Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Fat Choy, Makanan yang Memiliki Bentuk Mirip Rambut

Baca di App
Lihat Foto
TikTok
Fat Choy sayuran rambut
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Sebuah unggahan mengenai adanya bahan makanan yang mirip dengan rambut viral di media sosial TikTok.

Unggahan tersebut diunggah oleh akun @resep_debm pada Minggu (20/8/2023).

Dalam unggahan tersebut,  akun ini memperlihatkan proses memasak sebuah bahan yang mirip rambut.

Sejumlah komentar menjelaskan bahwa apa yang dimasak oleh akun tersebut adalah sayur rambut atau fat choy.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Emg itu rambut bnr woee?" tanya akun @hemandath.

"Bukan, itu namanya Fat choy (sayur rambut), memang ada sayur begitu (bentuknya kayak rambut, tapi jenis sayuran benaran)," terang akun dengan nama @dela.na31.

Lantas sebenarnya apa itu sayur rambut atau fat choy?

Baca juga: 10 Makanan untuk Menyehatkan Paru-paru, Apa Saja?


Mengenal fat choy

Fat choy dikenal dengan beberapa nama, yakni fat choi, black moss, sayuran rambut, serta fa cai.

Dikutip dari Powing, fat choy sering dijadikan sebagai hidangan utama dalam momen Tahun Baru Imlek.

Sedangkan dikutip dari The Star (22/1/2020), fat choy adalah lumut hitam, sejenis ganggang darat yang bisa dimakan dengan bentuk mirip helaian rambut hitam panjang.

Seringkali tanaman herba ini dijual kering kemudian dilarutkan dan dimasak dalam saus atau kaldu berbasis shiitake kering.

Ketika dimasak, sayuran rambut akan menjadi seperti benang yang sedikit kenyal dengan rasa rumput laut yang samar.

Tanaman fat choy tumbuh di dataran gersang dan sebagian besar ditemukan di dataran tinggi Mongolia dalam serta provinsi barat laut Qinghai dan Gansu.

Baca juga: 6 Efek Samping Pisang jika Dikonsumsi Terlalu Banyak, Apa Saja?

Langka di pasaran

Fat choy merupakan salah satu makanan populer di China dan Singapura. Namun saat ini barang tersebut cukup langka di pasaran.

Dikutip dari AsiaOne (22/1/2016), pada 2013 Singapura bisa mengimpor fat choy hingga 800 kg, namun jumlah tersebut terus menurun, hingga pada 2015 hanya sekitar 30 kg saja yang diimpor.

Kelangkaan sayuran rambut ini terjadi karena beberapa alasan. Salah satunya karena peneliti Hong Kong dilaporkan menemukan asam amino beracun yang terkandung di dalam fat choy.

Menurut peneliti, asam amino beracun ini bisa memengaruhi fungsi sel saraf dan menyebabkan penyakit alzheimer dan parkinson.

Akan tetapi, penelitian tersebut masih diperdebatkan terkait hubungan asam amino dan kerusakan saraf.

Penyebab lain mengapa makanan ini langka di pasaran yakni karena lumput hitam seringkali dipalsukan dengan bahan tiruan yang dibuat dari bahan dasar pati.

Hal ini terlihat dari sebuah studi di Hong Kong yang menemukan 14 dari 40 sampel di pasaran ternyata palsu.

Karena banyaknya pemalsuan ini maka pemantauan produk menjadi lebih ketat.

Baca juga: Ramai soal Bekal Berisi Nasi dan Mi Instan yang Menuai Kontroversi, Bagaimana Menurut Ahli Gizi?

Dilarang di China

Sementara itu, fat choy di China saat ini menjadi bahan makanan yang dilarang oleh pemerintah.

Hal ini karena proses pemanenan fat choy bisa berdampak serius pada lingkungan.

Untuk memanen 19 gram fat choy diharuskan menggali sekitar 1.250 meter persegi tanah dengan kedalaman hingga tiga meter.

Proses pemanenan ini memberikan dampak lingkungan karena menghancurkan vegetasi lain, dan membuat tanaman lain sulit untuk ditanam.

Lubang-lubang pemanenan itu pada akhirnya menyebabkan erosi tanah, dan pasir-pasir yang dikeruk menimpa masyarakat di sekitar lokasi pemanenan.

Selain itu, dari catatan Al Jazeera pada 2012, sebanyak 3.600 kilometer persegi daratan berubah menjadi gurun setiap tahun akibat pemanenan fat choy ini dan berdampak pada 400 juta orang.

Baca juga: Kerangka Panda Raksasa Utuh Ditemukan di Makam Kaisar China yang Berusia 2.000 Tahun

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi