Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Konflik Perbatasan Wilayah Paling Kontroversial di Dunia

Baca di App
Lihat Foto
iStockphoto/ilbusca
Ilustrasi sengketa perebutan wilayah.
|
Editor: Muhammad Zaenuddin

KOMPAS.com - Beberapa perbatasan wilayah, seperti antara Amerika Serikat dan Kanada atau di kebanyakan negara, merupakan perbatasan yang damai.

Namun tidak demikian dengan beberapa wilayah di mana perbatasannya justru menjadi tempat konflik.

Penyebabnya bervariasi akibat persaingan antar negara atau masyarakat, perselisihan atas sumber daya nasional, hingga perbedaan kepentingan tentang masa lalu.

Baca juga: 7 Negara dengan Pulau Terbanyak di Dunia, Indonesia Ada di Urutan Keenam

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Dilansir dari laman National Geographic, perbatasan atau batas wilayah adalah garis nyata atau buatan yang memisahkan wilayah geografis.

Sederhananya, perbatasan adalah batas politik yang memisahkan negara, negara bagian, provinsi, kabupaten, kota, atau kota kecil.

Perbatasan menguraikan area yang dikontrol oleh pihak berwenang tertentu dan mereka hanya dapat membuat dan menegakkan hukum di wilayahnya.

Masyarakat biasanya dapat bergerak dengan bebas di dalam perbatasan negaranya sendiri, tetapi tidak diperbolehkan untuk menyeberang ke negara tetangga tanpa izin.

Perbatasan berubah seiring waktu dan terkadang bisa terjadi akibat konflik dengan berbagai macam alasan.

Baca juga: 9 Peradaban Manusia yang Hilang, Apa Saja?

Dilansir dari Encyclopedia Britannica, berikut adalah sengketa atau konflik perbatasan paling kontroversial di dunia:

1. Semenanjung Korea

Bisa dibilang perang Korea sampai saat ini tidak pernah benar-benar berakhir. Korea Selatan dan Utara menandatangani gencatan senjata tetapi tidak ada perjanjian damai.

Perbatasan antara Korea Utara yang komunis dan Korea Selatan yang demokratis adalah perbatasan yang paling termiliterisasi di dunia.

Zona dengan lebar 4 kilometer dan panjang 243 kilometer ini memisahkan kedua negara dengan pagar kawat berduri, ranjau darat, dan penjaga bersenjata.

Baca juga: Daftar Negara dengan Paspor Terlemah di Dunia, Mana Saja?

2. Somaliland

Selama Perang Dunia II, semua wilayah Somalia disatukan di bawah administrasi militer Inggris, kecuali Somaliland Perancis.

Proses penyatuan ini berlanjut setelah Somalia merdeka pada 1960. Namun, akhir 1980-an, negara itu hancur akibat perang saudara selama puluhan tahun.

Pada 1991, Somaliland, mendeklarasikan kemerdekaannya. Namun, Republik Somaliland, tetap tidak diakui oleh masyarakat internasional.

Baca juga: 7 Pulau Paling Berbahaya di Dunia, Ada yang Pernah Jadi Tempat Uji Coba Nuklir

3. Israel/Palestina

Mustahil untuk diabaikan, konflik Israel-Palestina merupakan konflik ketidakamanan bagi Timur Tengah dan dunia pada umumnya.

Bahkan efek sengketa terkait perbatasan dan wilayah antara kedua negara tersebut masih berlanjut sampai dengan saat ini.

4. Antartika

Sejumlah negara, termasuk Inggris, Perancis, dan Argentina, telah mengajukan klaim atas benua beku Antartika.

Namun klaim tersebut belum diakui oleh masyarakat internasional sejak ditandatanganinya Traktat Antartika pada tahun 1959.

Perjanjian tersebut melarang negara-negara untuk menguasai bagian mana pun dari Antartika.

Baca juga: Ini yang Bakal Terjadi jika Gletser Kiamat di Antartika Runtuh

5. Sahara Barat

Penduduk asli Sahara Barat, Saharawi, telah berjuang untuk kemerdekaan mereka melawan Maroko sejak tahun 1970-an.

Pada 1991, kedua belah pihak menyetujui proposal perdamaian yang menentukan referendum bagi penduduk asli Saharawi untuk memutuskan apakah mereka ingin merdeka atau menjadi bagian dari Maroko.

Namun Maroko memindahkan puluhan ribu warga ke wilayah tersebut untuk mempengaruhi hasil referendum.

Baca juga: 6 Fakta Menarik tentang Gurun Sahara

6. Kepulauan Kuril

Perselisihan atas wilayang yang memiliki 56 pulau ini adalah alasan utama mengapa Jepang dan Rusia tidak pernah menandatangani perjanjian damai untuk meresmikan akhir Perang Dunia II.

Pada akhir perang, Uni Soviet menginvasi Kepulauan Kuril, beberapa di antaranya pernah dikuasai Kekaisaran Rusia sebelumnya.

Sementara pengalihan pulau ke Uni Soviet masuk dalam perjanjian Yalta, Jepang masih terus mengklaim hak historis atas pulau paling selatan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi