Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Teorem Keajaiban Angka Dua

Baca di App
Lihat Foto
Ilustrasi matematika
Editor: Sandro Gatra

DALAM asyik meski babak belur berusaha mempelajari matematika, beberapa kali saya mengagas beberapa teorem angkamologi terbatas pada keterbatasan daya pikir saya sendiri yang memang sangat terbatas alias dangkal.

Satu di antara segelintir gagasan matematikal saya adalah teorem keajaiban angka dua.

Berdasar hasil ekperimen pemikiran yang sudah barang tentu sekadar organoleptik dan subyektif banget, saya menggagas suatu teorem bahwa angka dua merupakan angka yang paling mampu menyamakan tanda kali dengan tanda tambah.

Saya tidak berani mempatenkan teorem saya sebab jangan-jangan sudah ada orang lain terlebih dahulu lebih gesit mempatenkan teorem bahwa angka dua merupakan angka yang paling mampu menyamakan hasil pengalian dengan hasil penambahan.

Kebenaran teorem saya uji-buktikan sendiri dengan fakta aritmatikal bahwa dua ditambah dua ternyata hasilnya senantiasa bahkan niscaya konstan sama dengan dua dikali dua.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dalam bahasa agak lebih matematial memang 2+2 = 4 sama dengan 2x2 = 4, sementara 1+1 = 2 terbukti tidak sama dengan 1x1 = 1 atau 3+3 = 6 jelas tidak sama dengan 3x3 = 9 dan silakan lanjut gunakan angka mulai dari 4 sampai infinitas terjamin hasilnya pasti tidak sama dengan angka 2 yang memang de facto sakti mandraguna terkesan ajaib dalam menyamakan hasil pertambahan dengan hasil perkalian.

Di antara segenap angka yang ada di universe maupun multiverse serta metaverse atau apapunverse, supremasi keajaiban angka dua dalam menyamakan hasil perkalian dengan hasil penambahan memang undisputable terjawara.

Mungkin yang bisa menandingi kesaktian angka dua hanya satu dan satu-satunya (atau nihil dan nihil-nihilnya?), yaitu “angka” yang masih diperdebatkan layak atau tidak layak disebut sebagai angka, yaitu 0 alias nol atawa nihil atau tidak ada.

Memang harus diakui bahwa hasil nol plus nol adalah sama dengan nol kali nol, bahkan juga nol dibagi nol serta nol dikurangi nol semuanya tetap hasilnya sama dengan nol.

Berarti nol malah lebih ajaib ketimbang dua dalam kesamadenganan hasil dikali, ditambah, dikurang dan dibagi.

Namun sebenarnya kurang adil membandingkan angka dua yang jelas ada dengan nol yang semula tidak nyata ada sampai dengan Brahmagupta mengadakannya. Selaras lagu “ojo dibandingke” gubahan Abah Lala.

Apalagi keteguhan iman matematikal saya goyah berat setelah menerima masukan bingungologis kelas berat dari mahaguru kombinatorika saya Prof Kiki Sugeng berupa pernyataan Wikipedia terkesan membingungkan namun dogmatis sebagai berikut:

“Nol pangkat nol adalah ekspresi matematika berbasis eksponensiasi tanpa nilai yang disepakati.

Kemungkinan yang paling umum adalah 1 atau membiarkan ekspresi tidak terdefinisi, dengan pembenaran yang ada untuk masing-masing, tergantung pada konteksnya.

Dalam aljabar dan kombinatorika, nilai yang disepakati secara umum adalah nol pangkat nol adalah satu sedangkan dalam analisis matematis, ekspresi terkadang dibiarkan tidak terdefinisi”.

Maka mohon dimaafkan saya tetap bertahan pada keyakinan teorem gubahan saya sendiri bahwa angka dua merupakan satu-satunya angka nyata yang ada di antara tak terhingga angka nyata yang ada yang paling ajaib dalam berjaya menyamakan hasil perkalian dengan hasil pertambahan. MERDEKA!

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi