Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bandara Terseram di Dunia, Hanya 24 Pilot yang Berani Mendarat di Sini

Baca di App
Lihat Foto
Wikimedia/Douglas J. McLaughlin
Bandara Internasional Paro di Bhutan
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Bandara Internasional Paro (PBH) di Bhutan masuk dalam daftar bandara paling berbahaya di dunia.

Tercatat, hanya segelintir pilot tersertifikasi yang boleh mendaratkan pesawat di bandar udara dengan ketinggian 18.000 kaki atau sekitar 5.400 meter di atas permukaan laut ini.

Dilansir dari Simple Flying (10/5/2023), pilot harus melewati lembah yang panjang dan berkelok-kelok untuk menuju landasan pacu pendek dengan panjang hanya 7.431 kaki atau 2.265 meter.

Tak sampai di situ, landasan pacu juga hanya terlihat beberapa saat sebelum mendarat, dan pilot dituntut mengandalkan mata untuk mendaratkan pesawat tanpa bantuan apa pun.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Dikerjai Teman, Penumpang Ini Bawa Boarding Pass Jumbo Ukuran A0


Topografi alami membuat semua proses jadi manual

Topografi alami di area bandara tidak memungkinkan maskapai penerbangan untuk mendarat menggunakan sistem pendaratan terpandu yang menjamin tingkat keamanan lebih tinggi.

Alhasil, pilot harus terbang sepenuhnya dalam mode manual, sesuai prosedur pendaratan yang telah dirancang pilot berpengalaman dan produsen pesawat.

Prosedur landing atau mendarat ini amat ditentukan kecepatan dan ketinggian, di mana pesawat harus berada di titik pemeriksaan tengara visual tertentu saat mendekati Paro.

Dikutip dari The Jerusalem Post, Senin (21/8/2023), nantinya pemancar di darat akan mengirimkan sinyal ke pesawat.

Sinyal tersebut kemudian digunakan sebagai panduan horizontal dan vertikal, yang memungkinkan pilot mendarat dengan aman meski berada dalam kondisi jarak pandang rendah.

Kendati demikian, tetap saja, satu-satunya perangkat yang dapat diandalkan di Bandara Faro  adalah mata pilot.

Alasan ini pula yang membuat bandara hanya memperbolehkan penerbangan pada siang hari dengan jarak pandangan baik, termasuk bebas dari awan dan angin kencang.

Baca juga: Bhutan, Satu-satunya Negara yang Melarang Penjualan dan Produksi Rokok

30 detik krusial oleh 24 pilot

Hingga kini, hanya sekitar 24 pilot tersertifikasi yang boleh mendaratkan pesawat di Bandara Internasional Paro.

Di antara pilot tersebut, sebagian besar merupakan bagian dari maskapai penerbangan milik negara, Drukair atau kerap disebut Royal Bhutan Airlines.

Bukan hanya manual, para pilot masih perlu mewaspadai tiang listrik dan atap rumah di lereng bukit saat bermanuver antar-pegunungan dengan sudut 45 derajat sebelum turun dengan cepat ke landasan pacu.

Padahal, putaran terakhir sebelum pesawat mendarat hanya dilakukan sekitar 30 detik hingga akhirnya roda pesawat menyentuh landasan.

Pilot yang diizinkan mendarat di Paro pun wajib menjalani pelatihan ketat, termasuk berhasil menjalankan simulator, serta lepas landas dan mendarat di tempat menggunakan pesawat tanpa penumpang.

Tidak seperti pesawat ringan, pesawat penumpang besar tidak dirancang untuk melakukan manuver ekstrem seperti di Bandara Paro.

Oleh karenanya, pendaratan tersebut tergolong sulit dilakukan, bahkan bagi pilot berlisensi dengan banyak pengalaman di rute yang sama.

Baca juga: Daftar Bandara Internasional di Indonesia: Totalnya Ada 32, Mana Saja?

Awalnya dibangun untuk militer India

Bandara Internasional Paro semula dibangun sebagai landasan udara untuk operasi helikopter panggilan Angkatan Bersenjata India atas nama Pemerintah Kerajaan Bhutan pada akhir tahun 1960-an.

Maskapai penerbangan pertama di negara itu, Drukair, baru didirikan pada 1981 dan meresmikan penerbangan berjadwal dua tahun kemudian.

Kala itu, Drukair bertanggung jawab atas pengoperasian dan pemeliharaan bandara, sebelum Departemen Penerbangan Sipil Bhutan berdiri pada 1986 dan mengambil alih hingga saat ini.

Dengan sekitar 25 pilot asli Bhutan dan 10 pilot ekspatriat, tidak semua telah disertifikasi untuk mendaratkan pesawat di Paro.

Bandara Paro sendiri melayani tujuan domestik dan internasional seperti Bangkok, Thailand.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi