Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa yang Terjadi Setelah Ledakan Bom Atom di Hiroshima dan Nagasaki?

Baca di App
Lihat Foto
George R. Caron / Charles Retribusi
ledakan bom di Hiroshima (kiri) dan Nagasaki (kanan)
|
Editor: Farid Firdaus

KOMPAS.com - Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang pada 6 dan 9 Agustus 1945.

Di bawah pemerintahan Presiden Harry S. Truman, AS menjatuhkan bom atom "Little Boy" di Hiroshima sebagai upaya mengalahkan Jepang dalam Perang Dunia II.

Jepang yang berada di blok Sentral merupakan musuh AS dari blok Sekutu.

Tak cukup menghancurkan satu kota, bom kedua "Fat Man" dijatuhkan tiga hari kemudian di kota lain, Nagasaki.

Dua ledakan bom tersebut mengakibatkan Jepang menyerah pada 15 Agustus 1945.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski perang akhirnya berakhir, warga Jepang harus menanggung dampak yang berat akibat kedua bom atom itu.

Ratusan ribu warga meninggal dunia, sementara mereka yang bertahan hidup menderita penyakit akibat paparan radiasi. Mereka juga menghadapi diskriminasi dalam kehidupan sehari-hari.

Lantas, apa yang terjadi di Jepang setelah ledakan bom atom melanda Hiroshima dan Nagasaki?

Baca juga: Bagaimana Foto dan Video Ledakan Bom Nuklir Saat Perang Diambil?

Ketika bom atom dijatuhkan

Sebelum ledakan bom atom, Hiroshima merupakan kota terbesar ketujuh di Jepang yang ditempati oleh lebih dari 340.000 warga. Kota ini juga menjadi markas tentara.

Sayangnya, bom yang dijatuhkan pada 6 Agustus 1945 pukul 08.15 mengubah semuanya. Ledakan yang ditimbulkan menghancurkan kota itu.

Panasnya bom yang ekstrem menghanguskan penduduk, menyisakan bekas terbakar atau jenazah di tempat mereka sempat berada.

Ledakan bom juga menyebabkan kobaran api di penjuru kota. Api terus berkobar karena tidak ada orang yang memadamkannya.

Dikutip dari Atomic Archieve, efek bom ini menyebabkan hanya sekitar 190 polisi dan 2.000 tentara yang melapor sanggup bertugas serta hanya ada 30 dokter dan 126 perawat yang bisa membantu puluhan ribu warga yang menjadi korban.

Di sisi lain, warga berusaha mencari kerabat dan sisa-sisa harta mereka. Untuk mencegah orang keluar kota, batas wilayah ditutup. Selain itu, listrik mati di seluruh kota selama sepekan.

Baca juga: 78 Tahun Lalu, Bom Atom Fat Man Dijatuhkan di Nagasaki, 80.000 Orang Tewas

Saat Hiroshima masih luluh lantak dan menderita, bom kembali dijatuhkan pada 9 Agustus 1945 pukul 11.02, kali ini di Nagasaki. Tindakan tesebut diambil karena Jepang tidak kunjung menyerah pascabom di Hiroshima, dikutip dari History.

Bom yang digunakan di Nagasaki lebih berat dan efeknya lebih besar daripada sebelumnya. Namun, ledakan bom atom tidak menimbulkan dampak sebesar Hiroshima karena Lembah Urakami membatasi ledakan ke arah penduduk sementara arah angin menyebabkan kebakaran tidak meluas.

Meski begitu, bom tetap menyebabkan kerusakan bangunan fasilitas umum, rumah sakit, serta jalanan kota. Akibatnya, transportasi bantuan dan penyelamatan korban terhambat.

Selama periode tersebut, kedua kota terpaksa mengadakan kremasi dan penguburan massal para korban.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Bom Atom Little Boy Dijatuhkan di Hiroshima, Tewaskan 140.000 Orang

Jumlah korban sulit dipastikan

Sulit mengetahui jumlah pasti korban tewas dan terluka di Hiroshima dan Nagasaki.

Umumnya diperkirakan 100.000 dan 180.000 warga Hiroshima menjadi korban. Sementara di Nagasaki, diperkirakan ada 50.000 hingga 100.000 korban.

Sebagian besar korban meninggal akibat luka bakar, terluka kejatuhan puing-puing bangunan, mengalami cedera, dan terkena radiasi bom atom.

Korban yang mengalami radiasi bom ditunjukkan dengan tanda-tanda berupa diare berdarah, kehilangan sel darah putih, kerusakan sumsum tulang, serta peradangan akut di selaput lendir tenggorokan, paru-paru, lambung, dan usus.

Radiasi juga menyebabkan ibu hamil mengalami keguguran atau melahirkan bayi prematur. Paparan radiasi juga berpotensi menimbulkan kemandulan.

Diskriminasi kepada penyintas

Ledakan bom atom tidak selalu membunuh orang-orang di sekitarnya. Warga berhasil selamat jika berada dalam bunker atau berlindung di daerah yang tidak terkena ledakan secara langsung.

Namun, mereka yang bertahan hidup terancam efek paparan radiasi yang menimbulkan penyakit seperti kanker.

Selain itu, seperti diberitakan Smithsonian Magazine, para penyintas yang berada dalam komunitas hibakusha mendapatkan diskriminasi dari masyarakat lain. Perlakuan ini bahkan dialami para keturunan penyintas bom atom.

Masyarakat umum menganggap paparan bom atom menimbulkan radiasi dan racun yang dapat menular.

Para penyintas diyakini mengalami gangguan fisik atau psikologis. Karena itu,  mereka mungkin mewarisi cacat genetik di anak-anaknya kelak. 

Stigma ini banyak dialami penyintas bom atom dari generasi pertama, kedua, bahkan hingga hari ini. Diskriminasi terbesar terutama dialami perempuan yang selamat.

Mereka akan sulit menikah atau ditolak oleh calon mempelai.

Baca juga: Tsar Bomba, Bom Nuklir dengan Ledakan Terbesar di Dunia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi