Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Apa Itu Konsep Gaya Hidup "Slow Living"

Baca di App
Lihat Foto
Freepik
Ilustrasi hidup slow living dengan merelaksasi pikiran.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Istilah slow living belakangan muncul di media sosial untuk menyebut suatu konsep gaya hidup di kalangan masyarakat tertentu.

Slow living salah satunya disebut oleh akun Twitter ini, Minggu (16/8/2023).

Pengunggah membagikan potongan video artis Lulu Tobing yang mengisahkan kehidupannya yang santai.

Dalam cuplikan video tersebut, Lulu Tobing mengaku dirinya menikmati kehidupan yang tanpa kesibukan pekerjaan, tanpa kompetisi dan ambisi, serta tidak memikirkan kekhawatiran tertentu.

"Lulu Tobing adalah wakil dari kami para penganut indahnya ‘Slow Living’ yang tidak punya ambisi berlebih dalam hidup," tulis pengunggah.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Ramai soal Anggapan Anak Bikin Cepat Tua, Gaya Hidup Childfree atau Fobia?

Istilah slow living juga disebut oleh akun lain, Senin (17/8/2023).

"Konteks slow living di convo di atas itu sama dengan istilah we’re comfortable," tulisnya.

Hingga Selasa (18/7/2023), unggahan video tersebut telah tayang sebanyak 2,9 juta kali, dibagikan 2.458 kali, dan disukai 6.652 pengguna Twitter.

Baca juga: Profil dan Harta Kekayaan Kadinkes Lampung Reihana yang Tuai Sorotan karena Gaya Hidup Mewah

Lalu, apa yang dimaksud dengan konsep hidup slow living?

Baca juga: Kepala Bea Cukai Yogyakarta Pamer Gaya Hidup Mewah, Berapa Gaji dan Tunjangan PNS Bea Cukai?

Arti slow living

Dilansir dari komunitas Slow Living London yang menerapkan gaya hidup tersebut, slow living merupakan konsep pola pikir milik seseorang yang menyusun gaya hidup yang lebih bermakna dan menyesuaikan dengan apa yang paling dia anggap berharga dalam hidup.

Artinya, orang yang menerapkan gaya hidup ini tidak akan beraktivitas atau bekerja terlalu cepat. Sebaliknya, mereka melakukan sesuai kecepatan yang dirasa mampu dilakukan.

Mereka akan memperlambat aktivitas, melakukan kegiatan lebih sedikit, dan memprioritaskan waktu yang melakukan hal-hal yang paling penting baginya.

Sebaliknya, slow living merupakan lawan dari gaya hidup hustle culture yang membuat orang-orang bekerja melebihi batas waktu dan tanpa berhenti untuk mencapai kesuksesan yang dituju.

Baca juga: Ramai Dibahas, Mengapa Anak Sekarang Anggap Mental Illness Keren?

Sejarah konsep slow living

Gaya hidup serba lambat ini dimulai pada 1980-an di Italia.

Saat itu, penulis Carlo Petrini dan sekelompok aktivis membentuk gerakan Slow Food untuk memprotes pembukaan gerai McDonald's di jantung Kota Roma.

Slow Food merupakan sebuah gerakan untuk mempertahankan tradisi makanan daerah.

Hingga sekarang, gerakan ini masih terus ada dan bekerja melindungi tradisi pembuatan makanan, mempromosikan upah adil bagi produsen, mendorong kenikmatan makanan berkualitas baik, dan terlibat dalam aktivitas seputar keberlanjutan.

Kemudian pada 2004, penulis Carl Honoré terinspirasi dari gerakan Slow Food. Ia lalu mempopulerkan konsep hidup dengan lambat tersebut kepada publik.

Honoré mendalami gerakan Slow Food yang ternyata memicu gerakan hidup pelan di kehidupan masyarakat, termasuk pekerjaan, hobi, mengasuh anak, dan rekreasi.

Sejak saat itu, konsep hidup lambat atau slow living terus berkembang dan diterapkan oleh masyarakat dunia.

Baca juga: Ramai soal Anggapan Anak Bikin Cepat Tua, Gaya Hidup Childfree atau Fobia?

Manfaat slow living

Menurut komunitas Log Off Movement, gaya hidup slow living membuat nilai yang dimiliki setiap orang tidak hanya diukur dari keberhasilan karier. Sebaliknya, kehidupan pribadi akan menjadi prioritas.

Kondisi ini baik untuk kesehatan karena kesibukan membuat tubuh lelah dan mudah merasa depresi atau kecemasan.

Slow living juga membuat orang yang melakukannya punya waktu luang lebih banyak untuk keluarga dan teman, serta memprioritaskan hubungan yang bermakna lebih dalam di antara rekan kerja di kantor.

Bagi lingkungan, slow living membuat orang-orang memiliki waktu luang untuk menghabiskan waktu di alam. Mereka jadi punya waktu lebih untuk memperhatikan dan menjaga kondisi ekosistem.

Baca juga: Pelanggaran Etik Firli Bahuri, Gaya Hidup Mewah, dan Sanksi yang Dinilai Terlalu Ringan...

Langkah untuk memulai slow living

Ada beberapa kebiasaan yang dapat diterapkan untuk menjalani slow living sebagai gaya hidup sehari-hari, seperti:

  • Batasi waktu menggunakan media sosial dan menonton TV atau komputer
  • Jalan-jalan di luar ruangan dan berolahraga dengan santai
  • Menghabiskan waktu untuk istirahat di akhir pekan atau saat liburan
  • Masak dan makan bersama keluarga atau teman
  • Menikmati dan mengembangkan hobi
  • Prioritaskan tidur
  • Melakukan aktivitas yang ingin dilakukan
  • Berkomunikasi dengan tetangga dan membangun komunitas.

Sebagai catatan, slow living tidak berarti malas-malasan dan tidak melakukan apa-apa. Namun, orang yang menerapkan gaya hidup ini memilih tetap produktif sesuai dengan kemampuannya.

Baca juga: 6 Perubahan Gaya Hidup untuk Penderita Hipotensi, Apa Saja?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi