Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Asam Lambung Bisa Sebabkan Kematian? Ini Penjelasan Dokter

Baca di App
Lihat Foto
Sakit perut setelah makan buah bisa menandakan bahwa Anda mungkin alergi terhadap fruktosa, kelebihan asupan serat, hingga menderita asam lambung.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Gastroesophageal reflux disease (Gerd) atau penyakit asam lambung adalah kondisi ketika asam dari lambung naik ke kerongkongan.

Asam lambung dapat dialami oleh siapa pun, baik anak-anak maupun orang dewasa, karena kebiasaan hidup tidak sehat.

Munculnya asam lambung bisa ditandai dengan beberapa gejala, seperti rasa mual, rasa pahit pada lidah, termasuk heartburn atau nyeri pada dada.

Mengingat gejala yang ditimbulkan bisa terasa menyakitkan dan mengganggu, bisakah asam lambung menyebabkan kematian?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Stres Memperparah Asam Lambung, Benarkah?

Penjelasan dokter

Dokter spesialis penyakit dalam Rumah Sakit (RS) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Coana Sukmagautama, mengatakan bahwa asam lambung tidak menyebabkan kematian.

Dia juga menjelaskan, yang sering disebutkan oleh masyarakat Gerd menyebabkan kematian mendadak itu juga tidak benar.

"Karena sifatnya akut tidak sampai mematikan," kata Coana kepada Kompas.com, Selasa (25/7/2023).

Ia mengatakan, kondisi asam lambung bisa menyebabkan kematian apabila dibarengi dengan kerusakan mukosa lambung yang menimbulkan perdarahan.

"Perdarahan hebat sampai muntah darah dan Hb-nya sangat rendah bisa menjadi penyebab kematian," jelas Coana.

"Tapi kalau tanpa perdarahan, tampa muntah darah, tanpa muntah yang berlebihan berarti bukan karena asam lambung," tuturnya. 

Baca juga: 5 Makanan yang Baik untuk Penderita Asam Lambung, Dapat Meredakan Gejala

 

Faktor yang menyebabkan kematian

Lebih lanjut, Coana menjelaskan faktor penyebab kematian yang seringkali dianggap masyarakat awam berkaitan dengan asam lambung.

Menurutnya faktor yang bisa memicu kematian adalah kebiasaan hidup tidak sehat, seperti kurang tidur dan begadang yang menyebabkan sirkulasi tubuh tidak normal.

Kondisi tersebut bisa memicu peningkatan hormon stres atau kortisol yang berujung pada peningkatan gula darah dan tekanan darah.

Coana mengingatkan, meningkatnya kortisol perlu diwaspadai karena hormon ini mendatangkan dampak yang buruk.

Bila dibarengi dengan hal tidak sehat lainnya maka hormon tersebut bisa menjadi salah satu penyebab kematian.

Baca juga: 6 Minuman Sehat Pengganti Kopi di Pagi Hari

Minum kopi berlebihan bisa sebabkan kematian

Selain tubuh yang kelelahan, Coana juga mewanti-wanti bahaya minum kopi secara berlebihan karena hal ini bisa memicu kondisi berbahaya bahkan kematian.

Pertama-tama, ia menjelaskan bahwa minum kopi bukanlah suatu masalah bisa dalam batas normal.

Batas normal untuk minum kopi adalah kurang dari dua cangkir dalam sehari atau dalam batasan moderat sebanyak 2-4 cangkir sehari.

Bila orang sudah mengonsumsi 5 cangkir kopi dalam sehari, ini termasuk tingkat konsumsi berat mengingat di dalam kopi terdapat kafein.

Coana menerangkan, tingginya kandungan kafein perlu diwaspadai karena bisa berisiko untuk jantung, secara khusus pada gangguan irama jantung.

"Apalagi kopinya itu espreso. Kafeinnya tinggi. Konsumsi kopi yang berlebihan lebih dari 5 cangkir sehingga kafeinnya lebih dari 125 miligram per hari," imbuh Coana.

"Itu sangat berisiko terhadap gangguan irama jantung. Gangguan irama jantung itu dalam bahasa medisnya itu aritmia, bisa juga ventrikel fibrilas atau atrium fibrilasi. Itu bisa menyebabkan kematian mendadak, sudden death," jelasnya.

Baca juga: Diduga Sering Bergadang dan Minum Kopi, Desain Grafis di Bantul Meninggal karena Asam Lambung

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi