KOMPAS.com - Kepala SMKN 1 Sale, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah (Jateng) Widodo dicopot dari jabatannya setelah terungkap dugaan pungutan liar (pungli) berkedok infak di sekolahnya.
Dugaan itu diketahui dari pengakuan salah satu siswi yang berbincang dengan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo di Pendopo Kabupaten Rembang, Senin (10/7/2023).
Awalnya, Ganjar memanggil 5 siswa untuk berdialog. Ia kemudian menanyakan latar belakang keluarga kelima siswa yang diketahui berasal dari nelayan, buruh, dan guru honorer.
Tak hanya itu, Ganjar juga bertanya soal asal-usul keluarga, pekerjaan orangtua, termasuk biaya sekolah gratis.
Bermula dari situ, salah satu siswi mengaku dimintai uang sebesar Rp 300.000 dengan alasan infak. Uang ini diminta pihak sekolah setiap naik kelas.
Berikut fakta kepala SMK di Rembang dicopot usai diduga lakukan pungli berkedok infak.
1. Ganjar merasa geram
Ganjar mengunggah perbincangannya dengan siswi yang mengaku dimintai pungli berkedok infak oleh pihak sekolah melalui akun TikTok-nya @ganjarpranowofc, Selasa (11/7/2023).
Mengetahui siswi tersebut dimintai uang, Ganjar kemudian bertanya soal nominal yang harus dibayarkan ke pihak sekolah.
Siswi yang mengaku dimintai pungli mengatakan, terakhir kali ia membayar infak sebesar Rp 300.000.
"Infaknya berapa?" tanya Ganjar, dikutip dari Kompas.com Senin (11/7/2023).
"Setiap naik kelas beda," ujar siswi tersebut.
"Kamu berapa terakhir," timpal Ganjar.
"300 (ribu rupiah)," jawab siswi lagi.
Mendengar pengakuan pihak sekolah meminta sejumlah uang, Ganjar mengaku geram dengan praktik ini.
Ia juga meminta pihak sekolah untuk mengembalikan uang tersebut ke siswa dan sempat mengatakan bahwa kepala SMK tersebut akan mengalami masalah.
Baca juga: Ramai soal Pungli Pantai Carita, Lewat Jembatan Bayar Rp 5.000, Polisi: Pelaku 3 Orang
2. Kepala sekolah dibebastugaskan
Buntut dari pengakuan siswi yang mengatakan dirinya dimintai infak oleh pihak sekolah, Kepala SMKN 1 Sale Widodo dibebastugaskan dari jabatannya per Rabu (12/7/2023).
Keputusan tersebut diambil setelah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Jawa Tengah turun tangan guna melakukan pemeriksaan terhadap Widodo.
Kepala Disdikbud Jateng Uswatun Hasanah menyampaikan, pihaknya menemukan beberapa fakta usai pemeriksaan berlangsung.
Pertama, SMKN 1 Sale meminta sejumlah uang kepada siswa untuk pembangunan musala sebagai sarana ibadah di sekolah itu.
Hasil pungli tersebut terkumpul sebanyak Rp 130 juta dan telah digunakan untuk membangun musala sejak 2022.
"Pembangunan musala saat ini sudah mencapai 40 persen," kata Uswatun, dikutip dari Kompas.com.
Lebih lanjut, ia juga menyampaikan bahwa SMKN 1 Sale menghimpun dana hasil pungli berkedok infak sejak 2022.
Uswatun membeberkan, sebanyak 534 dari 460 siswa telah memberikan uang tersebut kepada pihak sekolah.
3. Kepala sekolah klaim dapat dukungan
Widodo buka suara setelah dirinya dicopot dari jabatannya sebagai Kepala SMKN 1 Sale lantaran diduga melakukan pungli dengan kedok infaq pembangungan musala.
Dilansir dari Kompas.com Rabu (12/7/2023), ia mengatakan sejumlah uang yang diminta kepada siswa untuk pembangunan musala sudah dikoordinasikan dengan komite sekolah dan wali murid.
Ia mengatakan, musala dibangun karena di sekolahnya belum terdapat sarana ibadah sehingga siswanya harus beribadah di salah satu SMP.
Di sisi lain, Widodo juga mengeklaim bahwa pembangunan musala di SMKN 1 Sale mendapat dukungan dari tokoh masyarakat.
Adapun uang pembangunan musala diputuskan diambil dari wali murid dan mereka mengaku ikhlas dengan pungutan ini.
"Itu sebagian dari wali murid itu sudah ikhlas, kalau disuruh mengembalikan. Mereka tidak mau menerima. 'kalau dikembalikan ya saya tolak' wali murid bilange seperti itu," ujar Widodo.
"Banyak tokoh masyarakat termasuk kiai mendukung saya terkait inisiatif membangun musala, karena sifatnya keagamaan untuk ibadah, dan ini nanti juga mungkin selalu didukung, termasuk semua komite," tambahnya.
4. Dipantau Polda Jateng
Terkuaknya dugaan pungli berkedok infak di SMKN 1 Sale mendapat perhatian dari Polda Jateng.
Direktur Reskrimsus Polda Jateng Kombes Dwi Subagio mengatakan, Polda Jateng sedang menunggu hasil klarifikasi terkait dugaan kasus tersebut.
Polda Jateng juga bekerja sama dengan Polres Rembang untuk menelisik kegunaan pungli berkedok infak.
Selain itu, Polda Jateng turut menelusuri aliran uang, apakah mengalir ke kantong pribadi atau tidak, untuk mengukur dasar hukum yang akan diterapkan.
"Kalau pribadi, itu jelas pasti ada pelanggaran hukumnya. Saat ini sedang menunggu klarifikasi," tutur Dwi, dikutip dari Kompas.com.
Baca juga: Viral, Cerita Warganet Mengaku Kena Pungli Saat Memperpanjang SIM A, Ini Klarifikasi Polres Depok
5. Uang hasil pungli belum cukup untuk membangun musala
Kendati SMKN 1 Sale sudah menarik uang dari ratusan siswa, hasilnya masih belum mencukupi untuk pembangunan musala.
Kepada Kompas.com Rabu (12/7/2023), Widodo mengungkapkan, uang yang terkumpul baru 130 juta dari Rp 260 juta anggaran pembangunan musala.
Widodo menuturkan, pihaknya sempat menerima bantuan sebesar Rp 50 juta dan material.
Uang puluhan juta tersebut didapat dari perusahaan-perusahaan tambang di sekitar SMKN 1 Sale.
"Musalanya belum jadi, ini masih sekitar 70-an persen belum ada atap, belum keramikan dan belum ada jendelanya," imbuhnya.
(Sumber: Kompas.com/Titis Anis Fauziyah, Aria Rusta Yuli Pradana, Muchamad Dafi Yusuf | Editor: Ardi Priyatno Utomo, Robertus Belarminus).
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.