Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Mata Seorang Bayi di Thailand Berubah Jadi Biru Usai Jalani Terapi Covid-19...

Baca di App
Lihat Foto
frontiersin
Bayi yang warna matanya berubah menjadi biru di Thailand usai terapi Covid-19
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Seorang bayi laki-laki berusia 6 bulan mengalami perubahan warna mata menjadi biru usai menjalani perawatan Covid-19.

Dikutip dari laman NDTV, bayi tersebut semula memiliki warna mata cokelat, namun kemudian berubah menjadi biru setelah mendapat obat Favipiravir.

Laporan mengenai adanya bayi yang berubah warna matanya ini muncul dalam jurnal medis Frontiers in Paediatrics yang terbit pada 19 April 2023.

Baca juga: Ramai soal Mata Kucing pada Balita Disebut sebagai Tanda Kanker Mata, Ini Kata Dokter

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kronologi

Bayi laki-laki tersebut, tinggal di Thailand, dia didiagnosis Covid-19 usai menjalani pemeriksaan.

Ia datang ke fasilitas kesehatan dengan keluhan demam dan batuk selama sehari.

Setelah dinyatakan positif, ia diobati dengan favipiravir selama 3 hari untuk mengurangi gejala.

Namun usai 18 jam pengobatan, ibu sang bayi mulai melihat adanya perubahan pada warna mata si bayi, yang semula cokelat tua menjadi biru cerah.

Baca juga: Mengapa Mata Kucing Menyala dalam Gelap? Berikut Penjelasannya

Baca juga: Benarkah Mata Rabun Harus Selalu Pakai Kacamata agar Minus Tidak Bertambah?

Selanjutnya, dokter yang merawat bayi tersebut kemudian meminta pengobatan dihentikan.

Lima hari setelah pengobatan dihentikan, warna mata bayi kemudian kembali menjadi normal seperti semula.

“Tidak ada perubahan warna kebiruan yang diamati di area lain seperti kulit, kuku, atau mukosa mulut dan hidung," kata penulis dalam laporannya.

Sebagai informasi, favipiravir adalah antivirus yang disetujui oleh Kementerian Kesehatan Thailand pada 2022.

Baca juga: Alasan 5 Obat Covid-19 Tidak Dipakai Lagi dan Penggantinya

Favipiravir di Thailand ditujukan untuk pengobatan Covid-19 pada anak, baik yang mengalami gejala ringan atau sedang.

Dikutip dari TelanganaToday, pemeriksaan mata yang dilakukan oleh dokter spesialis mata menunjukkan pasien telah pulih dan mata mampu mengikuti arah cahaya dengan baik.

Usai pemeriksaan 2 minggu setelah positif Covid-19, kornea bayi juga jernih dan tidak memiliki rona kornea kebiruan.

Selain itu tak ada endapan pigmen biru yang diamati pada permukaan iris atau kapsul lensa anterior. Tidak ada bukti fluoresensi yang diamati saat pemeriksaan.

“Kasus ini menyoroti perlunya pemantauan terapi favipiravir pada anak-anak karena potensi efek samping perubahan warna kornea, yang efek jangka panjangnya belum teridentifikasi,” kata ahli dari Departemen Pediatri, Rumah Sakit Chulabhorn Paveewan Jiravisitkul.

Baca juga: 7 Manfaat Buah Semangka, Baik untuk Kesehatan Mata dan Kulit

Ia mengatakan, meski favipiravir saat ini menjadi andalan untuk obat oral Covid-19 anak-anak, namun profil keamanannya masih belum pasti.

Menurutnya penelitian lanjutan untuk menentukan konsekuensi jangka panjang pada kornea tetap diperlukan.

“Kejadian buruk yang dilaporkan, meskipun jarang terjadi, harus ditanggapi dengan serius dan dipantau secara ketat dalam kasus-kasus di masa depan," paparnya.

Baca juga: 7 Manfaat Buah Semangka, Baik untuk Kesehatan Mata dan Kulit

Bukan kasus pertama

Kasus serupa pernah terjadi pada 2021, di mana seorang pria 20 tahun dari India juga mengalami perubahan warna mata.

Pada hari kedua usai menerima pengobatan favipiravir, mata orang tersebut yang semula berwarna cokelat menjadi biru cerah.

Para peneliti menduga, ada berbagai faktor yang menyebabkan perubahan warna ini seperti usia, dosis, dan durasi pengobatan.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Remdesivir, Obat Covid-19 yang Diberikan kepada Donald Trump

Selain itu, ada kemungkinan hal ini terkait adanya penurunan eksresi urine yang juga menjadi penyebab perubahan warna.

Pada kasus pemuda India, para peneliti menemukan adanya peningkatan asam urat yang lebih tinggi yang mengindikasikan hal ini terkait dengan turunnya produksi urine.

Jiravisitkul menyebutkan sangat penting untuk memantau dan melaporkan kasus-kasus untuk memahami dampak obat dan penyelesaiannya.

Apalagi favipiravir juga terbukti menyebabkan fluoresensi pada rambut dan kuku manusia.

Baca juga: Mengenal Covid-19 Varian Pirola yang Telah Ditemukan di AS dan Eropa

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi