KOMPAS.com - Para ahli telah menciptakan kembali aroma yang digunakan dalam mumifikasi seorang wanita elit Mesir pada 1450 SM.
Aroma itu sebelumnya dijuluki sebagai "aroma keabadian".
Sebenarnya, informasi tentang resep pasti yang digunakan oleh orang Mesir kuno selama proses mumifikasi sangatlah sedikit.
Dikutip dari Washington Post, para peneliti kemudian beralih ke sisa-sisa guci yang berisi organ tubuh dari Senetnay, wanita bangsawan yang mengawasi dan menyusui calon firaun Amenhotep II pada masa pemerintahannya.
Dengan menggunakan spektrometri massa, mereka mempelajari sisa balsem yang mengawetkan dan mengharumkan organ selama proses mumifikasi.
Baca juga: Ruang Tunggu Paling Terpencil di Dunia, Menjadi Pintu Masuk Peneliti di Antartika
Menurut peneliti, balsem yang digunakan sangat kompleks dan mengandung resin tanaman yang berhubungan dengan pinus.
Mereka meyakini resin itu sebagai larch yang berasal dari pohon damar, sementara produk degradasi merupakan lemak hewani dan minyak nabati.
Lilin lebah dan aspal juga digunakan dalam balsem tersebut.
Kedua toples yang diteliti tidak mengandung campuran senyawa yang sama persis.
Meski serupa, wadah yang dulunya berisi paru-paru Senetnay berisi resin aromatik yang tidak ditemukan dalam guci lain.
Ini berarti orang Mesir kuno menggunakan resep berbeda untuk membuat mumi organ berbeda.
Baca juga: Peneliti Akhirnya Memecahkan Rahasia Sebagian Aksara Kuno yang Ditemukan 70 Tahun Lalu
"Bahan-bahan dalam balsem memperjelas bahwa orang Mesir kuno mendapatkan bahan-bahan dari luar wilayah mereka sejak awal," kata peneliti senior dalam proyek itu, Nicole Boivin.
"Jumlah bahan impor dalam balsemnya juga menyoroti pentingnya Senetnay sebagai anggota kunci lingkaran dalam firaun," sambungnya.
Disebutkan, larch dan damar mungkin berasal dari tempat yang jauh.
Ini menunjukkan bahwa perdagangan Mesir kuno lebih luas daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Para peneliti juga bekerja dengan pembuat parfum dan ahli museologi sensorik untuk menciptakan kembali parfum pinus balsem untuk pameran mendatang di Museum Moesgaard Denmark.
Penelitian ini mungkin dilakukan karena guci-guci tersebut terpelihara dengan baik, seiring dengan berkembangnya teknologi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.