Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Toxic Positivity? Berikut Pengertian dan Dampaknya

Baca di App
Lihat Foto
iStockphoto/vittaya25
Ilustrasi dampak toxic positivity.
|
Editor: Muhammad Zaenuddin

KOMPAS.com - Toxic positivity merupakan asumsi di mana Anda harus berpikir positif dan menganggap semuanya baik-baik saja, padahal sebenarnya tidak.

Cara berpikir tersebut menjadi strategi penghindaran yang digunakan untuk mendorong dan menghilangkan ketidaknyamanan internal.

Namun, ketika seseorang menghindari emosinya, justru mereka akan menyebabkan lebih banyak kerugian.

Baca juga: Apa Itu Anxiety Disorder? Kenali Penyebab dan Cara Menanganinya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Lantas, apa yang dimaksud dengan toxic positivity dan bagaimana dampaknya? Simak penjelasan berikut ini.

Apa itu toxic positivity

Dilansir dari Healthline, toxic positivity adalah asumsi, baik oleh diri sendiri atau orang lain, bahwa mereka harus berpikir positif, terlepas dari rasa sakit emosional atau situasi sulit yang dialami.

Dengan toxic positivity, emosi negatif dipandang buruk secara inheren. Sebaliknya, kepositifan dan kebahagiaan didorong secara kompulsif.

Ini juga menjadikan pengalaman emosional manusia yang otentik akan ditolak, diminimalkan, atau dibatalkan.

Baca juga: 5 Manfaat Menari untuk Menunjang Kesehatan Fisik dan Mental, Apa Saja?

Tekanan untuk selalu tampil “BAIK-BAIK SAJA” membatalkan rentang emosi yang sebenarnya umum dialami semua orang.

Itu memberi kesan bahwa Anda tidak sempurna ketika merasa tertekan, yang dapat terinternalisasi dalam keyakinan inti bahwa Anda tidak mampu atau lemah.

Menilai diri sendiri karena merasakan sakit, sedih, cemburu mengarah pada apa yang disebut sebagai emosi sekunder, seperti rasa malu, yang jauh lebih intens dan maladaptif.

Itu bisa mengalihkan perhatian seseorang dari masalah yang ada, dan akhirnya tidak memberi ruang untuk mengasihani diri sendiri, yang sebenarnya sangat penting bagi kesehatan mental.

Baca juga: Benarkah Bernyanyi Saat Berkendara Bisa Kurangi Stres? Ini Kata Psikolog

Bahaya dan risiko toxic positivity

Dikutip dari Medical News Today, risiko dari toxic positivity meliputi hal-hal berikut:

1. Mengabaikan bahaya nyata

Sebuah tinjauan naratif tahun 2020 dilakukan terhadap 29 studi tentang kekerasan dalam rumah tangga.

Hasilnya bahwa, bias positif dapat menyebabkan orang yang mengalami pelecehan cenderung meremehkan keparahannya dan tetap berada dalam hubungan yang penuh kekerasan.

Optimisme, harapan, dan pengampunan meningkatkan risiko orang-orang tetap bersama pelaku kekerasan dan menjadi sasaran pelecehan.

Baca juga: 10 Kebiasaan Positif yang Bisa Membuat Anda Selalu Bahagia, Apa Saja?

2. Meremehkan kehilangan

Duka dan kesedihan adalah hal yang normal saat menghadapi kehilangan. Adanya toxic positivity membuat hal tersebut seolah diremehkan.

Seseorang yang berulang kali mendengar pesan untuk sabar atau tetap bahagia mungkin merasa seolah-olah orang lain tidak peduli dengan rasa kehilangannya.

Orang tua yang kehilangan anak, misalnya, mungkin merasa bahwa anaknya tidak penting bagi orang lain, dan justru menambah kesedihan mereka.

3. Mengisolasi diri

Orang yang merasakan toxic positivity seperti tekanan untuk tersenyum saat menghadapi kesulitan bisa cenderung tidak akan mencari dukungan.

Mereka mungkin merasa terisolasi atau malu dengan perasaan mereka. Stigma juga dapat menghalangi seseorang untuk mencari perawatan kesehatan mental.

Baca juga: 7 Kebiasaan Sederhana untuk Melatih Kesabaran

4. Masalah komunikasi

Setiap hubungan memiliki tantangan dan toxic positivity mendorong orang untuk mengabaikan tantangan ini, sehingga selalu fokus pada hal positif.

Pendekatan ini dapat menghancurkan komunikasi dan kemampuan untuk memecahkan masalah dalam hubungan.

5. Harga diri rendah

Setiap orang terkadang mengalami emosi negatif dan toxic positivity mendorong orang untuk mengabaikan emosi negatif mereka.

Meskipun menahannya dapat membuat mereka merasa lebih kuat. Karena jika seseorang tidak dapat merasa positif, mereka mungkin merasa seolah-olah gagal.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi