KOMPAS.com - Awan di siang hari tampak seperti gumpalan kapas yang melayang-layang di hamparan langit.
Awan sendiri adalah massa dari tetesan air atau kristal es yang menggantung di atmosfer.
Tetesan air ini terbentuk di sekitar inti kondensasi awan yang bisa berupa setitik debu atau garam.
Namun, mengapa awan terlihat seolah-olah melayang di udara? Dan apa yang membuat awan tetap melayang?
Menjawab pertanyaan tersebut, seorang ahli meteorologi di National Weather Service Alex Lamers menyebut bahwa awan yang melayang adalah semacam ilusi.
"Itu semacam ilusi," kata Alex Lamers, seorang ahli meteorologi di National Weather Service, dilansir dari Live Science, Senin (24/7/2023).
"Ini tidak seperti ada bantal atau sesuatu yang secara ajaib mengambang di udara," tambahnya.
Baca juga: Ramai soal Fenomena Awan Aneh di Langit Semarang, Apa Itu?
Terbentuknya awan
Ketika awan yang sarat air menjadi terlalu berat, maka akan terjadi hujan, baik hujan air biasa, hujan salju, atau hujan es.
Sebelum terjadi hujan, tetesan-tetesan air ini sebenarnya sudah bergerak turun menuju Bumi, meskipun dengan kecepatan yang lambat.
"Mereka (tetesan air) jatuh dengan sangat-sangat lambat," kata Lamers.
Ia mengatakan, apapun yang jatuh ke Bumi akan mencapai kecepatan terminal atau kecepatan tercepat yang mungkin terjadi saat jatuh bebas. Kecepatan terminal terjadi ketika gaya tarik dari udara melawan gravitasi dengan sempurna.
Tetesan air sangat ringan sehingga kecepatan terminal mereka juga sangat lambat, yaitu di antara 60 dan 120 kaki per jam (18 hingga 36 meter per jam) untuk tetesan dengan radius 5 hingga 10 mikron.
"Karena awan biasanya setinggi ribuan kaki di atmosfer, pergeseran kecil ke bawah ini tidak terlihat oleh mata," ungkap Lamers.
Selain itu, ia mengibaratkan jatuhnya tetesan air seperti debu yang berputar-putar di bawah sinar Matahari.
"Debu-debu itu juga jatuh, tetapi karena ukurannya sangat kecil, maka jatuhnya pun perlahan-lahan," katanya lagi.
Baca juga: Gunung Merapi Kembali Luncurkan Awan Panas Sejauh 2,7 Km, Bagaimana Kondisi Terkini?
Tetesan air jatuh dengan kecepatan yang lambat
Kendati demikian, ada sesuatu yang melawan penurunan yang lambat tersebut, dan di situlah ilusi itu muncul.
Aliran udara yang naik membuat tetesan air yang menyatu tetap melayang, bahkan ketika mereka berangsur-angsur jatuh.
"Mereka tampak melayang karena pada dasarnya, mereka jatuh dengan kecepatan yang lebih lambat atau sama dengan kecepatan updraft di awan," kata Miller.
Dalam artian, partikel-partikel itu jatuh dan naik pada saat yang bersamaan.
Miller mengungkapkan, udara yang naik menyenggol jutaan tetesan air, dan membentuk awan yang terlihat dari bawah.
Awan berfluktuasi karena udara yang naik bercampur dengan tetesan air saat mereka mengembun dan menguap.
"Awan sebenarnya terbentuk dan menguap dengan kecepatan yang membuat mereka tampak agak diam," kata Miller.
"Anda tidak benar-benar melihat gerakan tetesan awan sama sekali," kata Miller. "Yang Anda lihat hanyalah jejak dari gerakan berskala lebih besar di atmosfer."
Baca juga: Ramai soal Fenomena Scarf Cloud, Pelangi Melingkari Awan yang Menggumpal, Ini Penjelasan BRIN
Faktor terjadinya awan
Dilansir dari Kompas.com (1/2/2023), terdapat beberapa unsur yang dapat memengaruhi terbentuknya awan.
Berikut beberapa di antaranya:
1. Angin
Angin yang tinggi, terjadi evaporasi yang besar sehingga mempercepat terbentuknya awan.
2. Tekanan udara
Dengan adanya pergerakan tekanan udara yang ditimbulkan maka memengaruhi pergerakan awan.
3. Kelembaban udara
Semakin tinggi kelembaban udara, awan akan terlihat semakin mendung.
4. Wujud awan
Wujud atau bentuk awan tergantung dari berbagai hal, yaitu:
- Massa udara
- Suhu awan
- Gerak udara.