KOMPAS.com - Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) diguyur hujan pada Minggu (27/8/2023) sore hingga malam hari.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan hujan ini sebagai efek dari penerapan teknologi modifikasi cuaca (TMC). Teknologi tersebut dilakukan guna mempercepat pertumbuhan awan hujan dalam rangka mengatasi polusi udara.
"Iya benar. Hujan (buatan) turun karena penerapan teknologi modifikasi cuaca yang masih dilakukan," ujar Kepala BMKG Dwikorita, seperti diberitakan Kompas.com, Senin (28/8/2023).
Ia menjelaskan, hujan intensitas sedang hingga lebat turun di Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Jakarta Barat.
Sementara hujan dengan intensitas ringan hingga sedang terjadi di sebagian Kabupaten Bogor, Depok, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara, dan Tangerang Selatan.
Baca juga: Polusi Udara di Indonesia Disorot, Ini Cara Mengatasinya Menurut KLHK dan Pakar
Waktu pelaksanaan modifikasi cuaca
Koordinator Laboratorium Pengelolaan Teknologi Modifikasi Cuaca BRIN Budi Harsoyo mengatakan, operasi TMC yang dilakukan dari Bandara Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta dilakukan sejak Kamis (24/8/2023).
"Sejak sore tadi (Minggu, 27 Agustus 2023), kami sudah mendapat banyak laporan kejadian hujan di wilayah Bogor, Depok, Tangerang Selatan, ke Jakarta Selatan,” ujar Budi, dilansir dari Kompas.id, Minggu (27/8/2023).
Proses modifikasi ini dilakukan menggunakan CASA 212 registrasi A-2114 di ketinggian 8.000-10.000 kaki. Pesawat miliki TNI AU total terbang selama 10 jam 35 menit.
Sebanyak 4.800 kilogram garam (NaCl) dan 800 kg kapur tohor (CaO) disemai ke awan kumulus dan stratokumulus yang muncul di langit Jabodetabek.
Modifikasi cuaca akan terus dilakukan
Terpisah, peneliti bidang iklim dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Edvin Aldrian mengungkapkan bahwa proses modifikasi cuaca untuk membuat hujan buatan ini akan terus dilakukan.
Operasi modifikasi cuaca ini dilakukan oleh tim gabungan dari BRIN, BMKG, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan TNI Angkatan Udara.
"Itu (modifikasi cuaca) rencananya terus berlangsung. (Prosesnya dilakukan) kalau mendukung," jelasnya kepada Kompas.com, Senin (28/8/2023).
Edvin menyebut, proses modifikasi cuaca untuk menurunkan hujan buatan akan terus dilakukan sampai acara ASEAN Summit selesai dilangsungkan.
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN atau ASEAN Summit ke-43 2023 berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta pada 5-7 September 2023.
"Sasaran utamanya event itu," ujar dia.
Baca juga: Memahami Cara Kerja Hujan Buatan Memadamkan Api Kebakaran Hutan
Proses modifikasi cuaca
Lebih lanjut, Edvin menjelaskan bagaimana proses modifikasi cuaca untuk menciptakan hujan buatan di wilayah Jabodetabek dilakukan.
"Tujuan hujan buatan memperbesar engine awan agar tumbuh ke atas dengan menambah CCN (Cloud Condensation Nuclei) dan agar tumbuh ke bawah dengan menambah garam (NaCl atau Sodium chlorida), sehingga hujan turun lebih banyak," jelasnya.
Ia menjelaskan,pesawat atau helikopter akan membawa dua zat tersebut ke awan. Kemudian, CCN dan garam ditaburkan ke awan.
Setelah ditaburkan, CCN dan garam akan memicu proses kondensasi awan. Awan kemudian membesar dan melebar dengan kandungan uap air lebih banyak. Nantinya, hujan kemudian turun ke wilayah yang diharapkan.
Meski proses tersebut dapat dilakukan, Edvin menyebut pelaksanaan modifikasi cuaca tergantung dengan kondisi awan di langit.
Dibutuhkan perhitungan tepat untuk menyesuaikan kondisi awan yang tepat untuk bisa dilakukan pembuatan hujan buatan. Jika proses modifikasi cuaca dapat dilakukan, hanya butuh sekitar setengah jam sampai hujan buatan bisa turun.
"Hujan buatan ini dapat mengurangi polusi udara," tambahnya
Edvin menjelaskan, tetesan air hujan akan meluruhkan polutan atau partikel penyebab polisi yang ada di atmosfer.
Ia menyebut, hujan alami akan lebih ampuh mengatasi polusi udara. Namun karena wilayah Jabodetabek dilanda musim kemarau, hujan buatan ini dapat menggantikan hujan alami dalam menghilangkan polutan.
"Hujan buatan bisa dilakukan berkali-kali. Tergantung dari situasi meteorologisnya. (Dibutuhkan) kerja sama dengan BMKG dan perhitungan," jelasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.