Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Fibonacci dan Bernoulli

Baca di App
Lihat Foto
Wikimedia Commons
Patung Leonardo da Pisa alias Fibonacci
Editor: Sandro Gatra

LEONARDO dari Pisa alias Fibonacci yang memperkenalkan angka Indo-Arab ke peradaban Barat melalui buku Liber Abaci (1202) juga sempat mewariskan teori matematikal yang kemudian popular dengan sebutan sekuenza alias deret angka Fibonacci.

Sekuenza Fibonacci pada abad XX dipopularkan kembali oleh Dan Brown di dalam novel “Da Vinci’s Code” kemudian dilayar-lebarkan oleh Ron Howard dibintangi Tom Hanks.

Kemudian pada 24 Agustus 2021, di Jakarta, DR. Gema Goeyardi memperoleh anugerah MURI sebagai warga Indonesia pertama yang membuat disertasi S-3 dan jurnal internasional ilmiah dipublikasikan oleh Scopus dengan menggunakan keilmuan Astrologi, Astronacci dan Fibonacci untuk analisis IHSG dan Emas.

Sebenarnya Italia masih memiliki banyak matematikawan unggulan lain lagi yang tidak kalah menarik untuk dibahas ketimbang Fibonacci, antara lain para matematikawan yang berasal dari keluarga besar Bernoulli.

Kemudian pada belahan akhir abad XX, matematikawan Aubrey Clayton menulis buku berjudul Bernoulli’s Fallacy dengan sub judul Statistical Illogic and the Crisis of Modern Science.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buku tentang kelirumologi statististik dan krisis sains modern ini kurang disukai oleh para ilmuwan dan praktisi statistik aliran yang disebut sebagai frequentis sebagai musuh bebuyutan aliran bayesian.

Dari anggota keluarga matematikawan Bernoulli, yang dipilih oleh Aubrey Clayton untuk dibahas adalah Jacob Bernoulli yang tersohor sebagai pendukung fanatik kalkulus Leibnizian, maka berpihak ke Leibniz dalam kemelut perseteruan kalkulus Leibniz versus Newton.

Yang secara khusus menjadi bahan utama bahasan Aubrey Clayton adalah warisan pemikiran Jacob Bernoulli yang keliru ditafsirkan lalu didayagunakan sebagai landasan ilmu statistik modern.

Argumen utama buku “Bernoulli’s Fallacy” adalah bahwa statistik aliran frequentis dianggap terlalu menggantungkan diri pada asumsi-asumsi yang tidak terjustifikasi pada segenap kasus secara tergeneralisir.

Dua klaim besar yang dikemukakan oleh Clayton adalah probabilitas dapat didefinisikan sebagai empirikal frekuensi serta “kedekatan” simetrik dalam makna bahwa contoh statistik yang diamati mendekati populasi parameter berkoresponden dengan probabilitas tinggi yang pada hakikatnya sama dengan parameter populasi yang berdekatan dengan apa yang teramati dengan kemungkinan tinggi.

Aubrey Clayton cermat menelusuri sejarah tentang bagaimana asumsi-asumsi menyesatkan dipoles sampai mengkilap sehingga tidak terkesan sesat kemudian diramu dengan bumbu analisa statistik sebagai jurus pamungkas demi menghindari konsekuensi-konsekuensi dari serangan miskonsepsi-miskonsepsi para ilmuwan dan praktisi statistik aliran frequentis yang sudah barang tentu tidak sudi begitu saja ikhlas ilmu mereka diulas secara negatif oleh sang matematikawan jahil dari University of California, Berkeley .

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi