Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Siniar KG Media
Bergabung sejak: 15 Okt 2021

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Keresahan Dian Sastro terhadap Dunia Pendidikan Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
Beginu/Medio by KG Media
Dian Sastrowardoyo memiliki keresahannya terhadap dunia pendidikan di Indonesia.
Editor: Yohanes Enggar Harususilo

Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ristiana D. Putri

KOMPAS.com - Indonesia masih memiliki tantangan besar dalam dunia pendidikan. Meskipun saat ini sedang berada di masa keemasan dan memiliki ambisi, Dian Sastrowardoyo berpendapat ada banyak tantangan yang dihadapi.

Padahal, Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah. Dalam siniar Beginu episode “Tentang Keresahan dan Upaya Pemberdayaan” dengan tautan dik.si/BeginuDisas1, perempuan ini mengatakan, “Cuma, masalahnya adalah manusianya udah siap belum?”

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut Dian Sastro, salah satu cara untuk menanggulangi masalah ini adalah memberikan pendidikan formal dan nonformal. Alhasil, keahlian masyarakat Indonesia yang berpendidikan pun tidak hanya menjadi objek perekonomian melainkan juga mampu menjadi pelaku dan pemainnya.

Ketertarikan yang Bermula dari Keluarga

Disas mengaku ketertarikannya soal dunia pendidikan sudah bermula dari keluarga. Baik dari keluarga sang ibu dan ayah, keduanya memiliki latar belakang pendidikan yang kuat.

Eyang dari keluarga Sastrowardoyo, banyak menjadi dosen. Sementara itu, eyang dari keluarga ibu merupakan anggota Taman Siswa.

Bak panggilan alam, Disas pun akhirnya mencoba mengajar setelah mendapat gelar masternya. Perempuan ini mengaku baru mulai berani mengajar setelah mengumpulkan pengalaman kerja dalam industri film selama 20 tahun.

Baca juga: Pemanfaatan Wilayah Konservasi jadi Ekowisata

Ternyata, mengajar bukanlah hal yang mudah. Ia mengaku harus bisa membuat materi yang menarik agar para mahasiswa mau mendengarkan dan mampu mencerna informasi dengan baik.

“Sebagai seorang entertainer, sebagai seorang aktor yang harus tampil gitu loh, tapi juga materinya gak boleh kosong karena harus penting dan seberapa besar gue menguasai materi itu, dan seberapa besar gue bisa jual materi itu biar menarik,” pungkasnya.

Namun, ia mengaku setelah sesi mengajar selesai selalu ada perputaran energi yang baik. Terlebih saat ia mendapat respons baik dari murid-muridnya.

Ia menjelaskan, “Gue paling terharu lihat tugas, ngoreksi. Gue jadi bisa melihat ada yang benar-benar nangkep pesan yang gue sampaikan, ada yang wallahualam.”

Membentuk Yayasan sebagai Bentuk Kepedulian

Rasa syukur yang berlimpah dalam kariernya pun tak ia pendam sendiri. “Sampe ngitung, gak mungkin gue punya semua ini tanpa punya tugas yang gue harus kerjakan,” jelasnya.

Akhirnya, perasaan beruntung yang berlimpah ini membuatnya membentuk Yayasan Dian Satrowardoyo. Fokusnya pun ingin memberikan kesempatan terhadap anak-anak dan remaja perempuan untuk mendapat pendidikan yang layak.

Hal ini disebabkan masih banyak kasus perdagangan anak perempuan untuk membantu ekonomi keluarga.

Seperti kasus yang diliput oleh Harian Kompas dan menemukan anak-anak di bawah umur yang dijual lewat skema prostitusi daring, dijajakan di tempat layanan spa “plus”, serta rumah bordil berkedok kafe.

Saat ini, ia dan yayasannya bertekad untuk menyekolahkan anak-anak tersebut hingga mencapai pendidikan di bangku kuliah. Pasalnya, setelah mereka lulus SMA, sering kali anak-anak tersebut disetir untuk memberikan penghasilan ke orangtuanya.

Dapat Banyak Pelajaran dari Anak

Dalam memilih kandidat yang mendapatkan kesempatan pendidikan gratis, Dian Sastro melakukan wawancara langsung untuk mengetahui sikap, sifat, serta kompetensinya. Namun, sering kali proses ini malah menjadi sesi curhatnya.

Dian Sastro menjelaskan banyak anak-anak yang tidak menangis saat menceritakan hidupnya yang sebenarnya sangat berat, “Dari latar belakang sesulit itu, gak bisa gak nangis. Tapi yang namanya Indonesia, hal sesusah apa pun pasti dibawa ketawa.”

Baca juga: Tori Kaizoku, Bar Inklusif dengan Inovasi Tiada Henti

Terlebih, meskipun kini kesetaraan gender sedang mendapat sorotan penuh, nyatanya masih banyak orang-orang yang kurang menghargai perempuan. Mereka pun masih dipandang sebelah mata dan tak mendapat kesempatan yang sama.

Untuk menyelesaikan masalah-masalah yang saat ini dihadapi Indonesia, Dian Sastro ingin menyertakan perempuan dalam prosesnya. Pasalnya, saat ini, kita lebih banyak menggunakan setengah kapasitasnya–dalam artian hanya laki-laki saja.

“Kayaknya manusia perlu melihat satu sama lain lebih equal,” jelasnya.

Padahal, terdapat penelitian yang mengungkapkan bahwa keterlibatan perempuan mampu memberikan pengaruh lebih besar untuk menyelesaikan masalah dibandingkan laki-laki. Menurutnya, hal ini dikarenakan perempuan mampu bersikap lebih tenang dan diplomatis.

Lantas, bagaimana tanggapan Dian Sastrowardoyo terhadap keterlibatan perempuan dalam kepemimpinan?

Temukan jawabannya melalui perbincangan lengkapnya bersama Wisnu Nugroho dalam siniar Beginu episode “Tentang Keresahan dan Upaya Pemberdayaan” dengan tautan dik.si/BeginuDisas1 di Spotify.

Di sana, ada banyak kisah dari para tokoh inspiratif yang mampu memberikan perspektif baru untuk hidupmu. Tunggu apalagi? Yuk, ikuti siniar Beginu dan akses playlist-nya di YouTube Medio by KG Media agar kalian tak tertinggal tiap ada episode terbarunya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi