Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal KTT BRICS Afrika Selatan yang Akan Dihadiri Presiden Jokowi

Baca di App
Lihat Foto
Sputnik/Alexey Nikolsky/Kremlin via Reuters
Para pemimpin negara-negara BRICS, mulai dari Xi Jinping dari China, Vladimir Putin dari Rusia, Jair Bolsonaro dari Brasil, Narendra Modi dari India, dan Cyril Ramaphosa dari Afrika Selatan pada KTT BRICS di Osaka, Jepang, pada 28 Juni 2019.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) akan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS di Afrika Selatan.

Jokowi mengungkapkan, Indonesia menerima undangan untuk bertemu dengan kelompok ekonomi yang terdiri dari lima negara itu.

"Indonesia diundang dalam KTT BRICS," kata Presiden Jokowi dalam keterangan persnya, dikutip dari Kompas.com, Minggu (20/8/2023).

Undangan tersebut dihadiri di sela-sela kunjungan pertama Jokowi sebagai Kepala Negara ke empat negara di Afrika.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain Afrika Selatan, Presiden juga akan mengunjungi Kenya, Tanzania, Mozambik, dan kembali ke Tanah Air pada 25 Agustus 2023.

Lantas, apa itu KTT BRICS dan siapa saja anggotanya?

Baca juga: Berkunjung ke Afrika Selatan, Presiden Jokowi Bakal Hadiri KTT BRICS


Mengenal BRICS dan KTT BRICS

KTT BRICS adalah pertemuan tertinggi yang dihadiri kepala pemerintahan atau kepala negara yang tergabung dalam BRICS.

BRICS merupakan singkatan dari negara-negara berkembang utama, yakni Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (South Africa).

Dilansir dari The Economic Times, kelompok ini semula bernama BRIC, terdiri dari Brasil, Rusia, India, dan China.

Sebelum didirikan, Jim O'Neill selaku Kepala Ekonom Goldman Sachs, perusahaan perbankan investasi dengan pendapatan terbesar di dunia, menggarisbawahi potensi pertumbuhan keempat negara tersebut.

Melalui makalah penelitian pada 2001, O'Neill memproyeksikan bahwa BRIC akan tumbuh lebih cepat daripada Grup 7 alias G7.

G7 sendiri merupakan kelompok yang terdiri dari tujuh negara dengan ekonomi global termaju, seperti Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Inggris, Amerika Serikat, dan Jepang.

Hingga pada 2003, rekan O'Neill di Goldman Sachs, Roopa Purushothaman dan Dominic Wilson turut mempresentasikan sebuah laporan serupa.

Menurut mereka, BRIC pada 2050 akan menjadi lebih menonjol dari G7, serta mengubah tampilan ekonomi dunia dalam empat dekade.

Empat negara itu kemudian melakukan pertemuan pertama kali di Saint Petersburg, Rusia, di sela-sela G8 Outreach Summit pada Juli 2006.

Dilansir dari laman resmi, pada September 2006, kelompok ini diresmikan sebagai BRIC dalam BRIC Foreign Ministers' Meeting atau Pertemuan Menteri Luar Negeri anggota pertama.

Pertemuan saat itu sendiri terjadi di tengah Debat Umum Majelis Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York City, Amerika Serikat.

Setelah serangkaian pertemuan tingkat tinggi, KTT BRIC pertama pun diadakan di Yekaterinburg, Rusia pada 16 Juni 2009.

Baca juga: Media Asing Soroti Keberangkatan Presiden Jokowi ke Afrika Selatan untuk Hadiri KTT BRICS

 

Anggota BRICS

BRIC awalnya beranggotakan empat negara pendiri, yakni Brasil, Rusia, India, dan China.

Kemudian pada September 2010, saat Pertemuan Menteri Luar Negeri BRIC di New York, Afrika Selatan resmi bergabung, sehingga nama kelompok berganti menjadi BRICS.

Afrika Selatan bersama empat negara lain pun menghadiri KTT BRICS ketiga yang digelar di Sanya, China pada 14 April 2011.

Dengan lima anggota, BRICS menjadi kelompok penting yang menyatukan negara-negara berkembang utama dunia.

Kelompok ini memiliki sekitar 41 persen populasi dunia, 24 persen produk domestik bruto (PDB) dunia, dan lebih dari 16 persen pangsa dalam perdagangan dunia.

Turut menjadi mesin utama pertumbuhan ekonomi global selama bertahun-tahun, negara-negara BRICS pun bersatu untuk membahas isu penting di bawah tiga pilar, yaitu:

  • Politik dan keamanan (political and security)
  • Ekonomi dan keuangan (economic and financial)
  • Budaya dan hubungan antarmasyarakat (cultural and people-to-people exchange).

Sementara itu, seiring dunia yang multipolar, blok ini juga terus mengonsolidasikan diri sebagai kekuatan geopolitik dan geoekonomi baru untuk mengimbangi negara-negara Barat.

Baca juga: Afrika Selatan Ungkap Alasan Putin Tak Akan Hadiri Langsung KTT BRICS

Negara yang ingin bergabung

Menurut catatan Reuters, lebih dari 40 negara menyatakan minat untuk bergabung dalam forum BRICS.

Beberapa negara yang dimaksud, termasuk Iran, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Argentina, Aljazair, Bolivia, Indonesia, Mesir, Ethiopia, Kuba, Republik Demokratik Kongo, Komoro, Gabon, dan Kazakhstan.

Mereka memandang BRICS sebagai alternatif badan global yang dipandang telah didominasi oleh kekuatan tradisional Barat.

Selain itu, keanggotaan juga akan membuka sejumlah manfaat, termasuk pembiayaan pembangunan, serta peningkatan perdagangan dan investasi.

Di sisi lain, dikutip dari Kompas.id, nama Indonesia santer disebut sebagai calon anggota sejak KTT BRICS di China pada 2017.

Namun, hingga menjelang keberangkatan ke Afrika, Presiden Jokowi tak menyebutkan apakah Indonesia akan bergabung dengan kelompok ini.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah pun menegaskan, kehadiran Jokowi di KTT BRICS adalah memenuhi undangan tuan rumah, Afrika Selatan.

"Saya tidak ingin berspekulasi. Setidaknya, yang perlu digarisbawahi adalah Indonesia hadir memenuhi undangan tuan rumah, Afrika Selatan, negara sahabat Indonesia," kata dia.

Menurut Faizasyah, hal yang dilakukan Afrika Selatan sama seperti saat Indonesia memegang Keketuaan G20 2022 di Nusa Dua, Bali pada November lalu.

Saat itu, Indonesia mengundang beberapa kepala negara atau kepala pemerintahan yang bukan anggota G20.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi