Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jepang Produksi Kayu Selama 700 Tahun Tanpa Tebang Pohon, Kok Bisa?

Baca di App
Lihat Foto
X/@archeohistories
Tangkapan layar unggahan X soal teknik daisugi yang memungkinkan Jepang memproduksi kayu tanpa menebang pohon.
|
Editor: Farid Firdaus

KOMPAS.com - Jepang menjadi salah satu negara dengan beragam inovasi yang menginspirasi dunia.

Bukan hanya penemuan baru, selama ratusan tahun, negara Matahari Terbit ini telah membuat kagum dengan caranya menghasilkan kayu.

Diinformasikan oleh akun X (dulu Twitter), @archeohistoris, Jepang adalah negara yang telah memproduksi kayu selama 700 tahun.

Uniknya, dalam kurun waktu berabad-abad tersebut, hanya sedikit atau bahkan tak ada pohon yang ditebang untuk dimanfaatkan kayunya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Orang Jepang telah memproduksi kayu selama 700 tahun, tanpa menebang pohon'," tulis pengunggah, Senin (18/9/2023).

Pengunggah mengatakan, Jepang menggunakan teknik daisugi, teknik untuk menumbuhkan pohon-pohon bonsai raksasa yang dapat dipangkas, sehingga tak perlu ditebang.

"Pemangkasan sebagai aturan seni yang memungkinkan pohon tumbuh dan berkecambah sambil menggunakan kayunya, tanpa harus menebangnya," kata pengunggah.

Lantas, seperti apa teknik daisugi?

Baca juga: Penjara di Jepang Disulap Jadi Hotel Mewah, Tawarkan Sensasi Menginap di Sel Tahanan


Cara Jepang produksi kayu tanpa tebang pohon

Daisugi adalah teknik produksi kayu Jepang yang memungkinkan tunas atau cabang dari pangkal pohon dipangkas untuk dimanfaatkan manusia.

Dilansir dari laman Floornature, dengan daisugi, lusinan bahkan ratusan batang kayu sebenarnya hanya diperoleh dari satu pohon.

Teknik ini menghasilkan kayu lurus sempurna berkualitas tinggi yang 140 persen lebih fleksibel dan dua kali lebih padat daripada pohon lain.

Hasil panen kayu pun lebih sering dari teknik kehutanan lain, yakni setiap dua puluh tahun sekali.

Dicap sebagai metode kehutanan yang efektif dan berkelanjutan, daisugi membantu melestarikan paru-paru dunia, tetapi tetap bisa memenuhi kebutuhan masyarakat akan kayu.

Kendati demikian, metode tradisional ini hanya diterapkan untuk pohon cedar Cryptomeria japonica alias kitayama yang banyak tumbuh di Jepang.

Baca juga: Mimpi Lain Toco Si Manusia Anjing Asal Jepang...

Sejarah daisugi, bermula dari permintaan kayu

Dikutip dari Lampoon Magazine (2/7/2023), daisugi lahir pada abad ke-14, saat masyarakat mulai menggemari konstruksi kayu untuk bangunan termasuk rumah.

Kala itu, bentuk arsitektur linier dan bergaya yang dikenal sebagai sukiya-zukuri sangat populer.

Batang kayu kitayama yang lurus dan bebas simpul juga banyak digunakan sebagai pilar di rumah gaya sukiya-zukuri.

Imbasnya, setiap samurai atau bangsawan militer terkemuka menginginkan rumah yang dibangun menggunakan metode ini.

Sayangnya, kayu kitayama dari kawasan Kitayama, sekitar 20 kilometer barat laut Kyoto, tak tersedia dalam jumlah cukup untuk memenuhi tingginya permintaan.

Kekurangan ini pun melahirkan daisugi, teknik menumbuhkan pohon-pohon anakan dari pohon induk untuk kemudian dipangkas atau dipotong tanpa menebangnya.

Metode daisugi yang menawarkan inspirasi segar untuk menjaga pohon dan memenuhi tingginya permintaan pasar telah meningkatkan produktivitas kayu dengan biaya rendah.

Metode kuno ini juga dikenal di Roma Kuno dengan nama pollarding, serta coppicing di Eropa khususnya Inggris.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi