KOMPAS.com - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) sedang melacak varian Covid-19 baru, yakni EU.1.1 yang diumumkan pada Jumat (30/6/2023).
Dilansir dari CBS News, subvarian baru EU.1.1 ini pertama kali ditetapkan oleh para ilmuwan pada awal 2023 karena peningkatannya yang cepat di beberapa negara Eropa.
Varian ini merupakan keturunan yang lebih jauh dari varian XBB.1.5 (Omicron) yang telah melonjak awal tahun ini dengan beberapa mutasi yang mendorong penyebarannya.
Saat ini, EU.1.1 telah menyumbang sekitar 1,7 persen dari semua kasus Covid-19 di Amerika Serikat dan sekitar 8,7 persen kasus di Montana, Wyoming, Utah, Colorado, dan Dakota.
Kendati demikian, peneliti mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk mengetahui apakah EU.1.1 akan menyebabkan gejala baru atau berbeda di AS.
Hal tersebut lantaran, mayoritas orang Amerika Serikat sekarang sudah memiliki beberapa bentuk kekebalan dari vaksinasi atau infeksi di Covid-19 sebelumnya.
Baca juga: Status Pandemi Dicabut, Pengobatan dan Vaksin Covid-19 Harus Bayar?
Banyak kasus EU.1.1 di Utah
Sementara itu, laboraturium di Utah telah mengurutkan kasus infeksi EU.1.1 di negara bagian.
Utah berada di urutan pertama sebagai negara bagian dengan kasus EU.1.1 paling banyak, yaitu sekitar 100 kasus.
Sedangkan laboratorium di negara bagian Nevada dan Colorado hanya melaporkan satu kasus infeksi dari EU.1.1.
Namun, tren Covid-19 di Utah secara keseluruhan saat ini terlihat serupa dengan negara lainnya.
Saat ini kasus Covid-19 berada di sekitar rekor terendah yang terlihat selama musim semi dan musim panas sebelumnya.
Sebuah konsorsium pemodel akademis dan federal baru-baru ini memproyeksikan bahwa AS kemungkinan akan terus mengalami jeda dalam rawat inap dan kematian akibat Covid-19 selama bulan hangat setidaknya dalam dua tahun ke depan.
Baca juga: Pemerintah Resmi Cabut Status Pandemi Covid-19 di Indonesia, Ini Kilas Balik Virus Corona
Lantas, bagaimana di Indonesia? Apakah subvarian Omicron baru EU.1.1 sudah terdeteksi?
Kemenkes ungkap belum terdeteksi di Indonesia
Saat dikonfirmasi, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan, saat ini subvarian Omicron baru EU.1.1 belum terdeteksi di Indonesia.
"Belum ada di Indonesia (subvarian Omicron baru EU.1.1)," ujarnya kepada Kompas.com, Minggu (3/7/2023).
Selain itu, Siti Nadia juga menyampaikan, terkait dengan gejala dan penularan subvarian Omicron baru EU.1.1 juga belum diketahui dengan pasti apakah akan sama atau memiliki perbedaan dengan varian sebelumnya.
Nadia juga mengatakan masyarakat Indonesia sudah memiliki kekebalan yang bisa mengantisipasi adanya variasi Covid-19 yang baru muncul.
"Kita kan sudah memiliki kekebalan yang cukup, sehingga kalau ada variasi baru bisa diantisipasi," katanya lagi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.