Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Foto dan Video Dokumentasi Saat Perang Diambil?

Baca di App
Lihat Foto
Wikimedia Commons
WWI German A7V Tank Hagen pada 1 April 1918 sedang meluncur ke Front Barat
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Dalam sejarahnya, Perang Dunia I dimulai pada tanggal 28 Juli 1914 sampai 11 November 1918, sedangkan Perang Dunia II dimulai tahun 1939 sampai 1945.

Sejumlah peristiwa bersejarah tersebut bisa diketahui salah satunya dari dokumentasi baik berupa tulisan, foto, dan juga video. 

Lantas, bagaimana cara mendokumentasikan peristiwa perang melalui foto dan video pada saat itu?

Baca juga: Mengapa Remaja Zaman Dulu Tampak Lebih Tua dari Usia Sebenarnya? Ini Kata Ilmuwan


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara mendokumentasikan foto saat perang

Dikutip dari British Library (29/1/2014), pengambilan dokumentasi selama peperangan termasuk tindakan yang berisiko. Sebab keamanan fotografer bisa terancam serta hasil rekaman dapat disalahgunakan oleh musuh.

Meski begitu, tetap ada perwira yang menjadi fotografer amatir dengan membawa kamera ke medan perang.

Kepemilikan atau penggunaan kamera oleh prajurit tempur selama peperangan diatur oleh atasan sehingga tergantung kondisinya.

Umumnya, fotografer pers akan dijauhkan agar tidak terkena dampak peperangan yang sedang berlangsung.

Sejak 1916, para tentara dilarang mengambil foto pribadi atau memiliki kamera di zona perang. Karena itu, sebagian besar tentara dan angkatan laut memiliki unit spesialis untuk menangani foto peperangan.

Tentara Inggris, Perancis, dan Jerman bahkan mempekerjakan fotografer resmi yang tunduk dengan kontrol militer untuk mengambil foto yang akan dirilis ke surat kabar atau tujuan propaganda.

Jika tidak ada, fotografer komersial atau pers akan diajak ikut oleh otoritas militer dari sejumlah negara.

Baca juga: Benarkah Dilarang Ambil Foto dan Rekam Orang Jepang dengan Kamera?

 

Proses foto tidak mudah

Dibandingkan dengan sekarang, pengambilan foto di masa perang dilakukan dengan kamera kuno yang jauh lebih sulit.

Dikutip dari CBS News (8/7/2013), fotografi lebih mudah dilakukan di perang wilayah utara daripada selatan. Hal ini karena pasokan bahan pembuat foto lebih mudah didapat di utara.

Untuk mengambil foto, objek dan subjeknya harus dalam posisi duduk atau berdiri diam selama delapan detik. Karena itu, foto hanya bisa diambil sebelum atau setelah pertempuran.

Kamera tidak akan bisa menangkap gerakan cepat di tengah pertempuran.

Walau pembuatannya sulit, harga foto saat itu cenderung murah. Foto dihargai 50 sampai 75 sen dengan wadah kotak. Sementara harga lima sampai sepuluh sen untuk foto yang dicetak seperti kartu pos.

Baca juga: Mengapa Wajah Terlihat Lebih Cantik di Cermin daripada di Foto?

Hasil foto saat perang

Fotografi selama perang, terutama Perang Dunia I berkembang berkat pembuatan lensa kaca dan perkembangan bidang kimia pada 1850.

Di abad tersebut, kamera diproduski secara massal yang memungkinkan pengguna mengambil foto dan mengirim isi filmnya untuk diproses.

Dikutip dari Battlefields (16/11/2020), teknik Daguerreotype awalnya digunakan untuk menghasilkan lembaran foto. Proses ini menggunakan pelat tembaga berlapis perak iodida yang disinari cahaya kamera, diasap dengan uap merkuri, dan dibuat permanen dengan larutan garam.

Sayangnya, langkah ini hanya menghasilkan satu gambar saja. Karena itu, dikembangkan teknik pelat basah. Hasil foto berbentuk lembaran hitam dicetak pada kertas peka cahaya di bawah sinar Matahari.

Selain itu, ada juga seniman yang menggunakan cetakan negatif untuk ukiran kayu yang kemudian dicetak massal lewat surat kabar.

Fotografi perang kemudian semakin populer pada 1914. Hasil foto yang muncul dalam surat kabar bahkan diambil oleh fotografer profesional.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi