Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sistem Zonasi Sudah Diterapkan Selama 6 Tahun, Mengapa Masih Ada Sekolah Favorit?

Baca di App
Lihat Foto
Freepik/master1305
Sekolah favorit di tengah sistem zonasi.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Pelaksana Tugas Kepala Disdik DKI Purwosusilo buka suara terkait siswa Sekolah Dasar (SD), anak dari Ratunnisa (45) yang tak lolos penerimaan peserta didik baru (PPDB) jalur zonasi di SDN Kedaung Kaliangke 14, Jakarta Barat.

Ratunnisa mengaku kecewa lantaran anaknya tidak diterima di SDN Kedaung Kaliangke 14. Padahal jarak tempat tinggalnya dengan sekolah tersebut hanya 120 meter.

Menurut Purwosusilo, berdasarkan penelusurannya ke lokasi, rumah Ratunnisa juga masuk ke dalam zonasi PPDB SDN Kedaung Kaliangke 13.

Namun, anak Ratunnisa disebut ingin bersekolah di SDN Kedaung Kaliangke 14 yang dianggap sekolah favorit.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Sebetulnya, anak itu bisa diterima di SDN Kaliangke 13, cuma anaknya itu kan penginnya ke situ (SDN Kedaung Kaliangke 14)," kata Purwosusilo, dilansir dari Kompas.com, Minggu (16/7/2023).

"Berarti kesimpulannya kan ternyata anak SD masih memilih SD favorit," imbuhnya.

Kemunculan "SD favorit" bertentangan dengan tujuan sistem zonasi yang telah dijalankan selama bertahun-tahun.

Pasalnya, sistem zonasi ditujukan untuk menciptakan pendidikan yang merata di seluruh Indonesia.

Lantas, benarkah sekolah favorit masih ada di tengah implementasi sistem zonasi? Apa penyebabnya?

Baca juga: Tidak Lolos PPDB padahal Jarak Rumah ke Sekolah 120 Meter, Bagaimana Aturan Sistem Zonasi?


Pengamat pendidikan: sekolah favorit masih ada

Pengamat pendidikan Ina Liem mengatakan, keberadaan sekolah favorit sangat mungkin terjadi di tengah penerapan sistem zonasi.

"Sekolah yang dianggap favorit memang ada," ujarnya saat dikonfirmasi Kompas.com, Senin (17/7/2023).

Menurut Ina, hal tersebut cukup disayangkan karena tujuan sistem zonasi salah satunya adalah pemerataan pendidikan.

"Dampak positif (sistem zonasi) ya pemerataan, plus ikut mengatasi kemacetan di kota-kota besar," terang Ina.

Namun, kemunculan sekolah favorit tersebut bukan semata-mata karena sistem zonasi yang salah atau tidak tepat.

Ina menyampaikan, ada penyebab lain mengapa sekolah favorit masih muncul di tengah penerapan sistem zonasi.

Baca juga: Penjelasan Kemendikbud soal Masalah PPDB 2023 Jalur Zonasi, Pemda Dinilai Lebih Tahu

Penyebab munculnya sekolah favorit di sistem zonasi

Menurut Ina, keberhasilan sistem zonasi sangat ditentukan oleh pemerintah.

Kemunculan sekolah favorit di tengah penerapan sistem zonasi terjadi karena tidak meratanya fasilitas yang diperoleh pihak sekolah.

"Sarana prasarana yang tidak merata karena adanya korupsi. Jadi korupsinya yang perlu diberantas, bukan sistem zonasinya," ucap Ina.

Fasilitas yang tidak merata itu bukan hanya perkara fasilitas pembangunan, tetapi juga ketersediaan tenaga pendidik.

"Termasuk guru yang tidak merata. Tapi sudah diatasi dengan sistem rotasi dan banyak pelatihan," ungkapnya.

Ina mengatakan, akar dari tidak meratanya fasilitas pendidikan ini karena adanya korupsi.

"Kenapa yang dibahas sistem zonasinya melulu? Kenapa tidak fokus membahas penindakan hukumnya? Sistem zonasi sudah dijalankan selama 6 tahun," tandas dia.

Di sisi lain, sistem zonasi merupakan salah satu implementasi kewajiban pemerintah untuk menjalankan sila kelima Pancasila, yakni mengenai keadilan khususnya di bidang pendidikan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi