Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan Kemenkes soal Isu Pandemi 2.0 yang Ramai di Medsos

Baca di App
Lihat Foto
Unsplash/Gabriella Clare Marino
Ilustrasi pandemi di Eropa.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Unggahan perihal pandemi 2.0 yang disebutkan segera datang baru-baru ini ramai diperbincangkan di media sosial.

Bahkan disebutkan pandemi 2.0 yang dijadwalkan pada 2025, dimajukan bukan di 2024, tetapi pada 2023.

Nantinya akan ada peraturan soal lockdown, work from home (WFH) dan aturan soal masker.

Baca juga: Viral, Video Truk Tabrak Satu Keluarga yang Parkir di Pinggir Jalan, Bagaimana Ceritanya?

Berikut sejumlah unggahan warganet soal pandemi 2.0:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Pandemi 2.0 jadi beneran g sih?" tulis akun @psychoneuroticx, Senin (11/9/2023).

"Panik inside, nemu berita pandemi 2.0 ???? (telat ya aku). terimakasih, bisa ngga dulu ngga si?" tulis @octanyaa, Kamis (7/9/2023).

"Anjay pandemi 2.0 coming soon
Here we go again," tulis akun @cogsan, Kamis (7/9/2023).

Baca juga: Viral, Video Embun Beku di Bromo, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Lantas, benarkah akan ada pandemi 2.0?


Baca juga: 4 Manfaat Masker Kopi untuk Wajah dan Cara Membuatnya

Penjelasan Kemenkes

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, informasi adanya pandemi 2.0 adalah salah.

"Pertama tentang istilah pandemi 2.0 itu tidak ada rujukannya, kita tahu pandemi terjadi bukan suatu yang direncanakan," kata Nadia kepada Kompas.com, Selasa (12/9/2023).

"Justru belajar dari pandemi sebelumnya, justru kita mencoba untuk mencegah terjadnya pandemi," imbuhnya.

Baca juga: Dicabut, Ini Beda Pandemi dan Endemi serta Bahayanya...

Selain itu, pada pandemi Covid-19 yang sebelumnya terjadi, pemerintah Indonesia tidak menerapkan kebijakan lockdown.

"Tidak benar akan ada lockdown bahwa kan saat Covid pun kita tidak ada kebijakan lockdown, hanya pembatasan kegiatan sosial yang berskala besar atau dengan pembatasan tertentu," ucapnya.

Ia menuturkan, kebijakan yang diterapkan sebelumnya melalui proses pengkajian secara ilmiah.

"Informasi yang dimajukan juga tidak jelas dasar dan sumbernya," tuturnya.

Baca juga: Dicabut, Ini Beda Pandemi dan Endemi serta Bahayanya...

Perlukah menggunakan masker?

Lebih lanjut, Nadia membenarkan bahwa memang kualitas udara terutama di Jakarta sedang tidak baik untuk kesehatan.

"Oleh karena itu, tugas pemerintah untuk mencegah jangan sampai banyak masyarakat jatuh sakit apalagi kelompok rentan," terangnya.

Selain itu, memang disarankan untuk penggunaan masker yang merupakan upaya mengurangi paparan dari polusi udara.

"Penggunaan masker atau WFH (work from home) adalah salah satu upaya untuk mengurangi keterpaparan terhadap polusi udara, sehingga tidak membahayakan masyarakat," kata dia.

Selain itu, dianjurkan juga untuk selalu menjaga daya tahan tubuh atau imunitas tiap hari meski tidak sedang dalam masa pandemi atau sakit.

Baca juga: Jenis Masker yang Aman Dipakai untuk Hadapi Polusi Udara Jakarta Menurut Kemenkes

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi