Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disebut Terkait dengan Panji Gumilang, Ini Jejak NII di Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/DENDI RAMDHANI
Pimpinan pondok pesantren (Ponpes) Al Zaytun Panji Gumilang memenuhi undangan tim investigasi terkait dugaan penyimpangan di Gedung Sate, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (23/6/2023).
|
Editor: Farid Firdaus

KOMPAS.com - Negara Islam Indonesia (NII) belakangan kembali ramai diperbincangkan seiring terungkapnya sejumlah kontroversi di Pondok Pesantren Al Zaytun.

Pasalnya, pimpinan Ponpes Al Zaytun Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang disebut terkait dengan NII.

Bahkan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menemukan jejak Panji Gumilang dan Ponpes Al Zaytun dalam jaringan NII.

Berikut jejak NII di Indonesia...

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Saat Umat Islam Dibuat Resah NII dan Polemik Al Zaytun Sejak Lama...

Sudah ada sejak 1949

Adalah Sekarmadhi Maridjan (SM) Kartosoewirjo yang mendeklarasikan NII pada 7 Agustus 1949 sebagai bentuk perlawanan.

Pendirian NII ini dilatarbelakangi oleh kekecewaan Kartosoewirjo terhadap pemerintah Indonesia, dikutip dari Kompas Stori.

Sebenarnya, Kartosoewirjo turut terlibat aktif dalam perang merebut kemerdekaan Indonesia pada 1945-1949.

Namun, sikapnya kerap bertentangan dengan pemerintah, termasuk penolakannya untuk melakukan long march ke Jawa Tengah.

Kala itu, perintah long march dilakukan sebagai konsekuensi dari Perjanjian Renville.

Perjanjian ini dibentuk hanya untuk mengelabui Indonesia agar bersedia patuh terhadap Hindia Belanda.

Karenanya, ia menolak tegas perintah long march tersebut. Atas dasar ini, ia kemudian mendirikan NII atau disebut dengan Darul Islam.

Baca juga: Buka-bukaan Eks NII, Al Zaytun Pusat Kaderisasi sampai Didoktrin Setiap Malam...

Aksi pemberontakan

Dalam perjalanannya, Kartosoewirjo memimpin gerakan pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di Jawa Barat.

Bahkan, kelompok ini mampu berkembang dengan cepat, seiring lemahnya pemerintah pusat.

Buktinya, sepertiga Jawa Barat berhasil dikuasainya.

Namun, pada akhir 1950-an, kelompok pimpinan Kartosoewirjo ini mendapat perlawanan dari pemerintahan Sukarno.

Puncaknya, ia menyatakan perang pada 1961 dengan menggunakan taktik teror dan bandit terhadap warga sipil.

Ia juga sempat melakukan percobaan pembunuhan terhadap Sukarno saat shalat Idul Adha berlangsung pada Mei 1962. Beruntung, upaya itu gagal.

Tak lama setelahnya, Kartosoewirjo berhasil ditangkap pada Juni 1962 dan dijatuhi hukuman mati pada September tahun yang sama.

Baca juga: Polri Klaim Sudah Ngebut Tangani Kasus Pimpinan Ponpes Al Zaytun Panji Gumilang

Jejaring NII di Indonesia

Meski Kartosoewirjo telah dieksekusi, sejumlah kelompok-kelompok sempalan NII terus bermunculan di Indonesia.

Hal ini diungkapkan salah satunya oleh M Zaki Mubarak dalam sebuah artikel berjudul "Dari NII ke ISIS, Transformasi Ideologi dan Gerakan dalam Islam Radikal di Indonesia Kontemporer" yang terbit di Jurnal Episteme.

Dalam catatannya, serangkaian kekerasan dan pengeboman di era Orde Baru dikaitkan dengan gerakan Komando Jihad (Komji) yang muncul akhir 1970-an.

Sejumlah pelaku yang tertangkap hidup-hidup atau tertembak mati tercatat memiliki keterkaitan dengan gerakan teror keagamaan sebelumnya.

Tak hanya itu, sekelompok fundamentalis jemaah Imron bin Muhammad Zein juga pernah membajak pesawat terbang Woyla milik Garuda Indonesia pada 1981.

Hingga akhir 1980-an, aktor utama serangkaian aksi teror merupakan mantan anggota DI/TII era Kartosoewirjo.

Selanjutnya, nama Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba'asyir muncul pada akhir 1990-an dengan gerakannya Jamaah Islamiyah (JI).

Baca juga: Menengok Santri Modern di Ponpes Al Zaytun, 23 Tahun Lalu...

Jejak Panji Gumilang dan Al Zaytun

Nama Panji Gumilang pada 2011 santer dikaitkan dengan jaringan NII.

Salah satu aktivis NII 1996-2001 Sukanto menuturkan, Panji merupakan imam NII Komendemen Wilayah (KW) 9 yang mencakup wilayah Jakarta, Tangerang, Bekasi, dan Banten.

Panji melanjutkan kepemimpinan imam sebelumnya, yakni Adah Djaelani pada 1996, dikutip dari pemberitaan Kompas.com (14/8/2019).

Dalam perjalanannya, NII KW 9 pimpinan Panji memliki sejumlah program. Targetnya, merealisasikan hukum Islam berlaku secara de jure dan de facto di wilayah tersebut.

Sementara itu, Ponpes Al Zaytun diyakini sebagai tempat pusat kaderisasi NII KW 9. Sebab, sepertiga santri ponpes tersebut merupakan anak dari warga NII.

(Sumber: Kompas.com/Achmad Nasrudin Yahya, Verelladevanka Adryamarthanino | Editor: Nibras Nada Nailufar)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi