Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi di China, Menyemprotkan Air ke Jalan Justru Perburuk Polusi Udara

Baca di App
Lihat Foto
kompas.com / Nabilla Ramadhian
Sudin Gulkarmat Jakarta Timur menyemprot jalan protokol guna mengendalikan polusi udara di wilayah Ibu Kota dan sekitarnya, Jumat (25/8/2023).
|
Editor: Farid Firdaus

KOMPAS.com - Sebuah studi yang dilakukan di China menunjukkan, penyemprotan jalan dalam skala besar berkontribusi pada polusi udara.

Studi ini dimuat di jurnal National Library of Medicine pada 2021.

Dalam studi tersebut, para peneliti menilai dampak penyemprotan air terhadap konsentrasi PM 2,5 dengan mengukur komposisi kimia air.

Mereka kemudian melakukan simulasi eksperimen penyemprotan air, mengukur residu, dan menganalisis data yang relevan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hasilnya, penyemprotan air keran atau air sungai dalam jumlah besar ke jalan justru menyebabkan peningkatan konsentrasi PM 2,5 dan kelembapan.

"Penyemprotan terus menerus setiap hari menghasilkan efek kumulatif terhadap polusi udara," tulis peneliti dalam studinya.

Baca juga: Mobil Damkar Semprot Jalan untuk Kurangi Polusi, Heru Budi: Jika Hasilnya Negatif, Kami Hentikan

Jadi sumber polusi udara baru

Tak hanya itu, menyemprotkan air dalam jumlah yang sama juga menghasilkan peningkatan kelembapan dan konsentrasi PM 2,5 lebih besar dari musim gugur serta musim dingin.

Peneliti menuliskan, penyemprotan jalan dengan air justru meningkatan konsentrasi PM 2,5 dibandingkan menurunkannya.

Pasalnya, air yang disemprotkan dapat menghasilkan aerosol antropogenik baru atau partikel halus yang tidak terlihat, sehingga dapat menjadi sumber polusi udara baru.

Kandungan uap yang lebih tinggi dan kelembapan yang dihasilkan, berpotensi menciptakan kondisi meteorologi tidak menguntungkan bagi penyebaran polusi udara di musim gugur dan musim dingin dengan suhu rendah.

"Tidak diragukan lagi, peningkatan aerosol antropogenik, bersama dengan suhu rendah di musim gugur dan musim dingin, akan mendorong terbentuknya kondisi meteorologi dengan kelembapan tinggi," tulis peneliti.

"Ini tidak menguntungkan bagi difusi polutan udara, dan menjadi penyebab utama terjadinya polusi udara parah pada cuaca bersuhu rendah," sambungnya.

Baca juga: Protes Wacana Ganjil Genap 24 Jam untuk Atasi Polusi, Warga: Orang Malah Beli Kendaraan Baru

Seperti diketahui, memburuknya kualitas udara di berbagai daerah, termasuk DKI Jakarta, belakangan mendapat perhatian.

Ada berbagai upaya yang dilakukan untuk menangani persoalan ini.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, misalnya, mengerahkan 20 mobil pemadam kendaraan untuk penyemprotan sejumlah ruas jalan.

Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengatakan, penyemprotan ini ditujukan untuk mengurangi polisi udara di Ibu Kota.

Pihaknya juga mengerahkan mobil pengangkut air dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan Dinas Sumber Daya Air.

"Yang akan dilakukan penyiraman itu dari Patung Kuda, Blok M, lalu dari Cawang hingga Slipi. Itu setiap hari," kata Heru, dikutip dari pemberitaan Kompas.com (25/8/2023).

"Selain damkar ada dari dinas lain, SDA dan lingkungan hidup untuk supaya mengurangi polisi di jalan-jalan utama," sambungnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi