Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Penyakit Antraks yang Menewaskan Warga Gunungkidul

Baca di App
Lihat Foto
Jarun Ontakrai
Ilustrasi antraks
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com – Seorang warga di Padukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta meninggal dunia karena terkonfirmasi terkena antraks.

Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Dewi Irawaty menyatakan, merujuk pada laporan yang masuk ke dirinya, baru ada satu warga yang meninggal.

"Satu orang dinyatakan meninggal positif antraks. Usianya 73 tahun," kata Dewi dilansir dari Kompas.com, Selasa (4/7/2023).

Selain itu, diketahui ada puluhan warga yang dinyatakan positif antraks. Dari hasil pemeriksaan menyatakan 85 warga positif antraks, dan yang bergejala 18 orang. 

Baca juga: Kronologi Puluhan Warga di Gunungkidul Terkena Antraks

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas apa itu antraks?

Mengenal antraks

Dikutip dari Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo, antraks merupakan penyakit bakterial bersifat menular akut pada manusia dan hewan yang disebabkan oleh bakteri zoonosis bernama Bacillus anthracis.

Antraks sendiri bermakna “batubara” dalam bahasa Yunani, istilah ini digunakan karena kulit para penderita akan berubah menjadi warna hitam.

Penyakit ini umumnya menyerang hewan herbivora, seperti sapi, kambing, domba, dan lainnya, serta dapat menular ke manusia.

Bakteri antraks dapat tumbuh di dalam tubuh dan menjadi spora jika berada di luar tubuh saat kontak atau tertiup udara.

Spora bakteri penyebab antraks ini diketahui mampu bertahan sampai puluhan tahun di tanah dan hanya mati oleh pemanasan pada suhu 100 derajat celsius selama 20 menit atau pemanasan kering dengan suhu 140 derajat celsius selama 30 menit.

Bahkan, hewan atau spesimen antraks yang telah membusuk maupun yang dikeringkan bertahun-tahun masih dapat dinyatakan positif penyakit tersebut.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Wabah Antraks Serang Rusia, 62 Orang Meninggal

Gejala hewan terkena antraks

Dilansir dari Balai Besar Veteriner Wates, ternak yang terserang antraks umumnya mengalami gejala demam tinggi pada awal terinfeksi.

Kemudian setelahnya akan mengalami gelisah, kesulitan bernapas, kejang, rebah, dan kematian.

Selain itu, sering ditemukan gejala adanya darah yang keluar dari lubang-lubang tubuh seperti hidung, mulut, telinga, dan anus.

Gejala lainnya yakni terjadi pembengkakan pada area tubuh tertentu seperti leher, dada, abdomen (perut), dan sekitar kelamin.

Kendati demikian, terkadang ternak dapat mati mendadak tanpa adanya gejala klinis yang ditunjukkan.

 

Gejala manusia terkena antraks

Umumnya, kasus antraks yang dijumpai pada manusia adalah jenis antraks kulit. Selain itu, juga dapat menyerang saluran pencernaan dan pernapasan.

Adapun gejala yang muncul pada kulit seperti ruam, benjolan, dan kemerahan serta bagian tengahnya berwarna kehitaman yang disertai dengan rasa perih dan gatal.

Di sekitar kulit yang terinfeksi, umumnya juga terjadi pembengkakan kelenjar getah bening. Kebanyakan kasus, disertai juga dengan demam, rasa lemah, mual, dan muntah.

Adapun gejala yang muncul pada infeksi antraks melalui saluran pencernaan meliputi mual, muntah, diare yang kadan disertai darah.

Sementara itu, infeksi antraks melalui saluran pernapasan ditandai dengan rasa sakit atau radang pada tenggorokan, sesak pada bagian dada, dan kesulitan bernapas.

Baca juga: Apa Itu LSD yang Menyerang 455 Hewan Ternak di Semarang Jelang Idul Adha?

Cara penularan antraks

Penularan antraks terjadi melalui spora yang dihasilkan bakteri penyebab antraks. Spora ini dapat bertahan lama di berbagai kondisi lingkungannya.

Kemudian spora antraks ini dapat tertular melalui luka terbuka di kulit, menelan, atau menghirupnya.

Jika ternak yang terserang antraks dipotong, maka bakterinya akan membentuk spora dan menyebar kembali ke lingkungan.

Pengobatan antraks

Pada hewan ternak, antraks dapat diobati dengan melakukan pemberian antibiotik seperti penicillin, streptomycin, oxytetracycline, dan sulfonamide.

Sedangkan pada manusia, infeksi bakteri antraks dapat diobati dengan pemberian antibiotik seperti ciprofloxacin dan doxycycline, juga disertai antitoksin.

Ternak yang positif atau diduga terserang antraks harus diisolasi atau dipisahkan dari ternak lain. Ini sebaiknya dilakukan di tempat atau kendang hewan tersebut ditemukan sakit.

Ternak yang mati dengan positif atau diduga karena antraks, harus dimusnahkan dengan cara dibakar habis atau dikubur dengan kedalaman minimal dua meter.

Adapaun pencegahan antraks dapat dilakukan dengan vaksinasi setiap tahun pada daerah yang rawan atau tidak bebas antraks.

Pada daerah bebas antraks, tindakan pencegahan dilakukan berdasarkan pengawasan dan pengendalian masuk keluarnya ternak dengan disertai surveilans.

Baca juga: Berikut Ciri-ciri Penyakit Mulut dan Kuku yang Menyerang Hewan Ternak

(Sumber: Kompas.com/Markus Yuwono | Editor: Ardi Priyatno Utomo)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi