Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

FBI Sebut Bos Wagner Punya Hubungan dengan Indonesia, Apa Kata Kemenlu?

Baca di App
Lihat Foto
fbi.gov
Pemimpin tentara bayaran Wagner masuk DPI FBI dan disebut memiliki hubungan dengan Indonesia.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Biro Investigasi Federal (FBI) AS menyebutkan bahwa pemimpin pasukan Wagner, Yevgeny Prigozhin, memiliki hubungan dengan Indonesia.

Hal tersebut terungkap dalam rilis daftar pencarian orang (DPO) yang diterbitkan FBI belum lama ini.

Melalui laman fbi.gov, Prigozhin masuk DPO FBI lantaran ia diduga terlibat dalam upaya untuk menipu AS.

Prigozhin diduga melakukan hal itu dengan cara merusak, menghalangi, dan mengalahkan fungsi sah Komisi Pemilihan Federal, Departemen Kehakiman, dan Departemen Luar Negeri AS.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

FBI juga menyertakan informasi bahwa Prigozhin bisa berbicara bahasa Rusia dan memiliki hubungan dengan Negara Beruang Merah, Qatar, termasuk Indonesia.

Baca juga: Bos Pasukan Wagner Yevgeny Prigozhin Masuk DPO FBI, Kasus Apa?

Baca juga: Sejarah Wagner Group, Tentara Bayaran yang Kini Balik Menyerang Rusia

Lantas, apa kata Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) soal hal tersebut?

Tanggapan Kemenlu

Juru Bicara Kemenlu Teuku Faizasyah mengatakan, pihaknya tidak mempunyai informasi soal kaitan antara Prigozhin dengan Indonesia.

Kemungkinan, menurutnya, Polri yang memiliki informasi soal Prigozhin yang masuk DPO FBI tersebut.

"Mungkin kepolisian ada informasi melalui komunikasi dengan FBI sebagai sesama penegak hukum," katanya kepada Kompas.com, Jumat (30/6/2023).

Sementara itu, Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Sandi Nugroho dan Karo Penmas Polri Brigjen Pol Ahmad Ramadhan belum memberikan respons terkait hal di atas.

Pesan yang dikirimkan Kompas.com hingga Jumat (30/6/2023) malam belum mendapatkan balasan.

Baca juga: 5 Dampak Perang Rusia-Ukraina bagi Indonesia, Apa Saja?

Prigozhin diduga campuri kepentingan AS

Dalam rilis DPO, FBI mengatakan bahwa Prigozhin diduga terlibat konspirasi untuk menipu AS di Washington DC dari awal 2014 sampai 16 Februari 2018.

Mantan koki Kremlin itu juga disebut sebagai penyandang dana utama Internet Research Agency (IRA) yang berbasis di St Petersburg.

Ia diduga mengawasi dan menyetujui operasi campur tangan politik dan pemilu di AS.

Hal itu meliputi pembelian ruang server komputer AS, pembuatan ratusan persona online fiktif, dan penggunaan identitas orang yang dicuri dari AS.

"Tindakan tersebut diduga dilakukan untuk menjangkau sejumlah besar orang AS dengan tujuan mengganggu sistem politik AS, termasuk Pemilihan Presiden 2016," tulis FBI.

Baca juga: Tengahi Konflik Wagner Vs Rusia, Lukashenko Bilang ke Putin Jangan Bunuh Prigozhin

FBI janjikan imbalan

FBI juga menyampaikan, surat penangkapan terhadap Prighozin telah diterbitkan pada 16 Februari 2018.

Surat itu diterbitkan di Pengadilan Distrik AS untuk Distrik Columbia setelah Prighozin didakwa dengan konspirasi untuk menipu AS.

FBI menambahkan, siapa pun yang bisa memberikan informasi yang mengarah pada penangkapan Prighozin akan mendapat imbalan sebesar 250.000 dollar AS atau sekitar Rp 3,7 miliar.

Baca juga: Mengintip Kondisi Rusia Saat Pemberontakan Wagner Group Terjadi...

Yevgeniy Prigozhin lari ke Belarusia

Prigozhin yang belakangan ini disorot usai menyerukan pemberontakan atas Rusia pada Jumat (23/6/2023) diketahui melarikan diri ke Belarusia.

Pelarian yang disebut sebagai "pengasingan" tersebut merupakan kesepakatan antara pihaknya dengan Rusia.

Dilansir dari Al Jazeera, Prigozhin pergi ke Belarusia pada Selasa (27/6/2023) menggunakan pesawat.

"Saya melihat Prigozhin sudah terbang dengan pesawat ini," kata kantor berita negara BELTA mengutip Presiden Belarusia Alexander Lukashenko.

"Ya, memang, dia (Prigozhin) ada di Belarusia hari ini," pungkasnya.

Baca juga: Kisah Robert Hanssen, Agen FBI yang Jadi Mata-mata Rusia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi