Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awas, Fobia Bisa Menurun pada Anak, Kenali Cara Pencegahannya

Baca di App
Lihat Foto
Unsplash
Ilustrasi fobia.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Fobia atau reaksi ketakutan yang berlebihan terhadap sesuatu bisa terjadi pada diri setiap orang, termasuk para orang tua.

Dilansir dari laman National Health Service (NHS), fobia akan muncul dan berkembang ketika seseorang memiliki rasa cemas yang berlebihan terhadap suatu obyek atau situasi.

Lalu, jika fobia sudah menjadi sangat parah, seseorang disebut akan mengalami kesulitan untuk menjalani sejumlah kegiatan sehari-hari karena ketakutannya itu.

Berdasarkan jenis, fobia secara umum terbagi menjadi dua, yakni fobia spesifik dan kompleks.

Fobia spesifik berpusat pada kecemasan terhadap obyek, hewan, situasi atau aktivitas tertentu.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: 5 Fobia Paling Aneh di Dunia, Ada Rasa Takut terhadap Toilet


Sementara itu, fobia kompleks cenderung lebih berbahaya daripada fobia spesifik.

"Fobia kompleks biasanya berkembang selama masa dewasa dan sering dikaitkan dengan ketakutan atau kecemasan yang mengakar dari situasi atau keadaan tertentu," demikian penjelasan di laman NHS.

Apakah fobia bisa menular ke anak?

Psikolog dan Dosen Psikologi Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta Ratna Yunita Setiyani Subardji menjelaskan, fobia bisa menurun ke anak melalui proses modelling.

Proses modelling yang dimaksud adalah ketika seorang anak merekam atau mengingat perilaku orang tua hingga terinternalisasi atau menetap dalam diri.

Proses internalisasi itu dapat didukung oleh perilaku orang tua yang berulang-ulang ketika sedang merasa cemas terhadap sesuatu.

Baca juga: Ramai soal Takut Berbicara di Depan Umum Disebut Glossophobia, Fobia Apa Itu?

"Jadi, seperti misalnya orang tua melakukan suatu perilaku yang konsisten, karena fobia itu kan pasti selalu muncul ketika ada trigger atau pencetusnya. Nah anak akan melihat orang tuanya berperilaku seperti itu sehingga proses yang terjadi adalah terinternalisasi, apa yang dia lihat, dia dengar, dan dia rasakan," kata Ratna.

"Itulah yang kemudian membantu si anak ini untuk membuat apa yang dia lihat tadi atau perilaku yang dia lihat itu terinternalisasi atau menyatu dengan dirinya," tutur Ratna menjelaskan.

Menurut Ratna, hal tersebut bisa terjadi karena pada dasarnya kecemasan juga bisa menular.

"Kecemasan itu menular, jadi kalau misalnya kita melihat orang (cemas), padahal kita engga tahu gara-gara apa, kita bisa memiliki perilaku yang sama," ucap Ratna.

"Kita melihat orang lain cemas sehingga tertular cemas, apalagi ini orang tua sendiri," imbuhnya.

Baca juga: 7 Fobia Paling Aneh di Dunia, Takut terhadap Pisang hingga Pakaian

Selain itu, Ratna menyebutkan bahwa fobia juga bisa menurun ke anak secara verbal.

Misalnya, ketika orang tua justru mengutarakan kecemasannya dengan memberikan momok atau suatu yang menakutkan kepada anak.

"Itu (verbal) bisa menjadi pembenaran dari perilaku yang orang lakukan. Jadi seolah-olah justru malah dikasih momok atau suatu yang menakutkan, yang sebenarnya sejak awal tidak terpikir (oleh anak)," kata Ratna.

Bagaimana cara bersikap di depan anak ketika fobia muncul?

Ratna mengatakan, seseorang sejatinya tidak bisa mengontrol perilaku ketika kecemasan atau ketakutan itu datang, apalagi secara tiba-tiba.

Namun, dia menyarankan agar orang tua bisa mengomunikasikan perilaku tersebut kepada anak.

Baca juga: Ramai soal Anggapan Anak Bikin Cepat Tua, Gaya Hidup Childfree atau Fobia?

Penjelasan serupa juga tercantum dalam artikel di laman Today's Parent. Dalam artikel tersebut tersaji contoh tentang cara orang tua yang mengomunikasikan ketakutan kepada anak.

Contoh yang diberikan berkaitan dengan ketakutan seorang ibu bernama Hailey Surette.

Hailey disebut takut terhadap kelabang. Saat memberitahu anaknya soal fobia tersebut, Hailey mengatakan bahwa tidak ada yang salah dengan kelabang, dan biasanya setiap orang memiliki ketakutan yang berbeda.

"Saya tidak ingin hal ini menghalanginya," ujar Hailey.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: NHS, Todays Parent
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi