Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bencana Alam atau Konflik Manusia, Mengapa Banjir di Libya Menewaskan Puluhan Ribu Orang?

Baca di App
Lihat Foto
AFP
Beberapa pria berjalan melewati puing-puing bangunan yang disebabkan oleh banjir bandang Libya di Kota Derna, 11 September 2023. Banjir Libya menewaskan lebih dari 5.000 orang di kota pesisir Mediterania, Derna.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Badai Daniel yang terjadi di Laut Mediterania menyebabkan dua bendungan Libya runtuh dan menghasilkan banjir besar pada Senin (11/9/2023). 

Bendungan yang runtuh adalah Bendungan Al-Bilad yang berkapasitas 1,5 juta meter kubik air dan Bendungan Abu Mansour dengan kapasitas 22,5 juta meter kubik air.

Banjir tersebut menyapu seperempat wilayah pesisir timur di Kota Derna, Libya yang dihuni oleh sekitar 90.000 penduduk.

Dilansir dari Al Jazeera (14/9/2023), Bulan Sabit Merah Libya memastikan lebih dari 11.300 orang dipastikan tewas hingga Kamis (14/9/2023).

Namun, jumlah korban tewas diperkirakan akan lebih tinggi bahkan mencapai 20.000 orang.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Mengenal Badai Daniel, Penyebab Banjir Bandang di Libya yang Tewaskan 2.500 Orang

Lantas, mengapa banjir di Libya menyebabkan dampak besar dan menewaskan puluhan ribu warga?


Baca juga: Penyebab Mengapa Banjir di Libya Begitu Besar dan Menewaskan Ribuan Orang...

Bendungan tidak dirawat

Wakil Wali Kota Derna Ahmed Madroud mengatakan, kedua bendungan tidak dirawat dengan baik sejak 2002.

Hal ini menunjukkan pemerintahan lama Libya yang dipimpin Muammar Gaddafi pada 1969 hingga 2011 dan pemerintahan setelahnya gagal menjamin pemeliharaan infrastruktur penting negara tersebut.

Bendungan Al-Bilad dan Abu Mansour diketahui mengalami erosi atau pengikisan akibat air yang ditampungnya.

Tahun lalu, makalah dari para peneliti di Universitas Omar Al-Mukhtar, Libya telah memperingatkan kedua bendungan tersebut memerlukan perhatian segera.

Tanpa perawatan yang benar, kondisi ini menunjukkan terdapat potensi risiko banjir yang tinggi jika sampai terjadi kerusakan bendungan.

Meski begitu, tidak ada tindakan yang diambil terhadap bendungan ini.

Baca juga: 5 Negara Diterjang Banjir dengan Ribuan Korban Jiwa, Ada Libya, AS, dan China

Kerusakan bendungan

Bendungan Al-Bilad yang hanya setinggi sekitar 75 meter rusak akibat hantaman Badai Daniel. Ketika bendungan itu runtuh, Bendungan Abu Mansour yang hanya setinggi 45 meter akan ikut mengalami kerusakan.

Dikutip dari Al Jazeera (13/9/2023), hujan lebat akibat badai dan hantaman derasnya air dari bendungan menyebabkan warga tidak bisa berkutik.

Para ahli memperkirakan 30 juta meter kubik air dilepaskan ketika bendungan jebol. Ini setara dengan 12.000 kolam renang ukuran Olimpiade.

Di sisi lain, perbedaan tinggi antara kedua bendungan menyebabkan hantaman air dengan kekuatan yang lebih besar. 

Kerusakan itu menyebabkan air bendungan mengalir menuju Derna sejauh sekitar 12 km, turun melalui sungai, dan akhirnya mencapai laut.

Luasnya wilayah jangkauan aliran air bendungan dan hantaman air yang besar menyebabkan dampak bencana yang lebih parah.

Baca juga: Mengenal Badai Daniel, Penyebab Banjir Bandang di Libya yang Tewaskan 2.500 Orang

Konflik pemerintah

Diberitakan AP News (13/9/2023), konflik pemerintahan Libya yang terjadi sejak 2014 ikut memengaruhi upaya keselamatan korban banjir di negara tersebut.

Perdana Menteri Abdul Hamid Dbeibah memimpin Libya wilayah barat di ibu kota Tripoli dengan diakui secara internasional.

Namun, perdana menteri saingannya, Ossama Hamad memimpin pemerintahan di wilayah timur yang berpusat di Kota Benghazi dengan dukungan komandan militer Khalifa Hiftar.

Baca juga: 1 September 1969, Muammar Gaddafi Pimpin Kudeta Libya

Dua pemerintah yang bersaing ini secara terpisah berjanji untuk membantu penyelamatan di daerah yang terkena dampak banjir. Mereka tidak bekerja sama.

Negara-negara dunia juga memiliki salah satu pihak yang didukung.

Mesir, Rusia, Yordania, dan Uni Emirat Arab mendukung pasukan Hifter. Pemerintahan Libya barat didukung oleh Turki, Qatar, dan Italia.

Hingga Selasa (12/9/2023), bantuan ke wilayah timur Libya yang dipimpin militer belum sampai ke warga.

Baca juga: UPDATE Banjir dan Longsor di Korsel: Korban Tewas Tembus 40 Orang, 10.765 Mengungsi

Analis senior Libya di International Crisis Group, Claudia Gazzini mengatakan perselisihan politik dan kerusakan jalan menuju wilayah tersebut rusak akibat badai menyebabkan masalah logistik.

“Upaya internasional untuk mengirimkan tim penyelamat harus melalui pemerintah yang berbasis di Tripoli,” kata Gazzini.

Pemberian bantuan di wilayah Libya harus disetujui oleh pemerintahan Perdana Menteri Abdul Hamid Dbeibah. Dia ragu pemerintah Ossama Hamad bisa mengatasi masalah ini sendirian.

Baca juga: Penyebab Mengapa Banjir di Libya Begitu Besar dan Menewaskan Ribuan Orang...

Kondisi negara

Tidak hanya masalah bendungan dan konflik pemerintahan Libya, ketidakstabilan kondisi negara tersebut menambah masalah yang lebih besar setelah terjadi banjir.

Warga Libya pada Agustus lalu menyerukan protes atas kabar pertemuan rahasia antara menteri luar negeri Libya dan Israel. Mereka menuntut perdana menteri mundur.

Selain itu, pertempuran antara dua kelompok militer yang bersaing di ibu kota menewaskan paling tidak 45 warga di bulan yang sama.

Kelompok ini beranggotakan imigran ilegal asal Timur Tengah dan Afrika yang melarikan diri dari konflik dan kemiskinan di negaranya. Libya menjadi salah satu negara tempat transit bagi para penyelundup untuk melintas ke Eropa.

Sementara itu, kondisi ekonomi Libya juga tidak stabil. Minyak mentah merupakan ekspor utama negara tersebut. Namun, blokade dan ancaman keamanan menyebabkan produksi minyak mentah terhambat sehingga memengaruhi pendapatan warganya.

Di sisi lain, kota-kota di Libya belum banyak mengalami pembangunan kembali atau investasi sejak 2019. Sebagai contoh, wilayah Derna dibagun saat Libya masih dijajah Italia pada abad ke-20.

Akibatnya, kerusakan yang terjadi bisa menjadi bencana di negara tersebut. Rencana konstruksi besar-besaran baru dibuat tahun lalu.

Baca juga: Benarkah Kemunculan Oarfish ke Permukaan Tanda Akan Ada Bencana Alam?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi