Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Punggung Bayi Memerah Usai Dikerok, Bolehkah Anak Kerokan?

Baca di App
Lihat Foto
TikTok/@tia.rochman
Tangkapan layar video yang memperlihatkan seorang bayi berusia 13 bulan dengan punggung bekas kerokan.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Unggahan video yang memperlihatkan bayi berusia 13 bulan dikerok atau kerokan, viral di media sosial.

Video tersebut diunggah oleh akun TikTok @tia.rochman, Selasa (12/9/2023).

"Aku adalah team yang kerokan kalau masuk angin, tapi kalau bayiku dkerokin kaya gini engga sanggup rasanya," tulis pengunggah.

Tampak dalam unggahan, bayi laki-laki dengan kulit punggung memerah membentuk pola tak beraturan karena bekas kerokan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menarik perhatian pengguna media sosial, video tersebut telah menuai lebih dari 2,5 juta tayangan, 67.800 suka, dan 8.500 komentar hingga Kamis (13/9/2023) siang.

Terkait video tersebut, apakah bayi boleh kerokan? Berikut penjelasan dokter. 

Baca juga: Benarkah Sering Tidur Telentang Bikin Kepala Bayi Datar atau Peyang?


Bayi dikerok karena masuk angin

Saat dikonfirmasi, pemilik akun sekaligus ibunda dari bayi dalam video, Suntia Aulia menceritakan, dirinya mendapati bekas kerokan pada pungung sang anak yang baru berusia 13 bulan.

"Pas aku baru sampai rumah habis pulang kerja, bibi (pengasuh bayi) langsung bilang gini, 'Bu maaf ya, Bu, Baim saya kerokin'," ujar Suntia, dikutip Kompas.com atas izin, Kamis.

Berdasarkan pengakuan pengasuhnya, bayi bernama Ibrahim atau kerap disapa Baim itu rewel dan tampak lemas. Padahal, sang anak biasanya bertingkah aktif dan tidak pernah merengek.

Saat diperiksa, ternyata Ibrahim mengeluarkan keringat dingin dan kembung pada bagian perut.

"Jadi bibi ini sejak ngurusin keempat anaknya memang kalau masuk angin suka kerokan. Jadi dia coba kerokin Baim pelan-pelan pakai koin seribu," ungkapnya.

Namun, setelah dikerok, punggung bayi berusia satu tahun lebih satu bulan itu justru langsung merah-merah. Suntia pun kaget dan ingin menangis saat melihat kondisi anaknya selepas pulang bekerja.

"Reaksi aku pasti kaget banget, mau nangis rasanya lihat kondisi anak kayak gini," tuturnya.

Dia bahkan berpesan untuk tak lagi mengerok punggung sang bayi jika mengalami masuk angin.

Sebab, sebenarnya semua kebutuhan terkait pertolongan pertama anaknya jika mengalami masuk angin, demam, maupun luka telah tersedia.

"Buat aku ini wajib banget punya untuk pertolongan pertama anak di rumah sebelum dibawa ke fasilitas kesehatan," kata dia.

Lantas, bolehkah bayi dan anak-anak dikerok?

Baca juga: Apa Itu Hubungan Inses yang Bisa Melahirkan Bayi Cacat Bawaan? Ini Penjelasan Dokter

 

Penjelasan dokter spesialis anak

Dokter spesialis anak di Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret (RS UNS) Debby Andina Landiasari menegaskan, kerokan pada bayi sangat tidak dianjurkan.

Hal itu lantaran kulit bayi masih sangat tipis dan halus, sehingga dapat memicu luka jika terjadi gesekan saat mengerok.

"Dan akan terasa perih jika terkena keringat atau pun air," kata dia, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (14/9/2023).

Debby melanjutkan, luka bekas kerokan pada kulit bayi berpotensi menjadi tempat masuknya bakteri atau virus. Akibatnya, bayi pun dapat mengalami infeksi.

Bukan hanya menimbulkan kemerahan dan luka, mengerok kulit bayi juga tidak memiliki manfaat dari segi medis.

"Betul, tidak ada manfaatnya," ujarnya.

Kendati demikian, jika anak terlanjur dikerok, orangtua dapat memantau apakah bekas kerokan menimbulkan luka maupun infeksi.

"Kemudian untuk ke depannya sebaiknya tidak mengerok bayi lagi," tambahnya.

Alternatif perawatan saat anak sakit

Menurut Debby, sebenarnya tidak ada batasan usia pasti kapan seorang anak boleh mendapat kerokan.

Namun, umumnya, semakin bertambah usia, relatif semakin aman pula bagi anak untuk dikerok saat mengalami masuk angin.

"Hanya saja, perlu dipastikan lagi apakah kerokan benar-benar bermanfaat untuk meringankan gejala sakit pada anak," sambungnya.

Pasalnya, selain kerokan, masih banyak metode pengobatan lain yang dapat digunakan untuk meringankan gejala sakit pada anak.

Debby mengatakan, beberapa perawatan yang dapat dicoba, termasuk perbanyak minum, kompres menggunakan air hangat, serta mengonsumsi makanan atau minuman hangat.

"Yang perlu dipahami orangtua adalah terapi tradisional yang aman untuk orang dewasa belum tentu aman untuk anak karena anak bukan miniatur orang dewasa," tandasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi