Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arkeolog Temukan Kerangka Manusia Diduga Korban Gempa Bumi Turkiye 2.700 Tahun Lalu

Baca di App
Lihat Foto
AFP/MAHMUT BOZARSLAN
Dalam rekaman video dari AFP TV yang diambil pada 6 Februari 2023, tim penyelamat mencari korban gempa Turki bermagnitudo 7,8 yang melanda Diyarbakir, Turkiye tenggara, meratakan bangunan di beberapa kota dan menyebabkan kerusakan di negara tetangga Suriah.
|
Editor: Farid Firdaus

KOMPAS.com - Para arkeolog di Turkiye menemukan kerangka manusia diduga adalah salah seorang elit yang meninggal saat terjadi gempa bumi di wilayah tersebut 2.700 tahun yang lalu.

Kerangka tersebut ditemukan mengenakan perhiasan dan dikelilingi oleh senjata dan artefak, seperti prasasti dua sisi dan segel benda-benda kecil yang digunakan untuk menunjukkan tanda tangan, properti pribadi, kepemilikan, dan otoritas.

Kepala penggalian Ayanis dan profesor di Departemen Arkeologi Universitas Ataturk, Mehmet Isikli mengatakan, orang tersebut kemungkinan menjalani kehidupan yang mewah pada abad ke-8 SM sampai meninggal di dalam benteng dengan barang-barang pribadinya.

Benteng tersebut dibangun di Ayanis, sebuah pusat Urartian di Provinsi Van, Turkiye, tempat kerangka itu ditemukan.

Baca juga: Arkeolog Temukan Galeri Tertua di Bawah Tanah Peru yang Berusia Ribuan Tahun

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Gempa bumi meruntuhkan kerajaan 

Kerajaan Zaman Besi Urartu berkuasa dari abad ke-9 hingga ke-6 SM dan membentang dari wilayah yang sekarang disebut Armenia ke Iran barat hingga ke Turkiye timur, tempat Ayanis berada.

Para ahli telah lama berspekulasi bahwa gempa bumi dan kebakaran yang terjadi setelahnya menyebabkan keruntuhan Ayanis.

"Sejak penggalian dimulai di sana pada akhir 1980-an, masih kurangnya bukti yang mendukung skenario gempa bumi yang diusulkan untuk akhir kota tersebut," kata Isikli.

Sehingga, kata Isikli, temuan kerangka ini memberikan bukti penting bagi hipotesis gempa bumi.

Ia sebelumnya telah menggali banyak peninggalan sejarah selama 36 tahun, namun tidak pernah menemukan kerangka manusia.

Penemuan kerangka manusia tersebut adalah temuan pertama kalinya dan termasuk dalam temuan langka di dunia arkeologi, menurut Arkeolojik Haber, Sabtu (9/9/2023).

Baca juga: Arkeolog Temukan Makam Berusia 3.000 Tahun di Peru yang Diduga Milik Seorang Dukun

Cara arkeolog menentukan usia kerangka tersebut

Dilansir dari Live Science, Sabtu (9/9/2023), para arkeolog akan melakukan analisis antropologis pada kerangka tersebut untuk menentukan usia dan jenis kelamin individu.

Selain itu, analisis antropologis ini juga akan digunakan untuk memverifikasi apakah masih ada jejak otak yang tersisa, meskipun ada perdebatan di antara para peneliti mengenai apakah masih ada jaringan lunak yang tersisa.

Seorang profesor di Departemen Sejarah Kuno di Universitas Istanbul, Erkan Konyar memperingatkan jaringan otak biasanya tidak dapat bertahan hidup dalam iklim Van yang mencakup danau Van yang sangat besar dan lebih dari satu mil di atas permukaan laut (1.640 meter).

Sebaliknya, jaringan otak kemungkinan besar hanya dapat bertahan hidup di lingkungan berawa atau glasial.

"Bukti yang pertama kali muncul sebagai jaringan otak sebenarnya adalah jejak yang dibentuk oleh tanah yang mengeras," kata Konyar yang tidak terlibat dalam penemuan ini, tapi telah menggali temuan Urartian lainnya.

Baca juga: Arkeolog Temukan Lukisan Gambar Mirip Pizza Berusia 2.000 Tahun

Isikli mengatakan, pengujian antropologis lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi sisa-sisa jaringan, bersama dengan karakteristik kerangka lainnya.

Menurutnya, setelah kota Ayanis yang "megah" dibangun oleh Raja Rusa II pada pertengahan abad ke-7 SM, kerajaan ini dengan cepat memasuki proses keruntuhan dan runtuh tak lama kemudian.

Oleh karena itu, petunjuk keruntuhan kerajaan ini mungkin terletak di dalam tembok benteng Ayanis.

"Ayanis adalah satu-satunya proyek penggalian yang memiliki potensi untuk memecahkan masalah puncak dan keruntuhan kerajaan ini," terang Isikli.

Penggalian sebelumnya di dalam benteng telah menemukan Kuil Haldi yang mengalami restorasi sejak 2020 bersama dengan pahatan batu untuk menghormati Haldi, dewa utama dalam agama Urartian.

Sejumlah ruangan di dalam kuil telah digali baru-baru ini dan ada rencana untuk membuat museum terbuka bagi para wisatawan yang ingin mengunjungi kuil tersebut.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi