Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Guru Besar Cyber Law & Regulasi Digital UNPAD
Bergabung sejak: 25 Sep 2022

Guru Besar Cyber Law, Digital Policy-Regulation & Kekayaan Intelektual Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran

Hati-hati "Romance Scams": Penipuan Virtual Modus Asmara

Baca di App
Lihat Foto
Dok. Shutterstock/PR Image Factory
Ilustrasi Penipuan social engineering
Editor: Sandro Gatra

JIKA ada modus penipuan dengan cara memainkan emosi dan memanipulasi kepercayaan korbannya secara virtual, maka itulah "Romance Scams", kejahatan siber bermodus cinta dan romantika.

"Romance scams" marak terjadi dan menimbulkan banyak korban tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di negara lain seperti Amerika Serikat.

Penipuan dengan skenario mengolah emosi dan kepercayaan ini, banyak menyasar mereka yang rentan terpedaya bujuk rayu, dan ungkapan penuh tipu daya.

Kelihaian penipu menggunakan pofil diri palsu sebagai individu mapan dan sukses, memainkan kata-kata penuh simpati, telah banyak menjebak korbannya.

Seperti dikemukakan di awal, pola Cybercrime ini juga terjadi di AS. Federal Bureau of Ivestigation (FBI) dalam rilis resminya melalui laman An official website of the United States government menyatakan, romance scams terjadi ketika penjahat menggunakan identitas online palsu, untuk mendapatkan kasih sayang dan kepercayaan korban.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Modus

Romance scam sebenarnya sudah terjadi setidaknya sejak beberapa tahun lalu. FBI pada 5 Februari 2015, telah mempublikasikan soal romance scams.

FBI mengungkapkan bahwa kejahatan ini menimbulkan kerugian finansial tertinggi, jika dibanding kejahatan lain di internet saat itu.

Menurut Donna Gregory dalam rilis FBI itu, rata-rata pelapor kehilangan lebih dari seratus ribu dollar AS.

“Romance Scams” biasanya diawali memanipulasi korbannya secara emosional melalui hubungan asmara palsu.

Korban biasanya mereka yang rentan secara emosional atau galau sehingga mudah diperdaya dengan tipu muslihat. Ujungnya menguras harta korban lewat media sosial.

Hal yang seringkali membahayakan adalah ketika korban mau menuruti skema dan skenario penipu untuk saling kirim foto, video yang amat pribadi, bahkan tak pantas.

Pelaku dengan terampil berpura-pura menjadi seseorang penuh simpati, penuh perhatian, mengumbar janji dan pujian dan dengan piawai menunjukan ketertarikannya kepada korban, sehingga korban terjebak pada ikatan emosional palsu.

Penipu menggunakan ilusi hubungan romantis yang tampak tulus dan dapat dipercaya. Untuk melancarkan aksinya, penipu biasanya memanfaatkan situs kencan dan media sosial.

Dia menggunakan foto-foto diri palsu menarik, memberi citra sebagai sosok sukses, baik secara finansial maupun status sosial, yang nembuat korban percaya dan jatuh lebih dalam.

Jika korban sudah telanjur percaya, maka pelaku akan mulai membuat skenario seolah tengah menghadapi persoalan bisnis, atau problem lain, sehingga memerlukan sejumlah uang segera. Korban kemudian percaya dan mengirimkan uang.

Jika target sudah terpenuhi dan penipu mendapatkan apa yang diinginkannya, maka ia pun menghilang tanpa meninggalkan jejak sedikitpun.

Korban banyak yang tidak melapor kepada aparat karena malu dan takut dijadikan bahan tertawaan, bahkan perundungan.

Pelaku dengan terampil membangun hubungan secepat mungkin dan membuat dirinya disayangi dan mendapat kepercayaan dari korban.

Untuk memperdaya, penipu juga seringkali membuat janji untuk bertemu secara luring, meskipun faktanya tidak akan pernah terjadi.

Di AS, modus ini marak terjadi. Menurut FBI, penipu sering mengatakan bahwa mereka berkecimpung di industri bangunan dan konstruksi dan terlibat dalam proyek di luar AS.

Hal itu memudahkan untuk menghindari pertemuan luring dan lebih masuk akal, ketika mereka meminta uang untuk keadaan darurat medis, atau biaya hukum yang tidak terduga.

Langkah sistemik biasanya dilancarkan penipu dengan mulai meminta informasi rekening bank korban dengan dalih untuk mengirim uang.

FBI mewanti-wanti, jika hal ini terjadi, maka harus waspada, karena kemungkinan besar mereka akan menggunakan akun bank korban untuk melakukan skema pencurian dan penipuan lainnya.

Kiat menghindari

FBI membagikan kiat-kiat menghindari "Romance scams.” Pertama, jika mencurigai hubungan online adalah penipuan, maka segera hentikan semua kontak. Jika sudah menjadi korban penipuan, segera melapor ke aparat hukum.

Kedua, berhati-hatilah dengan unggahan di dunia maya dan bisa diakses publik secara online. Penipu dapat menggunakan detail yang dibagikan di media sosial dan situs kencan, untuk lebih memahami dan menargetkan korban.

Ketiga, teliti foto dan profil orang tersebut menggunakan pencarian online. Hal ini untuk melihat apakah gambar, foto, nama, atau detailnya telah digunakan di tempat lain. Lakukan perlahan dan ajukan banyak pertanyaan.

Keempat, waspadalah jika orang tersebut tampak terlalu sempurna, atau dengan cepat meminta meninggalkan platform atau situs media sosial untuk berkomunikasi secara langsung melalui japri.

Kelima, berhati-hatilah jika orang tersebut mencoba untuk mengisolasi dari teman dan keluarga, atau meminta informasi keuangan, atau foto yang tidak pantas. Hal ini dapat digunakan untuk memeras.

Banyak korban terjebak mengirim foto sangat pribadi, bahkan melakukan video call tak pantas. Konten ini yang kemudian bisa dijadikan alat pemerasan dengan ancaman mempermalukan korban.

Keenam, berhati-hatilah jika individu tersebut berjanji untuk bertemu langsung, tetapi kemudian muncul dengan alasan tidak bisa.

Jangan pernah mengirim uang kepada siapa pun yang tak dikenal, atau yang hanya berkomunikasi secara online.

Jangan terpancing dengan profile picture yang menawan, pesan-pesan manis, bujuk rayu, dan tawaran bisnis yang seolah sangat menjanjikan. Pasalnya, siapa mereka sangat sulit ditebak.

Langkah preventif seharusnya dilakukan setiap orang agar terhindar dari kejahatan, yang tidak hanya merugikan secara finansial, tetapi juga bisa berdampak psikologis panjang.

Hal paling penting yang harus dilakukan adalah melindungi diri sendiri secara preventif. Tidak mudah merespons Email, WA, SMS, pesan Facebook, atau platform medsos lainnya dari orang tak dikenal.

Pelaku bisa berada di mana saja, termasuk di luar negeri sehingga sulit dilacak. Saatnya menggunakan medsos dengan lebih hati-hati, lebih logis, dan lebih bijak.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi