KOMPAS.com - Sebuah pertarungan antara gladiator manusia melawan raja hutan singa, pernah digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta.
Informasi tersebut disampaikan oleh akun media sosial X, @VideoSejarah, Minggu (10/9/2023) sore.
"Mereka antusias ingin menyaksikan pertarungan gladiator manusia melawan singa, pertama di Indonesia," tulis pengunggah.
Sang gladiator disebut bernama Bandot Lahardo, seorang pegulat dan pemain sirkus yang sudah berpengalaman.
Tampak dalam video berdurasi 1 menit 17 detik, orang-orang mengelilingi kandang yang berada di tengah lapangan.
Di dalam kandang, Bandot Lahardo yang bertelanjang dada saling berhadapan dengan seekor singa.
Hingga Senin (11/9/2023) sore, unggahan ini telah mendapat lebih dari 1,4 juta tayangan, 9.400 suka, dan 2.300 repost dari pengguna X.
Lantas, bagaimana kisahnya?
Baca juga: Kisah Komarudin alias Yang Chil Seong, Pahlawan Garut Asal Korea yang Maju Lawan Penjajah
Adu gladiator manusia vs singa di GBK
Sejarawan sekaligus dosen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret (FIB UNS) Surakarta, Isnaini mengatakan, pertarungan antara gladiator manusia dan singa seperti dalam unggahan terjadi pada 1968.
"Awal pemerintahan Orde Baru di mana setelah peristiwa G30S PKI, masyarakat haus akan hiburan," jelasnya, saat dihubungi Kompas.com, Senin (11/9/2023).
Menurut Isnaini, pertandingan yang diadakan di Stadion Utama GBK tersebut disaksikan sekitar 100.000 penonton.
Namun, penonton harus menelan kekecewaan karena laga antara petarung manusia dan raja hutan itu tidak sesuai ekspektasi.
Merujuk ulasan pada 1972, Isnaini mengatakan, panitia sempat menyiapkan harimau, tetapi terpaksa ditembak mati.
Pasalnya, saat itu, harimau nekat menerobos kerangkeng, bahkan sebelum hari pertarungan tiba. Kemudian, si harimau digantikan oleh singa.
Menilik klip video Reuters yang tersimpan dalam laman British Pathe, berbagai upaya provokasi terhadap singa telah dilakukan Bandot Lahardo dengan bantuan panitia.
Kendati demikian, singa tetap tidak terpancing amarah, seolah menolak memberikan tontonan menarik untuk ratusan ribu orang yang memenuhi stadion.
"Karena singa tidak terpancing kemarahannya, sehingga hanya lari-lari keliling arena tidak ada pertarungan sama sekali," ungkap Isnaini.
Reuters menuliskan, Bandot Lahardo yang saat berusia 38 tahun adalah gladiator terbaik di Indonesia.
Sebelum menghadapi singa, Bandot pernah bertarung dengan seekor harimau dan dua banteng di Jawa Timur.
Meski hanya bermodalkan tangan kosong, sosoknya berhasil mengalahkan bahkan membunuh hewan-hewan tersebut.
"Bandot dengan sabar menunggu singa menyerang, tapi si singa jauh lebih sabar. Ketika Bandot maju, singa pergi," tulis Reuters.
Baca juga: Kembali Mencuat, Ini Perjalanan Kasus Kopi Sianida Jessica Wongso 2016 Silam
Pertarungan sejenis sudah ada sejak dulu
Isnaini menjelaskan, pertarungan antara manusia dan binatang sebenarnya sudah ada sejak dulu, terutama pada masa kerajaan.
"Peristiwa Bandot itu sama dengan Tradisi Rampogan di Surakarta yang digelar di Alun-alun Utara Keraton," tuturnya.
Pertunjukkan yang disebut brutal itu dulunya merupakan adu banteng dan harimau. Namun, obyek pertarungan diubah menjadi manusia dan harimau.
"Manusia yang diadu adalah narapidana yang di tubuhnya diberi olesan kunir yang dinamakan 'borrih', dari asal kata boreh," terang Isnaini.
Tak ada lagi, Tradisi Rampogan terakhir kali digelar pada 1930 oleh Pakubuwana X (PB X).
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.