomena acak. Biasanya gambar pareidolia yang diterima oleh otak manusia tidak lengkap.
Akan tetapi, otak kemudian secara otomatis menggunakan pengetahuan bawaan dan data yang dikumpulkan dari pengalaman sebelumnya untuk mengisi bagian yang hilang, sehingga menghasilkan interpretasi lengkap yang menghasilkan gambar yang koheren.
Berikut adalah beberapa contoh pareidolia yang umumnya terjadi:
- Rumah yang tampak seperti wajah wanusia
- Awan tampak menyerupai sosok tertentu
- Colokan di stok kontak yang terlihat seperti bentuk wajah
- Dan masih banyak lainnya.
Lantas, apa penyebab pareidolia?
Baca juga: Game Roleplay Ramai Dimainkan, Ini Dampaknya Menurut Psikolog
Penyebab pareidolia
Penyebab pareidolia sendiri hingga saat ini belum diketahui secara pasti.
Kendati demikian, studi yang dirilis di Cell Press Journal pada 2017 menjelaskan bahwa pareidolia berkaitan dengan cara kerja otak dalam memproses dan mengartikan rangsangan visual.
Otak manusia memiliki area yang bertanggung jawab terhadap pengenalan dan persepsi akan wajah, yaitu bagian depan (frontal) dan samping (temporal).
Pada beberapa orang, otak mereka memiliki kecenderungan untuk langsung memproses suatu benda mati menjadi bagian-bagian wajah tertentu.
Selain itu, pareidolia tidak selalu menjadi kondisi yang berbahya, kondisi ini normal terjadi dan dapat dialami oleh siapa saja.
Namun, dalam beberapa kasus, pareidolia bisa menjadi tanda penyakit tertentu.
Baca juga: Viral, Video Awan Panas Gunung Merapi Berbentuk Petruk, Peneliti: Fenomena Pareidolia
Siapa yang bisa mengalami pareidolia?
Dikutip dari lenstore, pareidolia rentan terjadi pada orang yang lebih religius atau percaya pada hal-hal gaib.
Sebuah studi menunjukkan bahwa orang-orang neurotik dan orang-orang dalam suasana hati yang negatif akan lebih mungkin mengalami pareidolia.
Alasannya karena orang-orang tersebut lebih waspada terhadap bahaya, sehingga lebih cenderung menemukan sesuatu yang tidak ada.
Selain itu, wanita tampaknya juga lebih cenderung melihat wajah yang sebenarnya tidak ada. Ini mungkin terkait dengan fakta bahwa mereka memiliki kemampuan yang lebih baik untuk mengenali emosi melalui mengartikan ekspresi wajah.
Baca juga: Pesawat Ditabrak Burung, Pilot Ini Mendarat dengan Wajah Berdarah
Penggunaan pareidolia dalam psikologi
Beberapa psikolog mengandalkan pareidolia dalam pemeriksaan psikologis. Terkadang, psikolog akan menggunakan tes Rorschach inkblot untuk menginterpretasikan emosi tersembunyi seseorang.
Tes tersebut mencakup gambar yang dibuat dengan menjatuhkan tinta di atas kertas dan melipat kertas menjadi dua.
Psikolog kemudian meminta pasiennya untuk menginterpretasikan gambar yang dihasilkan. Secara teori, pasien memproyeksikan pikiran terdalam mereka ke gambar acak.
Namun, metode terapi ini banyak diperdebatkan oleh para psikolog, karena tidak memiliki landasan fakta.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.