Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Supermoon pada 1 Agustus 2023, Bisa Disaksikan di Indonesia?

Baca di App
Lihat Foto
Freepik
Super Sturgeon Moon. Fenomena Bulan Purnama Super atau Supermoon terakhir tahun 2022 ini akan terjadi pada 11-12 Agustus 2022.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com – Fenomena supermoon akan terjadi pada Selasa (1/8/2023) yang mengakibatkan langit malam lebih terang dari biasanya.

Hal tersebut diungkapkan oleh peneliti astronomi dan astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Clara Yono Yatini.

“Tanggal 1 Agustus 2023 ada fenomena supermoon, masyarakat Indonesia bisa menyaksikannya,” ucap Clara kepada Kompas.com, Selasa (25/7/2023).

Baca juga: Ramai soal Fenomena Pink Moon, Benarkah Bulan Berwarna Pink?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ia menegaskan, masyarakat tidak perlu menggunakan alat bantu untuk melihat fenomena supermoon tersebut.

Menurutnya, tidak ada waktu puncak yang signifikan untuk menyaksikan supermoon.

"Sepanjang malam tidak akan terasa perbedaannya. Selama cuaca mendukung sepanjang malam, Bulan (supermoon) akan tampak terang," ungkapnya.

Baca juga: 20 Wilayah Berpotensi Banjir Rob, Ini Lokasi dan Waktunya!

Baca juga: Ramai soal Halo Bulan, Apa Itu? Berikut Penjelasannya

Terdapat 4 supermoon

Pada tahun ini, total ada empat fenomena supermoon dan sudah pernah terjadi sekali pada Senin (3/6/2023).

“Untuk tahun 2023 ini, supermoon akan terjadi di 3 Juli, 1 Agustus, 31 Agustus, dan 29 September,” sebutnya.

Ia mengungkapkan, supermoon tidak akan berdampak bahaya terhadap Bumi maupun Indonesia.

“Tetapi mungkin akan ada perubahan pada pasang surut air laut,” kata dia.

Baca juga: Mengenal Bulan dari Planet-planet di Tata Surya

Mengenal supermoon

Clara mengatakan, supermoon adalah fenomena ketika Bulan purnama berada pada jarak terdekat dengan Bumi.

“Ini terjadi karena lintasan Bulan mengelilingi Bumi tidak bulat sempurna, agak elips (lonjong),” jelasnya.

Saat supermoon, Bulan purnama menjadi terlihat lebih besar, lebih dekat, dan lebih terang.

“Bulan purnama terjadi ketika Bulan tepat berseberangan dengan Matahari, Bumi di antara keduanya,” terangnya.

Ia menyebutkan, hal itu membuat seluruh permukaan Bulan yang menghadap Bumi memantulkan sinar matahari.

Baca juga: Astronom Temukan Bulan Palsu Quasi-Moon di Orbit Bumi, Apa Itu?

Asal-usul istilah supermoon

Dikutip dari Space, istilah “supermoon” tidak berasal dari astronomi, melainkan dari astrologi bidang pseudoscientific.

Bidang tersebut mempelajari pergerakan benda langit untuk membuat prediksi tentang perilaku dan peristiwa manusia.

Istilah ini pertama kali disebutkan dalam artikel pada 1979 untuk majalah "Dell Horoscope" oleh Richard Nolle.

Nolle mendefinisikan supermoon sebagai Bulan baru atau Bulan purnama yang terjadi dengan Bulan di posisi terdekat dengan Bumi dalam orbit tertentu.

Namun baru beberapa tahun terakhir ini, istilah supermoon lebih diperhartikan oleh masyarakat. Hal itu dimulai sekitar 2004.

Baca juga: Ramai soal Bulan dan Venus Berdekatan di Langit, Fenomena Apa Itu?

Penyebab orbit Bulan berbentuk elips

Bulan diketahui memiliki jarak rata-rata sejauh 238 ribu mil atau 382.900 km dari Bumi.

Kendati demikian, apogee (posisi terjauh) dan perigee (posisi terdekat) Bulan berubah-ubah karena orbitnya yang berbentuk elips.

“Alasan utama mengapa orbit Bulan bukan lingkaran sempurna (elips) adalah karena ada banyak gaya pasang suruh atau gravitasi yang menarik Bulan,” ucap ilmuwan NASA Noah Petro.

Ia menambahkan, gravitasi Bumi, Matahari, dan planet lain berpengaruh pada orbit Bulan.

“Anda memiliki semua gaya gravitasi berbeda yang menarik dan mendorong Bulan, yang memberi kita kesempatan untuk melewati jarak dekat ini,” tuturnya.

Baca juga: Viral, Video Penampakan Dua Bulan Sabit, Ini Kata BRIN

Faktor terjadinya supermoon

Ada dua faktor untuk mendukung terjadinya fenomena supermoon, yakni perigee dan fase purnama.

Adapun perigee Bulan setiap 27 hari sekali dan fase purnama setiap 29,5 hari saat Matahari menyinari Bulan sepenuhnya.

Diperkirakan Bulan akan tampak 30 persen lebih terang dan 14 persen lebih besar dari biasanya. Namun, sangat sulit untuk melihat perbedaannya dengan mata telanjang.

“Itu tidak cukup untuk diperhatikan (perbedaannya) kecuali Anda adalah pengamat Bulan yang sangat berhati-hari,” kata Petro.

Supermoon yang terjadi pada Selasa (1/8/2023) mempunyai nama lain, yakni sturgeon moon.

Baca juga: Ramai soal Fenomena Awan Aneh di Langit Semarang, Apa Itu?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi