Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merasa Takut di Ruangan Sempit? Kenali Penyebab dan Cara Sembuhkan Claustrophobia

Baca di App
Lihat Foto
pexels.com/Kelly L
Ilustrasi lift
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Sebagian orang akan merasa takut ketika berada di ruangan sempit dan tertutup.

Berdasarkan data National Center for Biotechnology Information (NCBI), sekitar 12,5 persen populasi di Amerika Serikat memiliki ketakutan terhadap ruang sempit.

Lalu, di Inggris, diperkirakan sekitar 10 persen populasi telah dipengaruhi oleh gangguan kecemasan yang kemudian dikenal dengan claustrophobia tersebut.

Baca juga: Ramai soal Penderita Rabies Disebut Takut Air, Benarkah?

Apa itu Claustrophobia?

Dilansir dari WebMD, claustrophobia merupakan gangguan kecemasan yang menyebabkan rasa takut terhadap ruang tertutup.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Claustrophobia disebut sebagai salah satu jenis fobia atau ketakutan yang menyebabkan gangguan signifikan pada kemampuan seseorang untuk menjalani kehidupan sehari-hari.

Diketahui bahwa fobia terbagi menjadi beberapa kategori, salah satunya fobia spesifik.

Baca juga: Viral Utas soal Predator Fetish Kain Jarik, Ini Tanggapan Unair


Baca juga: 7 Fobia Paling Aneh di Dunia, Takut terhadap Pisang hingga Pakaian

Adapun claustrophobia termasuk dalam kategori fobia spesifik, di mana seseorang akan merasa takut jika berada di ruangan tertutup.

Beberapa ruangan tertutup yang bisa menjadi pemicu claustrophobia adalah ruang bawah tanah, terowongan, lift, mesin MRI, kereta bawah tanah, mobil, hingga pesawat.

National Health Service (NHS) menulis, jika Anda merasa cemas dalam enam bulan terakhir karena berada di ruang tertutup atau tempat ramai, atau Anda menghindari situasi tersebut karena alasan ini, kemungkinan besar Anda telah dipengaruhi claustrophobia.

Baca juga: Ramai soal Takut Berbicara di Depan Umum Disebut Glossophobia, Fobia Apa Itu?

Penyebab claustrophobia

Psikolog dan Dosen Psikologi Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta Ratna Yunita Setiyani Subardji menjelaskan, claustrophobia dapat terjadi karena adanya trigger atau pemicu dari situasi tertentu.

"Misal dipicu oleh berbagai situasi, seperti berada di dalam ruangan tertutup dan banyak orang, naik pesawat terbang atau mobil kecil, menjalani MRI atau CT Scan, melewati terowongan, dan lain sebagainya," kata Ratna kepada Kompas.com, baru-baru ini.

"Ketika berada di situasi tersebut, pengidapnya akan mengalami gangguan cemas hingga serangan panik seketika," sambungnya.

Selain itu, menurutnya, claustrophobia bisa terjadi karena peristiwa traumatik yang dialami seseorang. Semisal, pernah terjebak di dalam lift.

"Tapi kalau misal yang menjadi korban bisa disembuhkan, itu memungkinkan timbulnya peristiwa traumatik," kata dia.

"Nah peristiwa traumatik itulah yang kemudian menyebabkan seseorang menjadi takut terhadap hal-hal yang ketika dia ada di dalam suatu ruangan tersebut tuh dia rasanya kayak terancam," tutur Ratna menjelaskan.

Dalam penjelasannya, Ratna juga memberikan contoh peristiwa traumatik lain seperti kejadian di pesawat terbang dan terowongan.

Baca juga: Insiden Lift Macet yang Menjebak Penumpang Terus Terjadi, Pakar Jelaskan Solusinya

Cara menyembuhkan

Menghindari ruang sempit disebut tidak akan menghilangkan fobia.

Langkah yang perlu dilakukan ketika terpengaruh claustrophobia adalah menemui psikolog atau spesialis kesehatan mental untuk menjalani beberapa terapi.

Ratna menjelaskan, para psikolog biasanya akan melakukan identifikasi terhadap klien sebelum menentukan jenis terapi yang akan diterapkan.

"Kami mesti identifikasi dulu, artinya kecemasan ini tuh mengganggu seperti apa, sedalam apa, sepanik apakah kita, semengganggu apa. Pastikan dulu tingkatannya, baru bisa kami tolong," kata Ratna.

Baca juga: Ramai Gilang Bungkus, Apakah Fetish Berbahaya dan Bisa Dikenali?

Lalu, setelah diintentifikasi, psikolog akan mulai melakukan terapi terhadap pasien, dari melakukan desensitisasi sistematis hingga cognitive behavioral theraphy.

"Misalnya ada istilahnya diberikan terapi bertahap atau dalam istilah psikologi itu dikenal dengan nama desensitisasi sistematik. Jadi bertahap memberikan terapi di mana nanti secara bertahap pula kita menurunkan kecemasannya," ujar Ratna.

"Kami juga perlu berikan cognitive behavior therapy. Dalam artian ya secara perilakunya kami bantu dia untuk berubah bertahap," sambungnya.

Lebih lanjut, dalam keterangannya, Ratna juga memberikan contoh penanganan lain seperti memberikan terapi motivasi dan membuka konstruksi atau cara berpikir yang salah ketika seseorang merasa takut berada di ruangan sempit.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Fetish dan Bagaimana Bisa Muncul?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi