Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misteri Pohon Pinus yang Membeku Selama 66 Juta Tahun Akhirnya Terpecahkan

Baca di App
Lihat Foto
Unsplash/Dusan Vervekolog
Ilustrasi pohon Pinus Wollemi langka yang ditemukan oleh pada pendaki.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Pada 1994, para pendaki menemukan sekelompok pohon aneh yang tumbuh di sebuah ngarai atau lembah di Taman Nasional Wollemi, yang berada sekitar 60 mil (100 kilometer) sebelah barat Sydney, Australia.

Kemudian, seorang pendaki memberi tahu seorang ahli botani pegawai taman dan menunjukkan spesimen daun tersebut kepada mereka.

Pada ahli akhirnya menentukan bahwa spesimen tersebut mewakili spesies purba yang telah membeku sejak zaman dinosaurus menguasai Bumi, dilansir dari Live Science, Jumat (15/9/2023).

Pohon tersebut kemudian disebut sebagai "fosil hidup" oleh beberapa orang.

Meski begitu, pohon ini memiliki nama pinus Wollemi (Wollemia nobilis), yang hampir identik dengan sisa-sisa yang diawetkan yang berasal dari periode Cretaceous (145 juta hingga 66 juta tahun yang lalu).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Jepang Produksi Kayu Selama 700 Tahun Tanpa Tebang Pohon, Kok Bisa?


Pernah diperkirakan punah 

Kini, hanya terdapat 60 pohon jenis ini yang hidup di alam liar dan pohon-pohon yang bertahan hidup tersebut terancam punah oleh bahaya kebakaran hutan.

Sebelumnya, pinus Wollemi bahkan sudah diperkirakan punah sejak sekitar 2 juta tahun yang lalu.

Penemuan tahun 1994 itu membuka peluang para ilmuwan dari Australia, Amerika Serikat, dan Italia untuk memecahkan kode genomnya dan mengungkap evolusi unik dan kebiasaan reproduksinya, serta membantu upaya konservasi. 

Pinus memiliki 26 kromosom dan mengandung 12,2 miliar pasangan basa. Sebagai perbandingannya, manusia hanya memiliki sekitar 3 miliar pasangan basa.

Terlepas dari ukuran genomnya, pinus Wollemi memiliki keragaman genetik yang sangat rendah. Sehingga dalam hal ini menunjukkan adanya hambatan (ketika populasinya berkurang secara drastis) sekitar 10.000 hingga 26.000 tahun yang lalu.

Pohon-pohon yang tersisa saat ini tampaknya berkembang biak sebagian besar dengan mengkloning diri mereka sendiri melalui penebangan, di mana anakan muncul dari pangkalnya dan menjadi pohon baru.

Kelangkaan spesies pinus ini mungkin sebagian disebabkan oleh tingginya jumlah transposon atau “gen pelompat”, yaitu bentangan DNA yang dapat mengubah posisinya dalam genom.

“Genom tanaman terkecil dan genom tanaman terbesar memiliki jumlah gen yang hampir sama. Perbedaan ukuran yang besar biasanya berasal dari transposon,” kata Direktur Program  Penelitian Genom Tanaman National Science Foundation, Gerald Schoenknecht.

Sebagai transposon melompat ke lokasi baru, mereka dapat mengubah urutan “huruf” dalam molekul DNA, sehingga menyebabkan atau membalikkan mutasi pada gen.

Mereka mungkin membawa DNA fungsional atau mengubah DNA di tempat penyisipan, dan dengan demikian memiliki dampak besar pada evolusi suatu organisme.

Jika transposon menyebabkan mutasi berbahaya, mereka mungkin berkontribusi terhadap penurunan populasi yang dipicu oleh perubahan iklim dan faktor lainnya.

Kondisi stres tersebut mungkin menyebabkan tanaman beralih ke reproduksi klonal. Karena peningkatan transposon berkorelasi dengan reproduksi seksual, perubahan ke reproduksi aseksual mungkin telah mengurangi potensi terjadinya mutasi yang merusak.

Paradoksnya, meskipun pohon masih bergantung pada reproduksi seksual, transposon mungkin berperan dalam meningkatkan keragaman genetik dan setidaknya untuk sementara membuat pohon lebih tahan terhadap perubahan kondisi.

Baca juga: Jangan Tanam 5 Pohon Ini di Dekat Rumah, Bisa Merusak Fondasi

Pinus Wollemi rentan terhadap penyakit

Penguraian kode genom juga mengungkap mengapa pinus Wollemi tampaknya rentan terhadap penyakit, khususnya Phytophthora cinnamomi yang merupakan jamur air patogen yang menyebabkan kematian.

Gen pohon yang tahan terhadap penyakit ditekan oleh jenis RNA-nya sendiri yang dikaitkan dengan perkembangan daun yang lebih lebar.

Pinus Wollemi, tidak seperti kebanyakan tumbuhan runjung, memiliki daun jarum yang lebar. Jadi, evolusi daun yang lebih lebar mungkin telah menyebabkan penekanan resistensi terhadap penyakit.

P. cinnamomi sendiri umum ditemukan pada tanaman budidaya.

Meskipun hanya ada empat populasi kecil yang tersisa di alam liar, pohon pinus ini telah diperbanyak secara luas oleh kebun raya dan lembaga lain dalam upaya melestarikannya dan mempelajari biologi uniknya.

Bahkan dikutip dari laman Iucnredlist, pinus Wollemi juga telah dimasukkan ke dalam Daftar Merah Spesies Terancam Punah IUCN pada 2010.

Dengan demikian, analisis genom pinus Wollemi bukan sekadar keingintahuan akademis, namun memiliki implikasi serius bagi kelangsungan hidup spesies tersebut.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi