Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Alasan Mengapa Ahli Geologi Sering Menjilat Bebatuan

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/Vladyslav Trenikhin
Ilustrasi ahli geologi memeriksa bebatuan.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Dalam penelitiannya, para ilmuwan telah menggunakan segala macam cara penyelidikan yang aneh, mulai dari mendeteksi hidrogen terbakar dengan sapu hingga menjilati bebatuan.

Hal serupa juga diungkapkan oleh ahli geologi dan paleontologi, Dr Randall Irmis dari Natural History Museum of Utah, Amerika Serikat.

Dengan berbekal pengalaman puluhan tahun di bidangnya, ia mengatakan, tes geologi akan terlihat sangat aneh bagi seseorang yang tidak tahu apa-apa alias masyarakat awam.

Untuk itu, Anda tidak perlu terkejut ketika melihat seorang ahli geologi menjilat bebatuan yang tengah dipegangnya.

Lantas, apa alasan ilmuwan menjilat bebatuan?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Ilmuwan Sebut Manusia Bisa Hidup 1.000 Tahun, Kok Bisa?


Alasan mengapa para ilmuwan menjilat batu

Irmis mengungkapkan, ada beberapa alasan mengapa para ilmuwan, terlebih ahli geologi, sering kali menjilati bebatuan. 

"Ada beberapa alasan mengapa kita mungkin menjilat batu atau menyentuhkannya ke lidah kita," ujarnya dikutip dari Iflscience.

"Mungkin yang paling menarik adalah bahwa kita benar-benar menggunakannya sebagai cara untuk mengetahui apakah sesuatu itu tulang fosil atau bukan," tambahnya.

Untuk lebih jelasnya, Irmis menyebut beberapa alasannya sebagai berikut:

1. Tulang fosil akan menempel di lidah

Para ahli geologi mengungkapkan, ternyata tulang fosil akan menempel di lidah dengan sedikit kelembapan.

Sedangkan sebagian besar batu, kayu yang membatu, dan benda-benda alami semacam itu, tidak akan menempel di lidah kita.

Ada banyak kejadian, ketika seseorang sedang mencari fosil atau saat seseorang yakin itu adalah tulang fosil, kemudian menempelkannya di lidah dan ternyata tidak menempel.

Jika itu yang terjadi, maka Anda harus mengevaluasi kembali.

Jika itu bukan fosil tulang, bisa jadi itu adalah kayu atau fosil akar yang mengeras.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Tempat Tercerah di Bumi, Layaknya Berdiri di Permukaan Venus

2. Tertarik pada ukuran butiran batuan sedimen

Kemudian, alasan lain mengapa para ahli geologi mungkin memasukkan batu ke dalam mulut, adalah karena mereka tertarik pada ukuran butiran yang membentuk batuan sedimen.

Baca juga: 7 Ilmuwan Indonesia dan Penemuannya yang Diakui Dunia 

3. Untuk mengetahui struktur batu

Irmis memaparkan, salah satu cara yang paling efektif untuk mengetahui apakah sebuah batu terbuat dari lumpur atau tanah liat adalah dengan mengambil sedikit dan menggigitnya.

Jika halus, itu adalah tanah liat, namun jika sedikit berpasir, berarti ada sedikit lumpur di dalamnya.

"Salah satu cara untuk menguji antara tanah liat dan lumpur adalah bahwa ada beberapa lapisan batuan tempat saya bekerja, di bagian barat Amerika Serikat, yang berasal dari periode Trias akhir dan sebenarnya ada beberapa lapisan yang berbeda yang dipisahkan berdasarkan ukuran butirannya, sehingga satu lapisan memiliki lebih banyak lumpur dari pada yang lain," jelasnya.

"Jadi, untuk dapat mengetahui dengan tepat di lapisan mana Anda berada, cara terbaiknya adalah mengetahui apakah batuan itu mengandung lumpur atau tanah liat," pungkasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi