Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kubah Lava Gunung Merapi Berubah, Apa Dampaknya?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA
Gunung Merapi dilihat dari Bendungan Kendalsari atau Karangkendal, Kemalang, Klaten, Jawa Tengah. Gunung Merapi diketahui memiliki dua kubah lava setelah ditemukan kemunculan kubah lava baru pada 2021.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebutkan, morfologi kubah lava Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengalami perubahan.

Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso mengatakan, kubah barat daya mengalami sedikit perubahan akibat aktivitas guguran lava dan awan panas guguran.

"Sedangkan untuk kubah tengah tidak teramati perubahan yang signifikan," kata Agus, saat dihubungi Kompas.com, Senin (10/7/2023).

Baca juga: Pertama dalam Sejarah, Merapi Punya Dua Kubah Lava Aktif pada Satu Periode Erupsi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Dampak kubah lava Gunung Merapi

Agus menjelaskan, kubah Merapi bagian barat daya selalu berubah karena menjadi tempat keluarnya magma dan sumber guguran lava.

Perubahan tersebut, menurut dia, teramati berdasarkan analisis morfologi pada kubah lava dari stasiun kamera Merbabu, Deles 5, serta Babadan periode 30 Juni-6 Juli 2023.

Merujuk foto udara pada 24 Juni 2023, volume kubah barat daya Merapi terukur sebesar 2.465.900 meter kubik, sedangkan kubah tengah sebesar 2.346.500 meter kubik.

"Pada kubah barat daya teramati titik panas tertinggi mencapai 500 derajat Celsius, dan pada kubah tengah mencapai 199,7 derajat Celsius," ujar Agus.

Kendati demikian, dia menegaskan, perubahan kubah barat daya tidak meningkatkan volume material yang dikeluarkan.

"Perubahan kubah barat daya ini tidak menambah volume secara signifikan, sehingga tidak menambah tingkat bahayanya," terangnya.

Baca juga: Gunung Merapi Kembali Luncurkan Awan Panas Sejauh 2,7 Km, Bagaimana Kondisi Terkini?

Kondisi Gunung Merapi terkini

Di sisi lain, Agus membenarkan, saat ini Gunung Merapi masih berstatus Level III atau Siaga.

Berdasarkan pengamatan pada Senin (10/7/2023) pukul 00.00-06.00 WIB, Gunung Merapi masih menunjukkan aktivitas vulkanik berupa guguran lava dan awan panas.

BPPTKG mencatat, asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas sedang dan tinggi, setinggi 100 meter di atas puncak kawah.

Selain itu, teramati pula guguran lava pijar sebanyak 12 kali dengan jarak luncur maksimum 1700 ke arah barat atau Kali Gebeng.

Masih berpotensi bahaya, guguran lava dan awan panas Gunung Merapi, antara lain menuju:

Sektor selatan-barat daya, meliputi:

  • Sungai Boyong sejauh maksimal 5 kilometer (km)
  • Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km.

Sektor tenggara, meliputi:

  • Sungai Woro sejauh maksimal 3 km
  • Sungai Gendol 5 km.

Bukan hanya itu, potensi bahaya juga meliputi lontaran material vulkanik apabila terjadi letusan eksplosif yang dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.

Baca juga: Ramai soal Muncul Awan Lentikular Saat Merapi Erupsi, Apa Itu?

Imbauan untuk masyarakat

BPPTKG mengimbau, agar masyarakat tidak melakukan kegiatan apa pun di daerah dengan potensi bahaya di atas.

Masyarakat juga diminta untuk mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi.

Serta, mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di sekitar wilayah Gunung Merapi.

"Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali," pungkas BPPTKG.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi