Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Etnomatematika Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS IMAGES / FIKRIA HIDAYAT
Penampakan stupa di Candi borobudur yang berisi arca Buddha yang tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra atau sikap tangan Dharmachakra mudra.
Editor: Sandro Gatra

SATU di antara akal-muslihat yang didayagunakan oleh kaum penjajah demi menguasai kaum dijajah adalah mematahkan semangat kebanggaan nasional kaum dijajah agar kehilangan percaya diri sehingga menderita xenofiliak, maka lebih memuja kebudayaan bangsa asing ketimbang kebudayaan bangsa diri sendiri.

Contoh keberhasilan kaum penjajah mematahkan semangat kebanggaan nasional adalah warisan keyakinan bahwa peradaban bangsa Indonesia sama sekali tidak memiliki ilmu matematika.

Bahwa bangsa Indonesia pada sekitar abad IX sudah terbukti mampu membangun bangunan monumental menggetar sukma seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Gedong Songo, Pura Besakih, Pura Tanah Lot, Tongkonan, Rumah Panjang, Rumah Gadang dan lain-sebagainya merupakan bukti bahwa bangsa Indonesia memiliki kemampuan matematikal angkamologis maupun geometrikal tidak kalah ketimbang bangsa mana pun di dunia ini.

Bahwa masyakakat Bugis mampu membuat kapal untuk mengarungi samudera Hindia sampai ke Madagaskar dan Afrika Selatan merupakan fakta yang membuktikan bahwa bangsa Indonesia memiliki kemampuan matematikal tidak kalah unggul ketimbang bangsa mana pun di marcapada ini.

Bahwa masyarakat Minangkabau mampu membangun Istana Pagaruyung dengan mahadesain eksterior arsitektural sedemikian simetris geometris indah tiada dua pada hakikatnya merupakan bukti nyata bahwa bangsa Indonesia memiliki daya pikir matematikal tiada dua di planet bumi ini.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahwa masyarakat Bali mampu membangun sistem irigasi tradisional Subak yang telah diakui UNESCO sebagai warisan kebudayaan dunia jelas merupakan bukti tak terbantahkan bahwa bangsa Indonesia memiliki ilmu matematika tidak kalah unggul ketimbang bangsa mana pun di dunia ini.

Bahwa lukisan gua tertua menampilkan layang-layang di dunia berada di Sulawesi Tenggara merupakan indikasi bahwa bangsa Indonesia memiliki kesaktian matematikal mandraguna yang terbukti melahirkan tokoh ilmu dirgantara Indonesia kaliber dunia seperti presiden III Republik Indonesia yang memulihkan demokrasi di persada Nusantara, Prof DR BJ Habibie.

Budayawan dan sejarawan Wahjudi Djaja mengingatkan bahwa ada satu kecerdasan manusia Jawa yang karena tidak dipahami secara utuh maka dianggap klenik, yaitu "petung".

Lebih dari soal matematika, petung mampu meramu beragam ilmu dalam sebuah ngelmu yang dahsyat.

Turunannya ada pada "naga dina", kemampuan membaca hari berdasar perhitungan tertentu sehingga mampu menghitung beragam hal jauh pada masa lampau untuk diproyeksikan pada masa kini dan masa depan.

Sayang, kebudayaan seperti ini sudah semakin dijauhi, seperti halnya dinamika hidup petani yang dekat dengan petung, naga dina dll.

Sekitar 1670-an di era Mataram, Sultan Agung mendesain kalender yang merupakan perpaduan beragam ilmu matematika dan astronomi yang sampai sekarang masih dipakai oleh masyarakat Jawa.

Berarti, selama kita tak pernah mau mengeksplorasi pengetahuan leluhur, sejauh itu pulalah kita akan selalu ketinggalan.

PR besar bagi para pemimpin masa depan: maju tetapi masih berpegang pada tradisi keilmuan leluhur.

Bagi yang sinis menyatakan bahwa segenap bukti keunggulan itu sekadar berasal dari masa lalu belaka, maka dengan bangga saya menampilkan bukti bahwa pada masa kini cukup banyak putra-putri terbaik Indonesia berjaya di khasanah matematika kelas dunia seperti Prof Edy Tri Baskoro, Prof Budi Nurani, Prof Iwan Pranoto, Prof Kiki Ariyani Sugeng, Prof Slamin, Prof Hendra Gunawan, Prof Wono Setyabudi, Prof Dafik dan masih terlalu banyak para anggota laskar matematika Indonesia siap berkarsa dan berkarya menjunjung tinggi harkat dan martabat matematika Indonesia di gelanggang matematika dunia. MERDEKA!

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi