Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil Budi Arie Setiadi, dari Aktivis, Ketum Projo, Jadi Menkominfo

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/PALUPI ANNISA AULIANI
Budi Arie Setiadi, Wamendes-PDTT yang akan dilantik menjadi Menkominfo pada Senin (17/7/2023). Gambar diambil di kantor Kementerian Desa PDTT, Rabu (2/12/2020)
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Budi Arie Setiadi akan dilantik menjadi Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) oleh Presiden Joko Widodo pada Senin (17/7/2023) di Istana Negara.

Pelantikan Budi menggantikan posisi Johnny G Plate yang kini menjadi terdakwa dalam kasus dugaan korupsi BTS 4G Bakti Kemenkominfo.

"Benar. Saya akan dilantik pagi ini," ujar Budi ketika dikonfirmasi Kompas.com, Senin.

Budi saat ini masih menjabat sebagai Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Wamendes-PDTT).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dia dikenal luas sebagai pemimpin kelompok Pro-Jokowi (Projo), organisasi relawan pendukung Joko Widodo (Jokowi) sejak pemilihan presiden 2014.

Lantas, seperti apa sosok Menkominfo Budi Arie Setiadi yang akan dilantik Menkominfo hari ini?

Baca juga: Live Streaming Pelantikan Menteri dan Wakil Menteri Kabinet Indonesia Maju Hari Ini


Profil Budi Arie Setiadi, Menkominfo baru

Budi Arie Setiadi lahir di Jakarta pada 20 April 1969, dari pasangan Joko Asmoro dan Pudji Astuti.

Dikutip dari Kompas.id (8/7/20222), Budi bisa disebut sebagai anak kota lantaran lahir, besar, serta berkarier di Jakarta.

Dia mengawali pendidikan formal mulai dari sekolah dasar hingga menengah pertama di Fons Vitae II Jakarta Utara.

Kemudian, Budi melanjutkan pendidikan ke SMA Kolose Kanisius di Jakarta Pusat pada 1988.

Lulus pada 1990, Budi diterima di Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia (FISIP UI).

Sejak memasuki dunia kampus, Budi memiliki kiprah aktivis yang cukup panjang. Berbagai organisasi kemahasiswaan diikuti, mulai dari pers mahasiswa, komunitas olahraga, hingga organisasi politik mahasiswa.

Di kalangan aktivis, dia kerap dipanggil dengan nama Muni. Ia pernah menjadi Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) FISIP UI pada 1994, serta Presidium Senat Mahasiswa UI periode 1994/1995.

Budi juga aktif mendirikan dan membina Forum Studi Mahasiswa (FSM) UI, dan aktif di Kelompok Pembela Mahasiswa (KPM) UI.

Bagi Budi, berorganisasi adalah cara terbaik untuk menempa seseorang. Menurutnya, berorganisasi di dunia kemahasiswaan membuat lebih kritis, peduli terhadap lingkungan, bangsa, negara, dan rakyat.

Budi pun dikenal aktif di bidang pers kemahasiswaan, bahkan dipercaya menjadi Redaktur Pelaksana (Redpel) Majalah Suara Mahasiswa UI pada 1993–1994.

Baca juga: Mengenal Proyek BTS 4G Bakti Kominfo yang Seret Menkominfo Johnny G Plate Jadi Tersangka Korupsi

 

Aktivis yang turut dalam demo 1998

Menyandang gelar sarjana pada 1996 tidak menyurutkan kiprah aktivis Budi Arie Setiadi, seperti dilansir Kompas.com (25/10/2019).

Saat terjadi gerakan Reformasi 1998, dia aktif terjun dalam demo. Bukan hanya itu, sosoknya juga menginisiasi lahirnya surat kabar kritis Bergerak.

Pada tahun yang sama, dia terpilih sebagai Ketua Ikatan Alumnus Universitas Indonesia (ILUNI UI) hingga 2001.

Aktivitasnya pun tidak berhenti sampai di situ. Budi juga mendirikan Gerakan Sarjana Jakarta (GSJ) dan Masyarakat Profesional Indonesia (MPI).

Di sela kesibukannya, Budi kerap menyempatkan diri untuk menulis. Beberapa karya tulisnya telah terbit dalam bentuk buku, antara lain Berubah Demi Rakyat (2004), Menjemput Takdir Sejarah (2015), serta sejumlah tulisan yang dimuat di majalah dan media cetak.

Pada 2006, Budi memutuskan untuk melanjutkan studi pascasarjana di Manajemen Pembangunan UI.

Kemudian pada 29 Mei 2022, Budi yang merupakan Alumni Departemen Ilmu Komunikasi terpilih sebagai Ketua ILUNI FISIP UI periode 2022–2025.

Baca juga: Perjalanan Johnny G Plate Jadi Tersangka Korupsi BTS 4G, Tiga Kali Diperiksa, Keluar Ruangan Tangan Sudah Diborgol

Awali karier sebagai jurnalis

Masih dari Kompas.id, Budi Arie mengawali karier sebagai jurnalis di surat kabar mingguan Media Indonesia pada 1994.

Dua tahun kemudian, dia bersama beberapa kolega mendirikan Mingguan Ekonomi Kontan pada 1996. Di sini, Budi menghabiskan karier sebagai jurnalis Kontan hingga 2001.

Dia kemudian pindah ke PT Mandiri Telekomunikasi Utama hingga menduduki jabatan Direktur Utama (2001–2009).

Budi juga tercatat pernah menjadi Pemimpin Umum Tabloid Bangsa pada 2008 hingga 2009.

Di sisi lain, kariernya di dunia usaha kian melejit hingga menduduki sejumlah jabatan penting di beberapa perusahaan.

Misalnya, pada 2010, Budi berkarier di PT Daya Mandiri dan mengampu jabatan direktur hingga 2014.

Sosoknya juga memegang jabatan Direktur Utama NKR Investama, sekaligus sebagai Direktur PT Sarana Global Informasi dari 2009 hingga 2014.

Adapun pada 2011, Budi turut memegang jabatan Direktur Utama di PT Mitra Lumina Indonesia hingga 2014.

Baca juga: Daftar 8 Pelaku Kasus Korupsi BTS Bakti Kominfo dan Perannya

Terjun dalam dunia politik dan jadi relawan Jokowi

Budi Arie Setiadi mulai terjun ke dunia politik dengan bergabung bersama Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).

Dia pernah menjadi Kepala Balitbang PDI-P DKI Jakarta periode 2005–2010 dan Wakil Ketua DPD PDI-P.

Setelah itu, Budi memutuskan absen di dunia politik dan mulai mendirikan relawan Pro-Jokowi alias Projo pada Agustus 2013.

Sebagai organisasi relawan pendukung Jokowi pada Pilpres 2014, Projo menjadi salah satu organisasi masyarakat (ormas) yang berhasil mengantarkan Jokowi pada kemenanganan.

Organisasi ini juga tetap konsisten mendukung Jokowi pada Pilpres 2019 dan kembali mengantarkan Jokowi menuju jabatan presiden dua periode.

Hingga pada 25 Oktober 2019, Presiden Jokowi pun resmi melantik Budi Arie Setiadi sebagai Wamendes-PDTT.

Bersama Menteri Abdul Halim Iskandar, Budi mendapat amanat untuk mengawal 75.436 desa di Indonesia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi