Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah dan Isi Perjanjian Renville, Upaya Belanda untuk Menguasai Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
Wikimedia Commons
Delegasi Indonesia dalam Perjanjian Renville. Dari kiri ke kanan: Johannes Latuharhary, Ali Sastroamidjojo, Agus Salim, Johannes Leimena, Setiadjit Soegondo, Amir Syarifuddin (Wikimedia Commons).
|
Editor: Muhammad Zaenuddin

KOMPAS.com - Perjanjian Renville adalah salah satu upaya bangsa Indonesia untuk mempertahankan kedaulatan pasca kemerdekaan.

Bahkan setelah kemerdekaan, Belanda masih berusaha untuk dapat menguasai Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya agresi militer yang dilakukan oleh pihak Belanda.

Tidak hanya melalui perlawanan fisik, perundingan internasional menjadi salah satu perjuangan jalur diplomatik untuk mempertahankan bangsa yang merdeka.

Baca juga: Sejarah dan Isi Perjanjian Giyanti yang Menandai Pecahnya Mataram Islam

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Lantas, apa yang melatarbelakangi Perjanjian Renville?

Latar belakang Perjanjian Renville

Perjanjian Renville dilatarbelakangi oleh Agresi Militer Belanda I pada 21 Juli - 4 Agustus 1947, dan melanggar Perjanjian Linggarjati (1946).

Dilansir dari laman Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat, operasi militer itu dilakukan karena RI tidak mau mengakui hasil dari Perundingan Linggarjati.

Agresi militer Belanda membuat Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi pada 25 Agustus 1947 untuk menghentikan situasi perang yang sedang berlangsung.

Dewan PBB dan Komisi Tiga Negara (KTN) kemudian mengusulkan diadakannya Perundingan Renville yang dimulai pada 8 Desember 1947.

Indonesia diwakili oleh Amir syarifudin dan beberapa delegasi Indonesia seperti Ali Sastroamijoyo, H. Agus Salim, Dr.J. Leimena, Dr. Coatik Len dan Nasrun.

Baca juga: Sejarah Perjanjian Salatiga 17 Maret 1757: Tanah Mataram Terbagi Jadi 3 Kekuasaan

Pihak Belanda diwakilkan oleh orang Indonesia yang pro Belanda “Raden Abdul Kadir Wijoyoatmojo” dan beberapa anggota yaitu Van Vredenburg, P.J. Koets, dan Chr. Soumokil.

KTN yang diwakili oleh Amerika Serikat, Australia, dan Belgia, berperan sebagai mediator. Frank P. Graham dari Amerika berada di pihak netral.

Richard C, Kirby dari Australia mendampingi Indonesia dan Paul van Zeeland dari Belgia sebagai wakil Belanda.

Penandatangan Perjanjian Renville berlangsung di atas kapal pengangkut tentara Amerika, Kapal USS Renville yang berlabuh di Teluk Jakarta pada 17 Januari 1948 dan 19 Januari 1948.

Dipilihnya kapal USS Renville karena dianggap sebagai tempat yang netral.

Baca juga: Mengenal Sejarah dan Latar Belakang Perang Dingin

Isi Perjanjian Renville

Dikutip dari Kompas.com (17/1/2023), berikut adalah hasil dari perundingan di atas Kapal Renville:

Baca juga: Sejarah Jambore Pramuka Dunia, Pertama Kali Diselenggarakan pada 1920

Setelah mengingkari Perjanjian Linggarjati dengan melakukan Agresi Militer I, Belanda juga mengingkari isi Perjanjian Renville.

Mereka melakukan Agresi Militer Belanda II, yakni serangan ke Ibu Kota Indonesia yang saat itu adalah Yogyakarta.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Sejarah Perang Kuning

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi