Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Siniar KG Media
Bergabung sejak: 15 Okt 2021

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Memahami Filsafat Eksistensialisme

Baca di App
Lihat Foto
Freepik/subanamulhasan
Filsafat Eksistensialisme memahami bahwa eksistensi manusia dapat diwujudkan dengan kebebasan yang bertanggung jawab.
Editor: Yohanes Enggar Harususilo

Oleh: Rangga Septio Wardana dan Rizky Nauvalif

KOMPAS.com - Filsafat merupakan salah satu hal yang tak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Pada dasarnya, filsafat mengandung ajaran tentang budaya, norma, dan nilai-nilai kehidupan.

Filsafat merupakan suatu pemikiran dan kajian kritis mengenai kepercayaan dan sikap. Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu philos yang berarti cinta dan sophia berarti kebijaksanaan.

Eksistensialisme merupakan salah satu aliran filsafat yang memiliki pemahaman bahwa manusia memiliki kebebasan dalam melakukan tindakan dan bertanggung jawab atas tindakan tersebut.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dwik dan Kukuh pun membicarakan fenomena ini dalam siniar Balada +62 episode “Gua Punya Duit, Gua Punya Kuasa!” dengan tautan akses bit.ly/Balada62S2E5. Namun, apa sebenarnya filsafat eksistensialisme?

Pengertian Filsafat Eksistensialisme

Eksistensialisme adalah cabang filsafat yang mempersoalkan keberadaan manusia seutuhnya. Eksistensi manusia tersebut dapat diwujudkan melalui kebebasan.

Dalam buku Filsafat Eksistensialisme Jean-Paul Sartre karya A. Setyo Wibowo, filsafat eksistensialisme hadir melalui Jean Paul-Sartre yang dikenal dengan pernyataan “human is condemned to be free”, manusia dikutuk untuk bebas.

Jean Paul-Sartre memandang bahwa manusia tak dapat terbelenggu dalam sesuatu yang membuatnya dapat kehilangan hakikat hidupnya sebagai manusia.

Baca juga: Mengapa Penting Belajar Filsafat?

Aliran filsafat ini dibagi menjadi dua, yaitu teitis dan ateitis. Teitis beranggapan bahwa manusia dapat memiliki kebebasan atas dasar pengaruh dari kehendak Tuhan. Sedangkan Ateitis beranggapan bahwa manusia memiliki kebebasan dalam bereksistensi, tetapi terlepas dari kehendak tuhan.

Tokoh Pemikir Eksistensialisme

Jean-Paul Sartre

Jean Paul-Sartre adalah seorang filsuf kontemporer dan penulis asal Prancis. Ia dianggap sebagai orang yang mengembangkan pemikiran dalam eksistensialisme dengan menekankan pada kebebasan manusia dengan mengatakan kebenaran itu bersifat relatif.

Sartre menganggap manusia menciptakan kebebasan untuk mengatur dan menentukan dirinya. Pasalnya, semua manusia memiliki kebebasan untuk mengekspresikan sesuatu yang menurutnya benar.

Friedrich Wilhelm Nietzsche

Nietzsche dikenal sebagai seorang filsuf, ahli filologi, kritikus budaya, penyair, dan komposer asal Jerman.

Nietzsche merupakan tokoh utama dari filsafat eksistensialisme modern aliran ateitis. Hal ini didasari dari perannya dalam membicarakan keberpihakan kepada manusia.

Soren Kierkegaard

Eksistensi manusia adalah suatu eksistensi yang dipilih melalui kebebasan. Menurutnya eksistensi bukan sesuatu yang diam, tetapi manusia akan bergerak menuju kemungkinan. Kierkegaard menekankan manusia harus memiliki keberanian untuk mewujudkan segala kemungkinan.

Karl Jasper

Karl memiliki pemikiran bahwa manusia memiliki kebebasan, tetapi pada akhirnya manusia juga memiliki keterbatasan. Keterbatasan yang dimaksud adalah penderitaan, perjuangan, kesalahan, dan kematian.

Ia memandang filsafat ini bertujuan mengembalikan manusia kepada dirinya sendiri yang ditandai dengan pemikiran menggunakan ilmu pengetahuan.

Paul Tillich

Paul mengartikan eksistensialisme menjadi tiga kategori yaitu sebagai pandangan hidup, ungkapan, dan gerakan. Tiga hal tersebut menjadi pertanda bahwa eksistensi manusia bersifat universal.

Baca juga: Memandang Geliat Skena Musik Indonesia

Lantas, bagaimana pandangan Kukuh dan Dwik tentang eksistensi hidup manusia?

Dengarkan perbincangan lengkap Kukuh Adi dan Dwik seputar topik ini dalam siniar Balada +62 episode “Gua Punya Duit, Gua Punya Kuasa!” dengan tautan akses bit.ly/Balada62S2E5.

Di sana, kita akan mendengarkan obrolan mengenai topik-topik yang ramai dibicarakan dengan perspektif baru, namun tetap menggunakan argumentasi yang logis.

Tunggu apalagi? Yuk, subscribe YouTube Medio by KG Media agar kalian tak tertinggal tiap episode terbarunya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi