Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Posisi Indonesia pada Indeks Demokrasi

Baca di App
Lihat Foto
PIXABAY/MUFIDPWT
Ilustrasi bendera Indonesia
Editor: Sandro Gatra

SAYA senantiasa skeptis terhadap apa yang disebut sebagai indeks demokrasi. Menurut pendapat saya, setiap negara memiliki cara masing-masing dalam mengejawantahkan tata-negara masing-masing menjadi kenyataan.

Demokrasi sama halnya dengan kecerdasan dan kebahagiaan tergolong subyek atau obyek tak-benda di antara bumi dan langit yang pada hakikatnya mustahil atau minimal absurd untuk diukur.

Serta merta secara subyektif pula, saya skeptis terhadap indeks demokrasi yang digarap oleh majalah The Economist setara dengan yang dibuat oleh V-Dem Democracy dan Bertsmann Transformation Index atau lembaga penggarap indeks demokrasi lainnya.

Indeks demokrasi The Economist masa kini meliputi 167 negara di planet bumi yang dilaporkan setiap tahun sejak 2010.

Kaidah yang digunakan untuk menilai kadar indeks demokrasi antara lain meliputi sistem pemilu, kebebasan berpendapat serta mengungkap pendapat, hak asasi manusia, keadilan, akhlak penguasa, kadar diskriminasi gender, usia, ras, agama, dan lain sebagainya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebagai seorang warga Indonesia, saya merasa kecewa sebab The Evonomist Democracy Index 2022 meletakkan Indonesia pada ranking 54 sebagai negara dengan flawed democracy atau demokrasi tidak sempurna alias cacat.

Rasa kecewa saya agak terhibur sebab ternyata Yunani sebagai negara asal-muasal demokrasi bertengger pada ranking 25 juga tergolong negara cacat demokrasi.

Bahkan Amerika Serikat yang gemar menyombongkan diri sebagai polisi demokrasi dunia berada di posisi ke 30, meski masih di atas India bersama Polandia yang berada di ranking 46.

Di antara para anggota ASEAN, posisi indeks demokrasi versi The Economist dapat dikatakan bahwa prestasi demokrasi Indonesia masih lumayan dibandingkan dengan Vietnam, Laos dan Myanmar sebagai negara-negara mutlak otoriter sekelompok Kuba, Rusia, dan China pada posisi ke 156.

Bahkan dengan demokrasi yang dinilai catat, maka masih di-framing pada dua tingkat di bawah Filipina yang berada pada posisi 52, ternyata Indonesia masih empat belas tingkat di bawah Malaysia yang berada pada posisi 40.

Namun Indonesia boleh berbangga meski dianggap berdemokrasi cacat sebab masih berada di posisi lebih tinggi ketimbang Singapura sebagai negara tergolong makmur yang dikendalikan dinasti Lee pada posisi ke 70 sebagai negara demokrasi cacat versi The Economist 2022.

Saya bersyukur bahwa Indonesia menurut indeks demokrasi 2022 versi The Economist berada di posisi ke 54 di antara 167 negara planet bumi masa kini.

Namun sudah barang tentu mulai tahun 2023 demokrasi di Indonesia layak diharapkan terus menerus naik kelas sehingga akhirnya bisa bertengger di tahta singgasana posisi teratas indeks demokrasi versi The Economist yang sementata ini diduduki oleh Norwegia sebagai juara pertama, Selandia Baru sebagai runner up dan Eslandia sebagai juara ke tiga. MERDEKA!

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi