Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arkeolog Temukan Senjata Kuno Terbuat dari Meteorit yang Jatuh ke Bumi 3.500 Tahun Lalu

Baca di App
Lihat Foto
Hofmann et al., J. Archaeol. Sci., 2023 via SCIENCE ALERT
Mata panah terbuat dari meteorit. Senjata kuno ini diketahui berasal dari zaman perunggu, yang belum lama ini digali di Swiss.
|
Editor: Farid Firdaus

KOMPAS.com - Pada akhir 1800-an, para arkeolog menemukan sebuah mata panah yang berusia 3.000 tahun dari Zaman Perunggu di Morigen, Swiss.

Dikutip dari Newsweek (31/7/2023), Morigen terletak hanya beberapa mil barat daya tempat meteorit Twannberg jatuh ke Bumi dan beberapa fragmen meteorit telah ditemukan.

Mata panah tersebut memiliki ukuran setelapak tangan dan kini telah dijadikan sebagai koleksi di Museum Sejarah Bern.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Tempat Tercerah di Bumi, Layaknya Berdiri di Permukaan Venus


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mata anak panah yang terbuat dari meteorit

Sebuah analisis baru yang diterbitkan dalam Journal of Archaeological Science edisi September mengungkapkan, benda itu bukanlah sebuah mata panah biasa.

Benda tersebut adalah mata anak panah yang terbuat dari meteorit yang jatuh ke Bumi pada 3.500 tahun yang lalu.

"Dari luar, mata panah ini terlihat seperti mata panah biasa yang dilapisi karat," kata penulis utama Beda Hofmann, dilansir dari Live Science.

Selain itu, analisis mereka juga menunjukkan masih ada banyak logam yang diawetkan.

Para peneliti menggunakan beberapa metode, termasuk tomografi sinar-X (pencitraan terkomputerisasi) dan spektrometri gamma (proses yang mendeteksi bahan radioaktif yang memancarkan gamma).

Analisis menggunakan metode tersebut memperlihatkan, benda itu tidak hanya mengandung isotop aluminium-26 yang secara alami tidak ada di Bumi, tapi juga memiliki jejak paduan besi dan nikel yang konsisten dengan meteorit.

Baca juga: Mengapa Remaja Zaman Dulu Tampak Lebih Tua dari Usia Sebenarnya? Ini Kata Ilmuwan

Terdapat bekas gilingan pada mata anak panah

Selain itu, analisis tersebut juga menunjukkan adanya bekas gilingan yang tersisa saat meteorit dibentuk menjadi mata panah dan sisa-sisa tar yang kemungkinan besar digunakan untuk menempelkan ujungnya ke batang panah.

Awalnya, para ilmuwan mengira artefak tersebut terkait dengan situs meteorit Twannberg berusia 170.000 tahun yang berjarak kurang dari 5 mil (8 kilometer) dari tempat tinggal tersebut.

Namun, sebuah penelitian lebih lanjut mengungkapkan adanya konsentrasi nikel dan germanium (unsur kimia) dalam mata panah itu tidak cocok.

"Itu bukan berasal dari meteorit yang saya duga," kata Hofmann tentang artefak tersebut.

Artefak ini memiliki berat sepersepuluh ons (2,9 gram) dan panjangnya lebih dari 1 inci (3 cm).

Baca juga: Arkeolog Temukan Makam Berusia 3.000 Tahun yang Belum Tersentuh di Siberia

Lebih lanjut, Hofmann dan rekan-rekannya merujuk pada basis data geologi yang mengungkapkan, situs meteorit Kaalijarv di Estonia, yang berjarak lebih dari 1.400 mil (2.250 km) jauhnya, mengandung logam yang mirip dengan artefak tersebut dan mata panahnya berasal dari meteorit seberat 2 ton (1.800 kg).

Sehingga, hal ini membuat para ilmuwan menyimpulkan mata panah tersebut kemungkinan besar pernah diperdagangkan.

"Telah didokumentasikan dengan baik bahwa perdagangan telah terjalin dengan baik dalam jarak yang sangat jauh selama Zaman Perunggu," kata Hofmann.

"Orang-orang zaman dulu ini kemungkinan besar tahu bahwa ketika tumbukan terjadi di sana pada tahun 1500 SM, materialnya sangat berharga dan memiliki nilai," tambahnya.

Bahkan saat ini, mata panah meteorit sangat jarang ditemukan dengan hanya 55 objek yang diketahui ditemukan di Eurasia dan Afrika di 22 lokasi.

Mulai 1 Februari 2024 hingga 25 April 2025, mata panah itu akan dipamerkan di Museum Sejarah Bern.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi