Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Tradisi "Cit Gwee", Bukan Cuma Rebutan Sembako

Baca di App
Lihat Foto
Dok. Kompas TV
Tangkap layar makanan yang disumbangkan ke kelenteng dalam tradisi sembahyang arwah leluhur atau sembahyang cit gwee.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Umat Konghucu memiliki tradisi sembahyang untuk mengingat arwah para leluhur. Dalam peringatan tradisi ini, mereka juga membagikan sedekah berupa sembako bagi warga yang tidak mampu.

Tradisi sembahyang tersebut salah satunya diselenggarakan oleh Kelenteng Tjoe An Kiong, Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah pada Kamis (30/8/2023).

Diberitakan Kompas TV, Senin (4/9/2023), ratusan warga Rembang berebut mengambil sembako dan makanan yang disediakan oleh pengelola kelenteng. 

Baca juga: 7 Tradisi Imlek Populer yang Banyak Dipercayai dan Penuh Makna, Apa Saja?

Pemberian sembako merupakan bagian dari tradisi mendoakan arwah para leluhur yang tidak dikenal sehingga kurang didoakan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Tujuan utama dari acara ini adalah kita menyembahyangi makhluk-makhluk yang kurang dirawat oleh keluarganya supaya di sini bisa merasakan nikmatnya makan bersama makanan yang sudah kita sajikan," kata kepala panitia Rudi Hartono.

"Setelah itu, diperebutkan oleh warga di sekitar klenteng yang mungkin kurang mampu supaya bisa merasakan sembako untuk kebutuhan rumah tangga," lanjutnya.

Perlu diketahui, Kelenteng Tjoe An Kiong merupakan salah satu kelenteng tertua di Jawa Tengah yang rutin menggelar ritual ini setiap tahun.

Lantas, apa itu tradisi sembahyang rebutan di klenteng yang dilakukan umat Konghucu?

Baca juga: Sejarah Etnis Tionghoa di Indonesia


Baca juga: Sejarah Kue Keranjang Khas Imlek, dan Makna di Baliknya

Tradisi sembahyang rebutan di kelenteng

Rohaniawan Konghucu Ws Lie Suprijadi mengungkapkan, tradisi sembahyang rebutan di kelenteng disebut sebagai sembahyang Cit Gwee di kalangan umat Konghucu.

Sembahyang Cit Gwee dikenal juga dengan nama Festival Bulan Hantu atau bulan ke-7. Ibadah agama Konghucu ini terlaksana setiap tanggal 15 dari bulan 7 kalender Imlek.

"Sembahyang (Cit Gwee), mendoakan dan menghormati kepada leluhur yang jauh di atas kita," ujarnya kepada Kompas.com, Jumat (8/9/2023).

Lie menjelaskan, sembahyang ini dilakukan untuk mendoakan para leluhur yang hidup di masa lalu namun tidak kita kenal dan tidak diketahui lokasi kuburannya. Contohnya, leluhur dari kalangan keluarga kakek dan nenek.

Baca juga: Alasan Mengapa Imlek Selalu Turun Hujan

Menurut dia, umat Konghucu meyakini keberadaan mereka saat ini berasal dari kakek-nenek leluhur yang sudah meninggal dunia. Meski identitas para leluhur tidak dikenali, umat Konghucu tetap harus menghormati mereka.

"Maka ada penghormatan, di bulan ini, di bulan Cit Gwee, hormat kepada akar leluhur yang tidak Anda ketahui," lanjutnya.

Lie mengatakan, pelaksanaan sembahyang untuk leluhur ini diadakan oleh rumah ibadah Konghucu atau kelenteng.

Saat sembahyang, umat Konghucu akan memberikan bantuan atau sumbangan beraneka rupa termasuk sembako dan makanan kepada kelenteng.

Sumbangan ini melambangkan kasih sayang anak kepada orangtua berupa makanan yang dibutuhkan orang hidup.

"(Sebelum dibagikan) makanan akan didoakan. Doanya itu bukan kepada hantu. Didoakan agar orang yang makan ini sehat dan mendapat rezeki," tegasnya.

Baca juga: Mengenal Festival Mooncake, Perayaan Kue Bulan Masyarakat Tionghoa

Bukan tradisi rebutan

Lebih lanjut, Lie mengungkapkan umat Konghucu akan memberikan sumbangan ke kelenteng saat melaksanakan tradisi sembahyang arwah leluhur ini.

"Saking banyaknya bantuan kepada rumah ibadah, rumah ibadah itu membagikan lagi (sumbangan sembako) ke orang yang susah, fakir, miskin," ungkap Lie.

Namun, ia menyebutkan, sumbangan sembako yang terlalu banyak kadang membuat warga menjadi berebut. Apalagi kalau sembako dan makanan diletakkan menumpuk depan kelenteng.

"Jadi namanya (dikenal sebagai) sembahyang rebutan. Sebenarnya bukan itu, sembahyang Cit Gwee harusnya," tegas Lie.

Baca juga: Saat Barongsai Melantai di Dalam Gerbong Kereta Api...

Adapun barang-barang yang biasanya disumbangkan dalam tradisi ini beraneka ragam, sepeti buah, beras, minyak, gula, dan sebagainya.

Lie mengakui tindakan rebutan barang-barang sumbangan agak mengganggu suasana kelenteng. Sementara di zaman dulu, barangnya yang tidak terlalu banyak jadi mudah dibagikan ke orang membutuhkan.

"Barang-barang yang disumbangkan untuk Tuhan, sebagai bentuk rasa bakti kita kepada leluhur," imbuhnya.

Baca juga: Sejarah dan Makna Lampion pada Perayaan Imlek

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi