Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

100 Tahun Setelah Ditemukan, Terungkap Penyebab Kematian Mumi Bolivia

Baca di App
Lihat Foto
Nikola Nevenov via AP via PHYS
Ilustrasi membuat mumi (proses mumifikasi). Orang Mesir kuno membuat mumi dengan bahan-bahan yang berkualitas, tak heran jika banyak mumi yang ditemukan bisa bertahan hingga ribuan tahun.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Sebuah penelitian baru mengungkapkan, seorang mumi wanita yang ditemukan lebih dari seabad yang lalu di Bolivia kemungkinan meninggal karena menderita infeksi jamur. 

Disebutkan, jamur tersebut dikenal sebagai demam lembah atau demam valley.

Dikutip dari Kompas.com (29/11/2021), demam valley merupakan infeksi jamur yang disebabkan oleh bakteri Coccidioides. Kondisi ini akan memicu munculnya sejumlah gejala, seperti demam, nyeri dada, batuk, dan lain-lain.

Demam valley

Jamur penyebab demam valley biasanya ditemukan di dalam tanah, serta dapat bercampur dengan udara.

Meskipun patogen biasanya menyebabkan sistem pernapasan yang tidak fatal, namun dalam kasus mumi Bolivia tersebut, patogen diduga telah menghancurkan tulang-tulang korban yang mungkin menjadi penyebab kematiannya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demam valley juga dikenal sebagai coccidioidomycosis merupakan penyakit yang tidak menular.

Penyakit tersebut biasanya terjadi di daerah kering dan semi kering di barat daya AS dan Amerika Tengah dan Selatan.

Baca juga: Mumi Putri Duyung Jepang Ternyata Buatan Manusia, Terbuat dari Apa?


Ditularkan melalui kontak dengan tanah

Demam lembah atau demam valley bisa menular melalui kontak dengan tanah atau debu, dan paling sering menyerang pekerja kasar.

"Menghirup arthrospora Coccidioides menyebabkan penyakit seperti pneumonia akut dan didapat dari komunitas sebagai penyakit utama," tulis para penulis studi baru yang menggambarkan mumi kuno tersebut dilansir dari IFL Science, Sabtu (19/8/2023).

Namun, para peneliti menjelaskan bahwa 1-5 persen dari semua kasus coccidioidomycosis dapat berkembang menjadi bentuk penyebaran yang progresif, kronis, dan sering kali berakibat fatal.

Kurang dari setengah dari semua kasus yang tersebar, patogen menyerang tulang, meninggalkan lesi yang signifikan pada tengkorak dan tulang belakang.

Adanya luka-luka pada kerangka mumi Bolivia membuat para peneliti meyakini bahwa mumi tersebut mungkin telah menjadi korban dari bentuk penyakit yang sangat buruk ini.

Baca juga: Videonya Sempat Viral, Hiu Macan yang Membunuh Turis Rusia di Mesir Dijadikan Mumi

 

Mumi Bolivia ditemukan 1897

Mumi Bolivia awalnya ditemukan di sebuah gua di Bolivia barat pada Agustus 1897. Kemudian mumi ini diakuisisi oleh konsul kerajaan Italia dan saat ini disimpan di Museum Antropologi Universitas Federico II di Napoli.

Mumi Bolivia itu adalah milik seorang wanita yang meninggal antara usia 25 dan 35 tahun, sebelum dibalsem dalam posisi duduk meringkuk dengan kaki terlipat di dada dan tangan di pundak.

Seperti mumi Andes kuno lainnya, perut mumi wanita itu diisi dengan daun koka sementara tengkoraknya diubah bentuknya secara artifisial agar tampak lebih memanjang.

"Analisis radiografi tubuh mengungkapkan banyak lesi litik osseus dengan kavitasi sentral yang terkonsentrasi di meja tengkorak dan badan vertebra," jelas penulis penelitian.

"Kondisi yang diamati dapat berhubungan dengan fase sekunder coccidioidomycosis," tambahnya.

Awalnya, para peneliti menduga bahwa mumi tersebut mungkin menderita tuberkulosis (TBC), yang ada di Andes selama abad ke-13 dan menghasilkan cacat tulang yang serupa.

Namun, pemeriksaan lebih dekat menunjukkan bahwa sifat dan lokasi lesi mumi berbeda dari yang disebabkan oleh TB yang mengarahkan mereka pada diagnosis demam lembah.

"Diagnosis ini patut dicatat karena coccidioidomycosis terutama digambarkan sebagai penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan laki-laki dan tidak pernah ditemukan di Bolivia barat kuno," tulis para penulis studi.

Oleh karena itu, terdeteksinya patogen pada wanita menunjukkan bahwa wanita mungkin telah melakukan pekerjaan kasar yang membuat mereka terpapar debu pada masa pra-Hispanik di Amerika Selatan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi